Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24. Perpisahan, Waktu yang Tidak Lama Akan Terjadi

SEKITAR pukul satu dini hari Mika dan Kayron bergegas pulang. Selama perjalanan Kayron hanya bisa terdiam. Tidak ada yang bisa berubah dari waktu yang akan berjalan. Satu tahun bukan waktu yang panjang.

Lain pula Mika. Lelaki itu matanya terfokus pada jalanan. Tak jarang Mika melirik ke arah Kayron. Mika ingin berusaha sebaik mungkin untuk mengatasi situasi ini. Tapi tidak banyak yang bisa dilakukannya selain menggunakan siswa waktu sebaik mungkin.

Kemudian, secara sengaja Mika mengerem mobilnya tiba-tiba. Kayron sempat tersentak dan langsung menoleh ke arah Mika. Lelaki itu tidak memberikan penjelasan.

"Ada apa?" kata Kayron bingung. "Kamu menabrak sesuatu?"

Tanpa menjawab, Mika masih pada posisinya.

"Mika, are you okay?"

"Aku masih boleh bertanya sesuatu sebelum kamu bertanya lagi kepadaku?"

Kayron mengangguk. "Silakan tanyakan saja."

"Apakah kamu tidak ingin berpisah setelah kita lulus SMA nanti."

"Mik, itu sudah pasti. Kenapa kamu menanyakan itu." Kayron langsung merubah posisi duduknya menghadap Mika.

Mika mengangguk samar-samar. "Kalau kita berakhir sampai di sini bagaimana?"

Kayron tercengang, seketika darahnya terasa membeku, tidak mengalir lagi. Jantungnya tidak berdetak untuk beberapa detik lalu kemudian detak jantungnya menggebuh serta telinganya terasa berdenging teramat parah.

"Aku tidak yakin, kamu akan mau." Mika melepas rem tangannya dan segera melajukan mobilnya.

Seketika semua terasa sunyi selama perjalanan. Kayron kembali duduk normal. Sedangkan Mika dengan matanya yang memerah terus melajukan mobilnya tanpa menatap Kayron sedetik pun. Namun, setelah mereka tepat masuk ke dalam halaman rumah, saat mesin mobil telah mati, tak satupun dari mereka ingin turun dari mobil. Kata-kata yang ingin diucapkan seolah tersangkut di tenggorokan. Dan semua kata-kata yang akan terucap seolah tak akan ada artinya lagi. Ingin sekali keluar dari belenggu ini. Merasa tidak siap dengan perpisahan di depan mata.

"Kenapa kamu ingin kita berakhir sampai di sini." Kayron tahu jika Mika tidak akan bicara jikabtidak dilontarkan pertanyaan.

"Jika kamu tidak ingin memikirkan perpisahan itu. Maka di sinilah saatnya kita berhenti memikirkan itu."

"Maksud kamu dengan kita mengakhiri hubungan ini?"

Mika membisu.

"Oke kalau itu mau kamu." Kayron terlihat kesal. "Aku dari dulu sudah ingin mengakhiri ini tapi kamu selalu berusaha supaya aku tidak mengakhirinya. Namun sekarang? Kamu benar-benar membuatku kecewa."

"Kay," kata Mika purau. "Kali ini aku berpikir siapa yang paling merasa kehilangan di antara kita."

Mika melepas sabuk pengamannya dan langsung keluar dari mobil masuk ke rumah. Buru-buru Kayron mengikutinya. Setelah masuk Mika sudah duduk di sofa ruang tamu. Kayron ingin sekali pergi tidur namun melihat Mika yang hanya diam saja. Kayron segera duduk di samping Mika.

"Maaf," kata Kayron memegang tangan Mika. "Kita lupakan masalah ini dan biarkan itu terjadi."

Kayron mencium pipi Mika segera. "Aku ngantuk. Aku ke atas dulu, ya?" Ia melepas genggamanya dari tangan Mika. Lalu berdiri.

"Maaf kalau membuatmu kecewa."

Kayron memutar arah menatap Mika lalu mengangguk. "Selamat malam."

***

SUARA bel sekolah pertanda jam pertama akan dimulai mulai menggema di lorong-lorong serta koridor-kordior yang kian sepi akan orang berlalu lalang. Kelas 11-IPA-4 menjadi sedikit mencekam buku materi bertumpuk di atas meja untuk dipelajari kembali. Beberapa siswa di sudut berusaha membuat sontekan dengan menyalin materi penting pada kertas kecil. Mereka lakukan iti supaya ujian bab bisa berjalan dengan lancar dan nilai yang memuaskan.

Sejak tiba di kelas, Kayron sudah membawa buku cetak untuk dibaca di jalan saat perjalanan menuju sekolah. Karena ia tadi pagi di antar oleh Billy menggunakan mobil. Sama halnya dengan Tara dan Anisa wajahnya hampir saja tertutupi buku yang dibacanya dengan serius. Namun tidak untuk Reno yang sudah santai dan yakin bahwa Kayron akan berbagi jawaban dengannya.

"Bagaimana dengan makan malamnya yang kemarin lo ceritakan?" tanya Reno merebahkan kepalanya di atas meja sambil menatap Kayron yang terfokus pada buku.

"Lancar," jawab Kayron singkat.

"Orang tua kalian masih tetap setuju?" tanya Reno kembali.

"Fungsi hidung adalah untuk menyaring partikel, mematikan kuman, sebagai indra penciuman... dan ehh?" Kayron bergeming.

"Maksud lo, lo ciuman sama Mika dengan hidung," potong Reno sirgap dan menegakkan kepalanya sejenak.

"Yah kemarin gua cium Mika... eh maksud gua... haduh, tolong Ren jangan ganggu gua." Kayron mulai tidak terfokuskan. "Aku sudah putus dengan Mika jangan bahas soal itu lagi."

"Waduh, kenapa putus?" Reno lagi-lagi bertanya.

"Perubahan volume rongga dada dan perubahan tekanan merupakan proses..."

"Sebentar," potong Reno. "Maksudnya apa? Karena lo tertekan dengan orang tua lo."

"Reno tolong beri aku waktu untuk belajar, gua janji akan memberi lo jawaban nanti ketika ujian," kata Kayron memelas.

"Oke lo yang janji," kata Reno tersenyum. "Sekarang jawab pertanyaan gua kenapa lo putus!" Reno kembali menatap Kayron serius.

"Gua sama Mika membuat keputusan untuk mengakhiri hubungan supaya gua tidak lagi memikirkan perpisahan setelah lulus SMA nanti."

"Oh gua tahu sekarang." Reno menganggukan kepala. "Jadi..."

"Yah, lo benar sekali. Dan gua tidak mau perpisahan itu terjadi di saat gua belum siap kehilangan Mika."

"Tapi apa urusannya? Anggap saja selama kalian berpisah hati kalian itu membeku. Kalian simpan baik-baik hati itu sampai perpisahan itu berakhir dengan pertemuan penuh rindu."

"Apaan sih sok puitis, lo, Ren." Kayron memulai membaca bukunya kembali yang sempat terputus.

"Apa gua salah? Gua cuma ingin hati kalian tidak tersiksa. Okay, jika kalian memang benar sayang, perpisahan itu tidak menjadi halangan dong?"

"Sudah Reno gua mau belajar," pinta Kayron memelas.

"Ayolah, kalian pasangan pertama sesama jenis yang gua kenal. Jangan kalian putus seperti ini. Tunjukan dong kalau kalian mampu menanti perpisahan itu dan menyambut pertemuan yang lebih baru lagi dengan porsi perasaan yang tidak dibuat-buat. Ayolah!"

"Kamu bicara saja sama Mika, lagi pula Mika yang minta putus."

"Tapi kalau Mika meminta buat kembali, kamu masih menerimanya kan?"

Kayron mengangguk. "Semoga gua sanggup. Gua takut ketika pertemuan setelah perpisahan itu kami nggak lagi saling mencintai. Atau mungkin kita sudah memiliki pasangan."

"Coba deh lo cerna perkataan orang tua lo. Setelah lulus kuliah lo berdua kan dibebaskan memilih jalannya sendiri. Berarti entah pertemuan itu keadaan lo seperti apa itu bergantung pada pilihan hati lo sendiri, kan? Kalau lo memilih setia dan menanti Mika pasti lo tidak akan membuka hati untuk orang lain. Kecuali kalau Mika juga seperti itu."

"Kalau Mika ataupun gua tidak bagaimana?"

"Jangan terlalu banyak memikirkan hal yang nggak pasti akan terjadi." Reno mengeluarkan ponselnya dari saku celananya meletakkan di atas meja. "Sekarang seperti ini. Lihat ponsel gua!" Ponsel Reno menyala dan tertera (Masukan PIN). "Selama nomor PIN ini nggak gua tekan atau gua menekan nomor yang salah. Selamanya ponsel ini nggak akan kebuka. Dan sama halnya hati lo. Jika Nomor PIN itu adalah Mika. Jika bukan Mika yang membukanya selamanya hati lo akan terkunci. Kecuali nomor PIN itu sudah lo ganti."

"Apakah gua dan Mika akan tetap saling suka sampai di pertemuan itu?"

"Itu bergantung pada hati lo," kata Reno memasukan ponselnya ke dalam loker. "Dan ketika hati bertindak lo akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang selama ini membuat lo khawatir."

***

SUASANA yang ramai dan gaduh di kantin, suara tawa yang meledak dengan iringan suara piring dan sendok. Kayron, Bayu, Alfo dan Reno duduk di tengah kantin sambil menikmati kentang goreng untuk dimakan berempat untuk menghemat biaya di akhir bulan. Sedangkan Mika duduk di sudut kantin bersama teman-teman sekelasnya, walaupun berjauhan dengan Kayron ia mencoba mencuri pandang ke arah posisi sana. Padahal Kayron duduk menyingkur.

Perasaan yang masih membekas walau ikatan itu telah putus. Hati mereka tidak bisa dibohongi untuk saling mencintai, karena hati adalah wajah yang sebenarnya. Ingin hati Mika duduk di samping Kayron namun niatnya urung karena tahu hubungannya telah berakhir. Yang dia lakukan hanyala duduk menatap punggung Kayron sambil berusaha sebisa mungkin melupakan Kayron sebelum perpisahan.

"Mik, kenapa lihat ke sana terus?" tanya Reyhan.

"Kayron," jawab Mika singkat.

"Katanya lo sudah putus. Kalau lo nggak tega yah samperin aja."

"Tidak, kurasa ini lebih baik."

Mika pun menghentikan aksinya untuk menatap Kayron dan segera menyeruput secangkir kopi di depannya.

Lain pula dengan Reno yang menyadari aksi Mika. Ia pun segera berbisik kepada Kayron saat Mika tidak lagi menatap ke arah Kayron.

"Tadi Mika lihatin lo dari jauh."

"Di mana?" jawab Kayron tanpa berusaha mencari.

"Di belakang lo, area kumpulan anak IPS."

"Oh," jawab Kayron singkat.

"Lo nggak mau ke sana? Minta sesuatu supaya kita nggak miris seperti ini. Harus patungan beli sepiring kentang goreng."

"Iya Kay, ayolah minta Mika buat belikan sesuatu," kata Bayu memohon.

"Elo yang putus kok kita merasa merana yah," tambah Alfo, sedangkan yang lain menganggukan kepala.

"Kalian berharap gua menjatuhkan harga diri gua sebagai ketua OSIS di depan anak-anak IPS," kata Kayron sengal. "Lagi pula kalau Mika ingin ke sini juga dia akan datang sendiri."

"Dan dia akan datang ke sini," kata Reno.

"Serius lo!" Kayron langsung menoleh kebelakang dan langsung menemukan Mika yang juga menatapnya. Tatapan mereka bertemu dan Kayron langsung mengalihkan ke arah Reno lagi. "Lo apa-apaan."

"Yah, tuh kan dia benar datang ke sini." Reno sedikit menahan tawa.

"Nggak lucu, Ren."

"Gua nggak ngelawak."

"Terserah." Kayron mulai sebal dan mengambil kentang goreng dengan kasar dan segera memasukkan ke dalam mulut.

"Kamu mencariku?"

Begitu Kayron sadar ada suara khas yang dia sangat kenali ia langsung tersedak. Melototkan matanya ke arah Reno sembari hatinya bertanya apakah benar ada Mika berdiri di belakangnya. Walapun sebenarnya dia sudah yakin dan hapal akan aroma Mika.

Karena ia tahu isi hati Kayron, Reno pun segera mengangguk. "Al... Bay... sudah saatnya kita pindah meja." Reno langsung berdiri, diikuti Alfo dan Bayu.

Mika mendudukinya kursi kosong di samping Kayron  sambil mengulurkan minuman. "Ok, baru  dengar suaraku sampai tersedak seperti itu."

Tanpa banyak berpikir Kayron langsung minum. "Nggak kok, tadi kebanyakan aja masukin kentangnya ke mulut."

Mika langsung memegang puncak kepala Kayron. "Lucu deh kalau lagi bohong."

Kayron langsung cemberut. "Ini kantin." Ia menyingkirkan tangan Mika segera. "Kamu kenapa ke sini?"

"Tak apa, sehari putus sama kamu aku teras rindu mulai menggerogoti."

"Apaan dah," jawab Kayron kesal.

"Balikan yuk," kata Mika tanpa basa-basi.

"Nggak, kamu baru sehari putus saja. nggak betah gimana empat atau lima tahun nanti saat kamu di Jakarta."

"Yah, rinduku aku tahan. Lihat kamu di depan mata tuh rasanya aku tidak mau merasa jauh."

"Hmm."

"Aku juga diminta Reno balikan."

"Reno?" kata Mika mengerutkan kening dan segera melihat ke arah Reno lalu kembali lagi menatap Kayron. "Kalau hatimu?"

"Iya," jawab Kayron singkat.

"Oke." Mika langsung merangkul Kayron.

"STOP!" teriak Reno berdiri berjalan mendekat. "Ini kantin. Mika, sebelum adik lo berdiri sebaiknya aku cegah ini terjadi."

"Hahaha." Mika langsung tertawa melanjutkan pelukannya begitu erat. "Yasudah aku pergi dulu ke sana." Ia mengeluarkan uang lima puluh ribu dan di letakkan di atas meja di depan Kayron. "Ini buat jajan. Dari jauh aku lihat kalian kasihan sekali harus berbagi sepiring kentang goreng untuk berempat. Paling tidak ini cukup buat beli berempat." Ia lagi-lagi mengacak rambut Kayron dan segera pergi.

***

Dengan status yang kembali terjalin itu, Mika dan Kayron berusaha sebaik mungkin memperkuat hubungannya hingga akhirnya nanti akan terpisahkan. Berlanjut sampai di kelas tiga SMA. Mereka memutuskan untuk bimbel di tempat yang sama, Kayron yang terkadang mengajari Mika di pelajaran Matematika. Sedangkan Mika mengajari Kayron bermain gitar.

Saat mendekati ujian sekolah, Kayron terpaksa harus menginap di rumah Mika hanya demi mengajari kekasihnya itu pelajaran matematika. Kayron tidak pernah ampun mengajari Mika. Kendatipun demikian mereka punya kesempatan bersama.

"Nyet, pahami soalnya. Soal ini minta diapakan baru kamu kerjakan. Pecahkan rumusnya dulu. Bukan asal memasukkan rumus dan memasukkan semua angka yang ada di dalam soal. Perhatikan juga satuannya."

"Sabar ini aku mencoba," protes Mika. "Berapa kali kamu bilang seperti itu padaku. Santai saja."

"Hasilnya minus tiga puluh tiga sentimeter. Berapa hasil kerjamu?"

"Minus tiga puluh lima."

"Ha! Kok bisa. Coba hitung lagi."

"Nggak kok bercanda. Hasil hitunganku minus tiga puluh tiga sentimeter juga."

"Yasudah lanjutkan soal berikutnya. Aku mau ambil minum di dapur."

"Sekalian ambil gitar di kamarku yah, ini hampir selesai."

Kayron mengangguk dan segera pergi dari ruang belajar itu.

((BERSAMBUNG))


Thx atas waktunya membaca karyaku yang ini. Jika suka silakan vote atau abaikan saja dan tinggalkan pesan pada kolom komentar.

Lamongan, 14 Februari 2018.

MIKA DAN KAYRON MENGUCAPKAN HAPPY VALENTINE DAY. SEMOGA KALIAN MASIH TETAP SAYANG DENGAN PASANGAN.

AUTHOR TIDAK MENGUCAPKAN KARENA JOMBLO

🎵🎵🎵 DYNAMITE - BTS 🎵🎵🎵

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro