Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kecewa

Boleh aku minta follow sebelum membaca serta vote komen setelahnya?

Cuma pengen tahu aja seberapa antusia dan kenapa kalian mau membaca cerita ini.

Kalau boleh lho ya.. Nggak maksa aku tuh. 😊😊😊😊
.
.
.

"Mas Pras ada, Mas Bagas?" Seorang wanita yang sejak tadi berdiri di depan pintu bertanya pada Bagas.

"Ada, Tan. Pak Pras ada di dalam," Bagas memberi ruang agar Tantri bisa masuk.

Tantri masuk ke dalam ruangan dan sesaat kemudian pintu dibelakangnya tertutup.

"Maaf Mas, ini makan siang buat Mas Pras. Mama tadi minta aku anterin ke sini." Tantri meletakkan tas bekal yang tadi dipegangnnya di atas meja depan sofa tempatnya berdiri.

Pras mendongak saat dia mendengar suara Tantri. Keningnya berkerut, tak menyangka Tantri akan datang siang ini.

"Ya." Hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Pras, meski dalam hati ia merutuki ucapannya. Harusnya dia minta maaf untuk kejadian semalam, tapi gengsinya masih menguasai.

"Ada sesuatu yang mau aku sampaikan ke Mas. Maaf untuk semuanya. Aku tidak tahu sebesar apa salahku hingga Mas Pras segitu bencinya sama aku sekarang. Tapi, aku nggak akan benci sama Mas. Dan, untuk balas budi, seharusnya dulu Mas Pras menolaknya. Papa mungkin nggak akan memaksa kalau Mas Pras bicara jujur sudah memiliki pilihan sendiri. Dan sekarang, silahkan Mas jadikan aku pelampiasan semua amarah Mas itu, aku ikhlas." Tantri memberanikan diri mengatakan hal itu meski hatinya diliputi rasa gelisah tentang respon Pras selanjutnya.

Hening beberapa saat, hingga suara Pras terdengar seperti dengungan di telinga Tantri.

"Aku akan berusaha menerimamu sebagai istri, hanya karena status. Dihatiku hanya akan ada Anggi." Pras menunjukkan kesungguhan di matanya.

"Baiklah." Tantri tersenyum tulus pada Pras.

Bagi Tantri, cukup Pras mengakui dia sebagai istri, itu berarti Pras masih menganggapnya ada. Dia tak akan meminta lebih jika itu akan semakin membuat Pras membencinya.

Tantri berbalik dan berjalan menuju pintu. Hingga pintu terbuka senyum Tantri tetap terpasang apik saat melihat Bagas berdiri dengan raut cemas dihadapannya.

"Aku pulang Mas Bagas. Selamat Siang." Suara ceria serta senyum yang Tantri tampilkan, Bagas tahu artinya itu.

"Hati-hati." Bagas menganggukkan kepala mempersilahkan Tantri beranjak.

Saat berada didalam lift, Tantri tidak membiarkan air matanya turun. Ini masih di kantor, entah Pras atau Bagas bisa mengawasinya melalui cctv.

Menuju parkiran, Tantri segera masuk dalam mobil dan tak membiarkan dirinya tertahan lebih lama. Dia kendarai mobilnya menjauh bersama air mata yang semakin deras.

...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro