8. Maaf, Kata Penyentuh Hati
BERDIRI lalu duduk di kursi, mengambil ponsel di meja menekan tombol, layar menyala. Ponsel diletakan kembali berdiri berjalan dua langkah maju kembali lagi berjalan ke kursi lalu duduk.
"Apakah gua terlalu jahat dengan marah seperti tadi kepada Mika."
Tidak, batinnya. Biarkan saja, lagipula kenapa tuh anak sok kasih kue segala mana isi suratnya gitu pula.
Laki-laki berkulit putih itu merasakan sensasi tidak enak dan rasa bersalah kian menjalar ke setiap nadinya.
Pintu kamar terbuka. Kayron mengabaikan.
"Woi... waktunya makan malam, semua tidak akan makan kalau lo gak ke sana?" bentak Kakak laki-lakinya, Billy.
"Masih kenyang, eh bilang ke Ayah dan Bunda kalau gua lagi sibuk," jawab Kayron seraya mengambil ponselnya.
"Terserah." Pintu kamar terbanting.
To : Mika (IPS)
[Sumpah, gua nggak enak sudah marah-marah ke elo seperti tadi. Gua lupa bilang terimakasih atas kue Macaron buatan lo yang enak banget walaupun gua cuma makan satu yang berwarna merah.]
Kayron ragu untuk menekan send dan bimbang apakah harus menekan delete.
Pintu kamar terbuka kembali.
"Kay, buruan lo turun deh! Bunda khawatir banget sejak tadi sore lo ngurung diri di kamar. Bang Billy sama gua gak akan makan kalau lo gak turun. Jangan bikin perut gua melilit yah," keluh Kakak perempuannya, Tyas. Dengan nada sedikit tegas.
Secara tak sengaja Kayron menekan tombol send. Dan pesan tersebut terkirim.
"Mampus, ah Mbak bikin Kay tekan tombol send. Ini pesan aib banget Mbak."
"Gua nggak peduli, yang penting lo turun sekarang!"
Pintu terbanting kembali. Kayron meletakkan ponselnya dan rasa was-was kalau Mika nantinya sampai membaca pesan tersebut.
"KAYRON BURUAN...!" teriak Tyas kembali dari luar kamar. Kayron terjingkat dan segera turun menuju ruang makan.
***
DENGAN mengenakan kemeja berlengan panjang berwarna hitam ia datang ke kafe Viola sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh Farid kepadanya lusa lalu. Ia langsung di sambut dan diarahkan menuju panggung kecil di sudut kafe yang menjadi pusat pandangan di ruangan tersebut. Di sana juga ada patner barunya dari pihak kafe itu sendiri.
"Mika yah?" tanya seorang pria berkaus putih berlengan merah.
"Iya Mas," sahut Mika.
"Kita masih butuh satu jam lagi untuk persiapan sekaligus latihan kecil-kecilan karena kita belum bertemu sebelumnya."
"Iya Mas...," kata Mika namun terhambat karena ponselnya bergetar di saku celananya membuat ia mengarahkan pandangan kepada ponselnya.
Membaca pesan masuk dari Kayron. Sedikit bingung karena mengingat Kayron di siang harinya marah kepadanya.
To : Kayron
[Lo kesepian yah? Inikan malam minggu pertama lo jomblo. Hahahaha.]
"Eh Mas, saya bisa pesan tempat tidak untuk teman saya di meja nomor delapan belas itu."
"Oh iya, silakan langsung ke kasir saja."
Mika langsung pergi ke kasir memesan tempat untuk Kayron, selagi berharap semoga saja Kayron datang.
To : Kayron
[Viola Cafe, pukul tujuh meja nomor 18.]
Setelah cukup persiapan dan latihan sebentar Mika dan patner barunya memulai memainkan lagu dari daftar lagu yang sudah ditentukan sebelumnya.
Pengunjung kafe mulai berdatangan. Entah itu berdua atau segerombolan. Seluruh meja akhirnya terpenuhi kecuali meja bernomor delapan belas.
"Mik lo jadi tidak pakai lagu yang ke dua?" tanya Pria berkaus putih berlengan merah.
"Lagu itu di lewati saja Mas, orangnya belum datang," jawab Mika mulai gelisah karena meja bernomor delapan belas tidak juga terduduki.
***
PERASAAN yang tak bisa dijabarkan setelah pesan itu terkirim mulai membuat hatinya bergetar. Ia berjalan menuju ruang makan tapi pikirannya tertinggal di kamarnya bersama ponsel yang berada di atas meja belajar. Ia duduk di samping Billy sedikit melamun.
"Ngapain aja kamu di kamar Kay?" tanya Ayahnya.
"Belajar Yah," jawab Kayron. Ia tak membalik piring makan malah mengambil Ayam Goreng lalu memakannya.
"Maklum lah Yah, malam minggu pertamanya jomblo," celetuk Tyas.
Semua tertawa, Kayron hanya tersenyum pasrah.
"Cari kesibukan dong Kay, jalan sama teman-teman kamu atau yang lainnya. Jangan hanya belajar terus otak juga butuh istirahat." Bundanya menasihati.
"Kay balik kamar boleh?"
"Loh tidak makan dulu?" sahut Ayahnya.
"Nggak Yah, nanti saja. Sisakan buat Kay ya Bun."
"Enak saja. Lo sudah bikin gua sama Tyas melilit jatah lo gua makan," sahut Billy.
"Terserah Abang saja lah." Kayron berdiri lalu berjalan menuju kamarnya.
Sampai di kamarnya ia melihat ponselnya menyala karena pesan masuk. Diambil lah ponsel tersebut dan langsung membacanya.
"Anjir," umpatnya membaca pesan pertama dari Mika.
Serius nih, batinnya setelah membaca pesan kedua dari. Melihat jam dinding lalu buru-buru berganti baju dan langsung turun menuju ruang makan kembali. Berpamitan kepada keluarganya.
"Kay, pergi dulu Yah Bunda," katanya Buru-buru dan langsung menyalimi kedua orang tuanya lalu pergi menuju garasi.
Sampai di kafe ia langsung mencari meja bernomor delapan belas. Begitu menemukan ia langsung duduk walaupun meja itu kosong namun sedikit merasa kecewa karena Mika belum juga datang. Namun kemudian dia menyadari setelah mendengar suara bariton yang dikenalnya yang khas sekali yaitu suara Mika.
Ia langsung tahu di mana Mika karena posisinya tepat di depan panggung kecil di mana Mika sedang bernyanyi sambil duduk, memegang pelantang.
Lagu itu berakhir. Mika menatap meja nomor delapan belas yang sudah ada Kayron di sana mengenakan kaus berwarna cokelat.
"Terima kasih sudah mengunjungi kafe Viola ini," kata Mika, matanya terfokus pada Kayron yang salah tingkah. "Saya akan membawakan lagu terakhir dalam penampilan saya kali ini. Lagu ini saya persembahkan untuk orang sepesial saya yang berinisial K yang sekarang berada di ruangan ini. Saya hanya ingin menyampaikan maaf kapadanya. Semoga semua pengunjung merasa terhibur."
Tuts-tuts piano ditekan oleh pria berkaus putih berlengan merah, suara nadanya mulai mengalun lembut memenuhi ruangan. Dibawakan dengan versi akustik.
"Sorry dari Justin Bieber," ucap Mika kembali. Menarik nafasnya dalam-dalam dan mulai bernyanyi.
You gotta go and get angry at all of my honesty
Kau harus lalui kemarahan atas semua kejujuranku
You know I try but I don't do too well with apologies
Kau tahu aku mencobanya tapi aku tak terlalu baik dalam meminta maaf
I hope I don't run out of time, could someone call a referee?
Aku harap aku tak kehabisan waktu, bisakah seseorang memanggil pembuat keputusan?
Cause I just need one more shot at forgiveness
Karena aku hanya perlu satu kali lagi pengampunan darimu
I know you know that I made those mistakes maybe once or twice
Aku tahu kau tahu kalau aku membuat kesalahan itu sekali dua kali saja
By once or twice I mean maybe a couple a hundred times
Lebih dari sekali dua kali maksudku, mungkin beberapa ratusan kali
So let me, oh let me redeem, oh redeem, oh myself tonight
Jadi biarkan aku, oh biarkan aku menebusnya, oh menebusnya, oh diriku malam ini
Cause I just need one more shot at second chances
Karena aku hanya perlu sekali lagi kesempatan kedua
Is it too late now to say sorry?
Apakah ini terlalu terlambat tuk meminta maaf?
'Cause I'm missing more than just your body!
Karena aku bukan sekedar merindukan tubuhmu saja!
Is it too late now to say sorry?
Apakah ini terlalu terlambat tuk meminta maaf?
Yeah I know that I let you down
Ya aku tahu kalau aku sudah membuatmu kecewa
Is it too late to say sorry now?
Apakah sudah terlambat untuk meminta maaf sekarang?
I'm sorry, yeah
Aku minta maaf, ya
Sorry, yeah
Maaf, ya
Sorry
Maaf
Yeah I know that I let you down
Ya aku tahu kalau aku sudah membuatmu sedih
Is it too late to say sorry now?
Apakah terlalu terlambat tuk meminta maaf sekarang?
(...)
Tepuk tangan ringan terdengar membanggakan setelah nada terakhir tak terdengar lagi. "Terimakasih," kata Mika. "Selanjutnya adalah penampilan dari Yossie yang akan menemani kalian semua." Seorang perempuan berpenampilan sederhana menaiki panggung Mika memberikan pelantang kepadanya lalu turun dari panggung dan duduk bersebranagan berbatasan dengan meja di depan Kayron.
"Jadi lo suruh gua ke sini cuma ingin nunjukan kalau lo bisa nyanyi? Gua sudah terlalu sering lihat lo nyanyi!" Kayron menatap Mika tegas. Namun Mika tetap santai dan malah tersenyum tipis.
"Kalau begitu kanapa lo dateng?" kata Mika menantang. "Lo kesepian pasti."
Kayron langsung terdiam. Mengusap tengkuknya lalu meringis. "Kurang lebih begitu."
Mika tersenyum sengal.
"Jadi?," kata Kayron. "Gua penasaran siapa sebenarnya inisial K itu? Di sini aku tidak melihat Kirana, dia di kamar mandi ya?"
"Tebak saja?" sahut Mika. "Kalau bisa lo tanyakan pada semua pengunjung di sini ada kah yang memiliki nama depan K selain elo."
"Kejap?" Kayron mencondongkan tubuh ke depan. "Ehh... apakah lagu yang lo bawakan kemarin buat gua juga?"
Mika mengaggukan kepala. "Lagu tadi juga buat lo."
"Tapi gua lihat kemarin Kirana sudah tersipu malu loh gara-gara lo sebut inisial K. Kan dia juga berinisal K."
"Bisa jadi."
"Tapi maksudnya apa? Tolong jelaskan"
"Apa gua sudah dimaafkan?" tanya Mika.
Kayron mengaggukan kepala.
"Thanks," kata Mika tersenyum. "Gua akan jelaskan kalau gua sudah tidak ragu lagi."
"Gua tidak mengerti maksud lo sebenarnya apa?"
"Tentang surat dan lagu-lagu itu mungkin lo akan tahu sendiri. Tapi jika tetap tak mengerti juga tak apa. Lupakan saja."
"Maka dari itu jelaskan ke gua biar gua ngerti."
"Kurasa percuma juga," kata Mika serius. "Tapi gua akan jelaskan nanti, bukan sekarang, bukan besok dan bukan lusa."
"Terserah," sahut Kayron kecewa.
Diam sejenak. Canggung dan saling tatap.
"Macaron itu lo buat sendiri."
Mika menganggukan kepala.
"Lumayan enak, lo belajar di mana?"
"Papa punya bisnis toko kue. Gua belajar sama papa dulu sebelum dia meninggal."
"Eh... maaf turut beduka cita atas menggalnya Papa lo."
"Iya terima kasih, sudah setahun juga papa meninggal."
"Maaf sebelumnya," kata Kayron ragu. "Terus sekarang lo tinggal sama siapa?"
"Mama dan suami barunya."
"Oh... maaf gua tidak maksud buat ikut campur soal keluarga lo."
"Tak apa," sahut Mika santai.
"Ganti topik yuk! Tapi apa yah?"
"Kue Red Velvet waktu itu, itu aku ambil dari toko kue milik Papa."
"Rudi Bakery?"
Mika mengangkat kedua alisnya.
"Papa meninggal meninggalan lima perusahaan salah satunya Rudi Bakery itu. Dan sekarang yang menjalankan adalah suami baru Mama."
Terlintas di pikiran Kayron kenapa Mika menyebut Papa tirinya dengan sebutan suami baru Mamanya? Ingin ia bertanya namun urung. Ia ragu kalau nantinya Mika akan tidak suka kalau urusan keluarganya tercampuri. Jadi Kayron memilih diam dan berusaha mencari topik lain supaya dia tidak semakin penasaran dengan semua yang berhubungan dengan Mika dan keluarganya.
"Eh tadi tuh gua kira lagu Sorry-nya JB nggak bisa di versi akustikkan ternyata tadi bagus juga."
"Menurutku lebih mudah versi akustik dari pada versi aslinya. Gua rasa semua lagu bisa dibikin akustik asalkan kita tahu mana nada yang pas."
Sekitar pukul sembilan Kayron berpamitan untuk pulang. Kayron sempat mengeluarkan uang dari dompet namun Mika melarang karena dia yang akan membayar semua makanan dan minuman yang di pesan.
Kayron pergi ke luar menuju tempat parkir sepedanya. Sedangkan Mika menuju kasir.
Selama perjalan pulang Kayron masih terngiang dengan apa yang Mika katakan baik tentang surat dan lagu-lagu itu ataupun tentang keluarganya. Walapun tidak menemukan titik terang, pertanyaan demi pertanyaan kian terlintas di pikiran, berharap ada yang menjawab semua itu.
((BERSAMBUNG))
Lamongan, 7 September 2017
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro