5. Diperhatikan, Menjadikan Semuanya Terasa Istimewah
KANTIN. Tempat paling asik selain kelas. Bahkan lebih ramai daripada lapangan. Tempat paling pas untuk melepaskan penak yang ada dipikiran setelah menerima pelajaran kurang lebihnya selama empat jam. Suara alat makan yang berkelinting seperti halnya alat musik yang mengiringi suara keramaian. Penuh tawa dan penuh teriakan dari perbincangan biasa maupun hangat.
Seorang perempuan berkuncir tersampir jas laboratorium di pundak kirinya dan membawa tiga lembar kertas hasil laporan praktikum datang ke kantin dan langsung menuju ke arah meja Kayron, Reno, Bayu dan Alfo yang telah selesai makan.
"Nih! Gua sama Anisa sudah selesai bikin laporan hasil praktikum tadi." Diletakan dengan kasar tiga lembar kertas tersebut di atas meja di depan Kayron.
"Kenapa tidak lo berikan ke Bayu saja, kan dia ketua kelas," sahut Reno.
Dan Bayu mengaggukan kepala ikut menanggapi, "Iya Tar. Lagian bisa dikumpulkan minggu depan kok."
"Kelompok lain harus ngulang lagi praktikumnya loh, kok kalian sudah bikin laporannya? Emang sukses tadi uji Glukosanya?" tanya Alfo.
"Kita nggak cuma pakai procedure yang ada di buku kegiatan tapi juga di sumber yang lain," jawab Reno percaya diri.
"Gua tidak suka menunda perkerjaan dan gua percaya Kayron juga tidak suka maka dari itu langsung gua kasihkan ke Kayron saja, biar segera di kumpulkan."
"Iya entar sekalian gua juga ada urusan di ruang guru." Kayron langsung membolak-balik lembar laporan memperhatikan apakah ada kekurangan. "Ini materinya yang ada di buku kegiatan kan?"
"Yah iya lah buku mana lagi, tapi tadi Gua tambahkan dari buku materi dan berbagai sumber di internet sih."
"Gua nggak pernah nyesel satu kelompok yang isinya orang-orang pintar," Reno langsung menanggapi.
"Yah, gua yang nyesel satu kelompok sama lo, mana tadi pisang bahan buat praktikum lo makan lagi. Mau jadi monyet lo." Tara langsung pergi meninggalkan kantin tanpa permisi.
"Gua nggak habis pikir cewek cantik, pintar, rajin seperti dia bisa diputusin sama pacarnya." Mata Reno masih mengikuti arah perginya Tara meninggalkan kantin.
"Kenapa Ren? Lo suka sama Tara?" celetuk Kayron namun tidak ada yang menanggapi sama halnya angin yang lewat begitu saja.
"Siapa?" tanya Bayu.
"Mika anak IPS-2," jawab Reno.
"Serius lo, Mika mantannya Tara?" Kayron tiba-tiba antusias dengan topik yang menurutnya baru. Ia bahkan tak jadi memeriksa lebih dalam lembar laporan praktikum.
"Biasa aja kali Kay." Alfo yang duduk di samping Kayron terkejut dengan reaksi kayron yang berlebihan.
"Iya, lo semua inget kan waktu Tara seharian di kelas murung dan matanya sembab?"
"Inget," jawab Bayu, Alfo dan Kayron bersamaan. Tapi, suara Kayron yang paling kentara.
"Yah itu Mika tiba-tiba mutusin dia."
"Jadi tiba-tiba gitu? Nggak ada alasan apa-apa?" tanya Kayron dengan antusias.
"Yah mungkin Mika sudah dekat dengan anak IPS lainnya menurut gossip yang beredar sih Mika dekat sama Kirana, cewek bermuka perawatan."
"Ah ganti topik deh gua males lagi dengernya." Kayron langsung merasa tidak suka dan aneh ketika nama Kirana disebut sebagai orang yang dekat dengan Mika.
"Eh Kay, kok lo jadi aneh gini tadi aja antusias banget."
"Tapi nih yah, kemarin gua lihat Mika berdiri di depan kelas." Reno mengingat kejadian saat melihat Mika berdiri di depan kelas 11-IPA-4 sambil membawa setumpunk buku tulis. "Masa iya dia nemui Tara kan sudah tiga bulan yang lalu putus."
"Dia nemuin gua." Kayron langsung menyela.
"Ha!" kata Reno, Bayu dan Alfo melongo.
"Maaf yah ganggu waktu istirahat kalian yang lo semua isi dengan ber-gossip." Tiba-tiba Seli dengan membawa beberapa stopmap di tangan. "Gua cuma ingin kasihkan ini ke Kayron."
"Apa itu Sel?" tanya Kayron.
"Oh ini tadi di jalan gua dicegat sama wakil lo dan diberi bayak stopmap." Seli langsung meletakkan stopmap itu di atas meja di samping lembar praktikum, yang isinya ada berlembar-lembar kertas. "Yang pertama ini isinya surat undangan buat bapak-ibu guru yang diundang di acara besok, semua ada dua puluh lembar, terus yang kedua isinya proposal acara Dies Natalis tapi masih belum ditanda-tangani katanya sebelum laporan Acara Malam Kesenian selesai. Tapi, yang hasil laporan pembuatan KTA sudah ditanda-tangani oleh kepala sekolah. kemudian, yang ketiga ini isinya surat untuk tim penilai Acara Malam Kesenian. Dan yang paling atas ini isinya proposal Acara Malam Kesenian."
"Buset dah kenapa tidak lo berikan di kelas saja sih Sel?" Reno langsung menanggapi sebelum Kayron sempat membuka mulutnya. "Di kelas kan bisa."
"Yah maaf, tadi gua males harus balik lagi ke kelas, sedangkan istirahat tinggal sepuluh menit lagi. Jadi, yah gua bawa aja sekalian ke kantin terus kebetulan banget lihat Kayron di sini, gua berikan aja langsung lagian bawa semua ini berat tahu. Maaf yah Kay ngerepoti."
"Tak apa. Makasih yah," sahut Kayron. "Tapi kenapa Wahyu nggak sekalian disebarkan sih undangannya."
"Lo tanya Wahyu saja. Gua tinggal yah, oh iya undangannya segera lo berikan soalnya sudah kelewat dateline." Seli langsung pergi ke gerobak Somay dan memesan makanan.
Kayron mengaggukan kepala. Dalam hatinya merasa dia telah disuruh-suruh oleh anggotanya padahal pangkatnya lebih tinggi yaitu ketua OSIS SMA Kalikuning Selatan.
"Nih buat lo." Satu tas kresek putih dengan logo Rudi Bakery berada di atas tumpukan stopmap yang tadi di berikan Seli kepada Kayron. Tapi, siapa kali ini yang memberikan tas kresek ini? Kayron langsung menyadari ada sosok tinggi berkulit kecokelatan berdiri di sampingnya.
"Oh gua ngerti kenapa tadi lo antusias banget bahas soal...."
"Reno!" Kayron langsung menatap Reno tegas suapaya ia tidak melanjutkan kalimatnya.
"Kita pergi saja yah. Kelihatannya lo lebih sibuk dari pada kita bertiga." Bayu ikut menanggapi.
Bayu, Reno dan Alfo langsung berdiri dari kursi.
"Bay, gua izin meninggalkan kelas yah, surat izinya ada di loker meja gua lo ambil aja," pinta Kayron kepada Bayu karena ia akan sibuk menyelesaikan urusan OSIS.
"Tapi lo yang bayar Somay kita bertiga yah!" kata Reno meninggalkan Kayron dan Mika, di susul Alfo dan Bayu.
"Gua kan mintanya ke Bayu doang!"
"Yah sekalian lah," sahut Alfo sambil hilir-mudik.
"Ada apa Mik?" tanya Kayron kepada sosok tinggi di sebelahnya setelah melepas kepergian tiga temannya.
"Cuma mau ngasih itu," jawab Mika.
"Apa ini? maksud gua buat apa ngasih ini segala."
"Ehh... sebagai permintaan maaf gua ke elo yang kemarin malam sudah bikin lo bete."
"Maaf?" Kayron tak menyaka bahwa Mika adalah orang yang peka terhadap sekitarnya. "Nggak kok kemarin gua kepikiran sama tugas sekolah aja."
"Serius."
Kayron mengaggukan kepala.
"Huft... gue seneng dengernya. Semalaman gua mikir merasa bersalah banget lihat muka lo kemarin kelihatan kesal. Yaudah kalau begitu itu kasih buat lo."
"Nggak ah entar isinya malah kecoa," kata Kayron sambil melirik geli tas kresek putih itu.
"Buka aja! Dijamin lo bakalan nggak bete lagi."
Kayron langsung mengambil tas kresek tersebut dan melihat isinya. "Red Velvet Cake! Serius nih?" Diambil kotak kue tersebut dikeluarkan dari tas kresek.
"Seneng nggak?"
"Ah cuma gini doang." Kayron menjaga harga dirinya agak tidak terlihat terlalu bersemangat menerima salah satu makanan favoritnya sekaligus dia teringat bahwa semalaman ia menyimpan amarah terhadap Mika. "Terima kasih yah."
Mika mengaggukan kepala.
"Eh... maaf yah gua tinggal ada yang perlu gua urus di ruang guru," kata Kayron seraya merapikan stopmap dan laporan praktikum yang akan dibawanya namun dia kesusakan karena lupa mengambil tas kresek berisi kue sedangkan tangannya sudah penuh dengan berkas-berkas.
"Gua ikut yah? Berkasnya biar aku yang bawa aja. Gua juga ada perlu di ruang guru mau ambil buku tugas yang kemarin." Mika langsung mengambil berkas di tangan Kayron. "Lo bawa kuenya saja yah, jangan lupa bayar somay tiga teman lo tadi."
Kayron akhirnya terpaksa menghabiskan uang saku yang dibawanya hanya demi membayar somay tiga temannya itu.
Kemudian setelah itu mereka berdua pun berjalan bersisihan sampai di ruang guru. Setelah itu mereka berpisah Mika akan kembali ke kelas dengan membawa setumpuk buku tulis milik teman-temannya sedangkan berkas yang dibawanya tadi sudah diletakkan Kayron di ruang OSIS.
***
SEPULANG sekolah 47 anggota OSIS dari kelas sepuluh maupun sebelas diwajibkan untuk berkumpul di lapangan yang biasanya tempat untuk mata pelajaran Olahraga demi mempersiapkan acara Malam Kesenian.
Kayron, Wahyu, Seli dan Mita berdiri di depan sedangkan anggota yang lain berbaris rapi dari yang tinggi ke yang pendek. Perempuan dan laki-laki lain barisan.
"Oke terima kasih sudah berkumpul tepat waktu karena kita tidak punya waktu banyak pukul empat kita harus sudah berakhir," kata Kayron membuka pertemuan tersebut. "Karena acara ini dipegang oleh Mita maka gua persilahkan Mita untuk memulai pembagian tugasnya untuk persiapan acara siang hari ini."
"Terima kasih Kay." Mita mengeluarkan kertas catatan keperluan acara dan langsung membagi setiap anggota yang menjadi berkelompok-kelompok sesuai tugasnya masing-masing. "Bisa langsung menyebar saja kalian kerjakan mulai sekarang terima kasih kerja samanya."
"Kita gimana?" tanya Kayron mewakili Wahyu dan Seli yang belum mendapatkan tugas.
"Eh Wahyu bisa minta tolong dibagian pencahayaan nggak sepertinya butuh banyak lampu," jawab Mita kepada Wahyu.
"Sepertinya di gudang sekolah ada banyak lampu dan kabel bekas tahun kemarin," timpal Kayron.
Wahyu langsung bergerak.
"Eh... Seli lo bantu di ruang OSIS aja bantuin sekaligus memantau kerja anak kelas sepuluh. Mereka sibuk masukan cendramata ke tas bingkisan."
"Oke." Seli langsung bergerak.
"Kay, bantuin gua mantau teman-teman barangkali ada yang terlewatkan lo paham konsepnya kan?"
"Eh Kay lo sudah makan?" Tiba-tiba Cyntia berlari ke tengah lapangan mengjampiri Kayron dan Mita.
"Belum. Kenapa?"
"Laper nggak?" tanya Cyntia kembali.
"Yah jelas lah tapi tak apa lah gua bisa tahan," kata Kayron menepuk perutnya sendiri.
"Kenapa sih Cyn lo tanya begitu. Konsumsi sudah dateng memangnya?" tanya Mita curiga.
"Belum lah baru besok siang dateng. Gua ke ruang OSIS dulu yah mau melipat kardus buat konsumsi besok." Cyntia langsung pergi.
"Kay gua ke sanggar seni yah mau periksa alat musik siapa tahu ada yang rusak sekalian sama atur jadwal penampilan sama anak sanggar."
Kayron mengaggukan kelapa dan Mita langsung pergi. Karena hanya dirinya di tengah lapangan ia bermaksud pergi ke lapangan belakang karena ada beberapa anggota OSIS yang berkerja di sana untuk membuat lampion. Tapi sebelumnya ia pergi ke ruang OSIS untuk melihat keadaan di sana.
Sebelum memasuki koridor menuju ruang OSIS ia bertemu Bintang koordinator penataan panggung dan dekorasi lapangan.
"Eh Tang!" sapa Kayron selagi menghampiri Bintang yang ditangannya membawa patung berbentuk abstrak berukuran besar terbuat dari bahan yang cukup ringan sehingga tidak kesusahan saat membawanya. "Patungnya buat apa?"
"Oh ini rencananya kemarin buat hiasan di tengah lapangan," jawab Bintang sambil meletakan patung yang dibawanya itu.
"Cuma patung doang nggak ada pencahayaannya?"
"Nggak ada sih."
"Coba deh kasih lampu-lampu kek di pohon natal gitu biar kesannya nggak datar lagian patungnya ini kan modelnya abstrak. Kurasa lebih nyeni jika dikasih lampu hias."
"Iya juga sih." Bintang langsung menatap patung itu selagi otaknya berpikir.
"Ada lampu-lampu hias di gudang di sana ada Wahyu lo seklian aja bantu Wahyu bawakan lampu-lampu karena Wahyu akan bawa banyak lampu dari sana. Lo tinggal aja patungnya di sini aman kok."
"Oke kalau begitu gua ke gudang dulu yah." Bintang langsung pergi dengan berlari menuju gudang.
"Serius amat sampai lupa makan." Terdengar suara bariton pria di telinga Kayron membuatnya tersentak yang bersumber dari belakangnya. Ia langsung memutar arah.
"Elo Mik?" kata Kayron tercengang. Melihat sosok tinggi berkulit kecokelatan berdiri dengan membawa kresek putih yang ia tak tahu apa isinya.
"Kenapa? Kaget yah gua datang ke sini?"
"Iya, kan hari kamis nggak ada kegiatan ekskul terus ngapain lo ke sini. Lagian kok lo tahu gua belum makan?"
"Masa lo nggak ingat ada yang tanya lo uda makan apa belum?"
"Ehh...." Kayron mengingat-ingat. "Cyntia?"
"Cyntia tuh teman sekelas gua jadi gua minta buat tanya ke elo supaya gua bisa bawakan ini?" kata Mika tas keresek yang dibawanya tadi.
"Apaan?" tanya Kayron sambil menerima pemberian Mika.
"Nasi bungkus. Lo makan aja dulu."
"Tapi gua nggak enak sama yang lain. Masa iya gua makan tapi mereka semua kerja."
"Kontribusi lo di OSIS tuh lebih besar dari pada anggota lo yang lain. Mereka pasti paham lah. Kecuali kalau emang kinerja lo buruk. Tapi, gua belum pernah dengar kalau lo selama menjabat sebagai ketua OSIS anggota lo nggak pernah ngeluh karena lo selalu hebat ngasih motivasi ke mereka."
"Ih sok bijak dan sok tahu banget."
"Walaupun gua bukan anggota OSIS tapi dari cara lo ngasih masukan tadi ke Bintang tuh bijaksana banget gua salut dengan ide-ide lo. Yah sudah lah lo makan dulu, gua pamit yah ada urusan soalnya."
"Terima kasih sudah bawa makanan buat gua, maaf kalau ngerepotin."
"Iya, kuenya sudah di makan?"
"Sudah tadi di kelas."
"Oke, duluan yah." Mika menepuk pundak Kayron dan langsung pergi melewatinya.
Kayron langsung mencari tempat duduk untuk memakan nasi bungkus pemberian Mika tersebut. Sesekali ia minta maaf sama anggotanya yang lewat di depannya karena ia makan di saat yang lainnya berkerja.
Dalam lubuk hatinya ia merasa istimewa karena ada orang yang peduli dengannya selain keluarganya. Apa lagi Mika adalah orang baru belum seminggu ia mengenalnya tapi sudah terlalu nyaman berteman dengan sosok Mika yang hamble(i) orangnya.
((BERSAMBUNG))
GOOD. Cuma sehari nih penggarapan. Ehhh. Bagus nggak yah...
Kuserahkan ke para pembaca. Silakan beri komentar mengenai bagian cerita ini. Semoga kalian suka sehingga bisa menekan vote.
Lamongan, 31 Desember 2017
Aila Radit.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro