17. Hujan, Setiap Tetesnya Membawa Harapan
LANGKAHNYA penuh dengan keyakinan menuju ke depan kelas selagi seorang guru meninggalkan ruangan 11-IPA-4. Seisi kelas melihatnya bingung kenapa ia berdiri di sana dengan ekspresi cemas.
"Ada apa Kay?" tanya Bayu dari bangkunya.
Namun Kayron tidak menjawabnya. Karena Reno sudah tahu maksud Kayron berdiri di depan kelas sehingga ia pun berdiri dari bangkunya dan memberi pengumuman penting.
"Kayron hanya ingin meluruskan desas-desus yang beredar dan menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini," kata Reno kemudian kembali duduk.
Seisi kelaspun terdiam, menunggu Kayron berbicara di depan kelas.
"Maaf," kata Kayron gemetar. "Yah, gua tidak tahu kali ini harus bilang apa tapi kurasa kalian sudah tahu."
"Jadi mengenai foto dan berita itu benar," tanya Anisa di bangkunya.
Kayron hanya terdiam namun yang lain mengerti jawabannya.
"Kalian bebas malu mempunyai ketua OSIS seperti gua. Kalian bebas membenci gua. Dan kalian bebas menghindar dari gua. Tak apa, itulah yang memang pantas gua terima." Kayron mulai sedikit tenang walaupun tangannya sedikit berkeringat.
Sekitar empat siswa laki-laki yang duduk di sudut berdiri dengan membawa tas ransel berjalan menuju keluar kelas. Di susul dengan tujuh siswa perempuan di barisan depan berjalan keluar kelas degan menatap Kayron Kecewa.
"Sebentar," kata Alfo. "Sudah berapa lama lo sama Mika menjalin hubungan ini."
"Kurasa sudah sebulan lebih," jawab Kayron.
"Dengar-dengar anak OSIS pada keluar dari keanggotaan?" sahut Bayu.
Kayron hanya mengaggukan kepala. Ia tak ingin banyak cerita mengenai anggota OSISnya itu.
"Bagaimana dengan acara Dies Natalis?" tanya Tara. "Maksud gua apa yang lo lalukan dengan keadaan seperti itu, apakah lo putus dengan Mika? Ini kan ada hubungannya dengan lo dan Mika."
"Tidak," jawab Kayron. "Mika bilang dengan kami putus tidaklah merubah keadaan. Tapi, dia sudah berjanji akan tanggung jawab dan mencari jalan keluarnya. Maka dari itu gua berdiri di sini ingin mengajak kalian bergabung di keanggotaan baru panitia acara Dies Natalis."
"Bagaimana caranya?" tanya Bayu.
"Kalian bilang saja ke Seli, setelah ini ada rapat di ruang OSIS, atau kalian bisa saja langsung datang ke sana."
"Jujur kalau kecewa jelas gua kecewa Kay. Lo ketua OSIS seharusnya lo bisa punya pikiran yang bijaksana dengan lo memilih pacaran dengan laki-laki sungguh tidak etis dan benar-benar merusak norma masyarakat yang berlaku di sekitar kita. Kurasa lo juga tahu risikonya seperti apa nanti." Bayu langsung berdiri. "Dan lo memilih mempertahankan hubungan lo dengan Mika itu dari pada mempertahankan anggota OSISmu? Terus sekarang lo mengajak kita bergabung dengan OSIS?"
Tidak satupun berani menyangkal apa yang dikatakan Bayu yang begitu lantangnya mungkin kelas sebelah bisa mendengar apa yang dikatakan Bayu.
Tara langsung berdiri dan berkata, "Kurasa Kayron dan Mika punya alasan yang cukup kuat kenapa mereka bisa menjalin hubungan seperti ini. Bukan begitu Kay?"
"Iya, gua punya alasan dan Mika pun juga. Tapi kalau gua diminta untuk mengatakannya gua tidak bisa," sahut Kayron.
***
SEMUA anggota OSIS yang tersisa duduk di deretan kursi depan. Sedangkan pengurus OSIS inti duduk menghadap anggota OSIS selagi menunggu keanggotaan baru panitia yang ingin bergabung. Alih-alih berharap anggota OSIS yang keluar itu kembali bergabung dan mengikuti rapat. Namun sepertinya sia-sia.
Suasana yang canggung terjalin di dalam ruangan padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini setelah kejadian waktu itu saat Mita bersama yang lain keluar dari keanggotaan. Kayron bingung harus bagaimna lalu kemudian ia mengambil ponselnya, mengetik sesuatu untuk Mika.
To : Nyet-nyet
[Aku sekarang sedikit lega tadi sudah bicara di depan kelas. Yah, walaupun ada juga yang membenciku. Bagaimana dengan kamu? Aku sekarang menunggu di ruang OSIS bersama anggotaku yang tersisa. Aku merasa canggung sekarang.]
Menekan tombol kirim dan melihat-lihat suasana, melirik ke arah jam tangannya. Sudah hampir setengah jam rapat tidak segera digelar. Ia mulai khawatir kalau nantinya anggota OSIS yang terisisa ini nantinya akan keluar karena terlalu bosan.
"Bagaimana kalau kita mulai saja rapatnya?" tanya Kayron.
"Yah Kak kita mulai saja selagi menunggu yang lain datang," kata salah satu siswi kelas sepuluh. "Kak Seli tolong dimulai."
"Iya," sahut seli membuka buku notulen. "Notulen kegiatan hari senin, pemimpin rapat Kayron Triwicaksono, Moderator Rahmat Eko Wahyu Pramudiya, Pemateri... eh."
"Kayron Triwicaksono." Tiba-tiba suara bariton yang cukup merdu mengisi ruangan. Dan suara itu berasal dari Mika yang berdiri di pintu ruang OSIS. "Yah, yang akan menyampaikan rencana baru acara adalah Kayron, bukan lagi rencana lama yang dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan sekarang malah keluar dari keanggotaan OSIS."
"Mika?" kata Kayron terkejut. "Kenapa kamu di sini?"
"Katanya anak OSIS membutuhkan panitia baru maka dari itu aku membawa kurang lebihnya empat puluh siswa untuk bergabung." Mika keluar sejenak dan kemudian datang kembali. "Bolahkah kami masuk?"
Seluruh yang ada di dalam ruangan mengaggukan kepala. Kemudian Mika dan empat puluh siswa berbondong-bondong masuk ke dalam ruangan. Ada beberapa yang sudah dikenali Kayron sebagai teman sekelas Mika yaitu Galeh, Gideon, Ichal, Reno, dan Cyntia yang dulunya anggota OSIS sekarang bergabung lagi. Karena kursi hanya bisa menampung empat puluh lima siswa saja sedangkan ada lima puluh enam siswa ada di dalam ruangan tersebut, sehingga ada beberapa yang harus berbagi kursi untuk duduk.
"Harap tenang," kata Wahyu begitu lantang. "Bolehkah kita memulai lagi rapatnya."
"Boleh," sahut siswa laki-laki di kursi belakang. Suatu yang tak terduga Bayu juga bergabung dalam rombongan Mika tadi. "Tadi di kelas Kayron sudah bilang mengenai hubungannya, mungkin di ruangan ini banyak yang penasaran kenapa Mika dan Kayron bisa berpacaran serta apa alasan kalian? Gua berharap mendengar alasan tersebut sebelum berniat begabung di sini."
"Yah setuju." sahut beberapa siswa di sudut belakang ruangan sebelah kiri. Banyak juga mengaggukan kepala menyetujui.
"Gua minta Mika dan Kayron berdiri di depan," sahut Galeh.
Mika dan Kayron pun berdiri di depan ruangan.
"Ayo buruan," desak Galeh. "Kalian selama pacaran sudah ngapain aja, siapa tahu kalian sudah..." beberapa siswa tertawa karena ekspresi Galeh yang terlihat kocak karena menggoda Mika dan Kayron.
Kayron gemetar, Mika sudah tahu kalau akan seperti ini.
"Yah, gua dan Kayron sudah jadian sebulan yang lalu. Untuk alasannya, harus yah gua katakan kenapa gua menyukainya sedangkan gua tidak punya alasan untuk tidak menyukainya," kata Mika serius sambil melirik ke arah Kayron membuat Kayron tersenyum samar-samar.
"Eh, tapi beginilah keadaannya, posisi gua sudah terperangkap dunia yang membuat gua lebih nyaman dari sebelumnya walaupun Mika orangnya dingin," sahut Kayron. "Mungkin bagi kalian aneh tapi gua benar-benar suka terhadap Mika. Gua selalu salah tingkah ketika mata Mika yang biasa saja menatap gua dan ketika gua mendengar detak jantungnya di sanalah gua merasa lebih tenang."
"Anjiir, sudah duduk lo beruda daripada gombal-gombalan di sini, bikin enek aja-Mulai saja rapatnya," sahut Galeh beberapa siswa tertawa kembali melihat kekocakannya.
Mika dan Kayron kembali duduk di kursinya kemudian ada perempuan yang duduk di tengah mengacungkan tangan ke udara.
"Nama gua Mega," katanya. "Gua cuma ingin memberi masukan kalau rapatnya tidak usah terlalu formal banyak di sini bukan anak OSIS. Langsung pada topiknya saja. Gua setuju pada apa yang di katakan Mika tadi. Kalau kita semua membuat rencana baru bukan rencana OSIS yang sudah dirancang beberapa bulan yang lalu."
"Oke saya terima masukkannya, kalau begitu adakah yang di sini yang mempunyai usulan," sahut Kayron.
"Ketua OSIS bagaimana?" sahut Galeh.
"Yah, kurasa lo pasti sudah punya usulan," sahut Mega kembali.
"Yah, saya sudah punya. Apakah saya paparkan sekarang?" kata Kayron.
Yang lain mengaggukan kepala.
Kayron pun berdiri menuju ke papan tulis di sisi kiri ruangan. Menuliskan sesuatu di papan tulis tersebut sedangkan yang lainnya menyimaknya dengan seksama. Walaupun beberapa ada yang saling bercanda itu bukan lah menjadi masalah.
Kemudian dia memaparkan hasil pemikirannya mengenai rencana acara yang sudah ditulisnya di papan tulis tersebut. Walapaun tak semua bisa diterima namun rapat berjalan lancar dan tidak ada masalah yang serius.
***
SEHARI sebelum acara dimulai awan hitam tepampang luas di atas langit sejauh mata memandang. Suasana dingin sedikit menyejukkan, semilir angin sore mengembus ke sana ke mari menerbangakan daun-daun kering solah menyapu jalanan secara abstrak.
Mata Mika terasa perih saat butiran debu mulai mengganggu. Berdiri di samping mobil hitamnya yang terparkir di pinggir jalan di depan rumah Kayron selagi menanti Kayron keluar.
Karena terlalu lama Mika pun berniat untuk mengetuk pintu rumah. Setelah diketuk tak lama Kayron membukakan pintu dengan tas ransel di punggung dan memakai jumper-jaket berwarna kuning cerah.
"Kuning?" kata Mika dengan tatapan aneh menatap apa yang dikenakan Kayron. Menurutnya yang dikenakan Kayron terlalu mencolok untuk suasana yang mendung.
"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Kayron.
"Kurasa hari ini akan turun hujan jadi aku bawa mobil."
"Yasudah ayo."
"Aku tidak usah pamit dulu ke orang tua kamu apa?" tanya Mika.
"Tadi sudah aku pamitkan, buruan nanti keburu hujan,"
"Kita bawa mobil aman lah."
"Aku tidak mau sampai kehujanan di sana."
Merekapun berjalan dengan sedikit berlari menuju mobil hitam milik Mika yang terparkir. Setelah masuk Kayron memindahkan tasnya ke jok tengah dan langsung memasang sabuk pengaman begitu juga Mika yang sudah memasang sabuk pengaman dan sudah menyalakan mesin mobil.
"Hari ini kamu jelek banget," kata Mika samar-samar selaki kakinya menginjak perdal gas.
"Kamu bicara apa tadi?" tanya Kayron. "Aku jelek?" Kayron langsung mengaca dengan layar ponselnya yang padam.
"Kamu tidak punya jaket warna lain?"
"Oh, jadi gara-gara jaket yang aku pakai sampai ngatain aku jelek." Kayron langsung merajuk, membuang muka menghadap keluar mobil.
"Memang jelek," sela Mika segera.
"Iya."
Mika langsung tersenyum dan sekali lagi menggoda Kayron, "Jangan cemberut jadi makin nambah deh jeleknya."
"Puasin saja asal kamu bahagia," kata Kayron kesal. Lalu kemudian hujan mulai turun menghantam kaca cendela mobil yang tertutup, ekspresi Kayron langsung berubah menjadi lebih masam. "Kalau hujan gini lapangan sekolah pasti banjir."
Dan benar adanya begitu mereka tiba di sekolah, hujan semakin deras genangan air sudah setinggi mata kaki hingga sepatu Kayron harus terpaksa ditenteng agar tidak basah dan berlari tanpa alas kaki dengan cepat menuju tempat teduh setelah turun dari mobil. Mika pun menyusul di belakang hanya mengenakan sandal.
"Tuh kan benar kataku sekolah pasti banjir kalau hujannya sederas ini," gerutu Kayron selagi membersihkan bajunya yang tak kotor dan hanya basah di bagian atas jaketnya. "Dan aku basah."
Mereka pun berjalan melewati koridor melihat ke arah lapangan yang sudah seperti lautan. Kayron lagi-lagi menggerutu. "Parah nih."
"Hujan tuh rejeki dan harus disukuri," kata Mika. "Coba pikirkan solusinya nanti kalau hujan sudah reda bagaimana menyurutkan air di lapangan."
"Dari tadi juga aku sudah mikirkan itu. Tidak mungkin kan acara yang sudah kita siapkan selama sebulah terpaksa harus ditunda."
Kemudian saat mereka asik berbincang-bincang mengenai hujan kali ini, Wahyu datang dengan memancarkan ekspresi cemas sambil membawa ponsel di tangan kiri dan rambutnya yang basah seperti telah menerjang hujan. "Kay, tadi pak Jum nge-whatsapp gua katanya kalau lapangan tidak memungkinkan kita diminta ganti hari saja," katanya.
"Itu tidak mungkin, bagaimana kita bilang kepada seluruh undangan kalau acara ditunda itu sungguh tidak profesional," protes Kayron.
"Tapi mau gimana lagi Kay keadaan sudah seperti ini, lihat saja lapangan sudah seperti lautan."
"Kata Bayu terop dan panggung serta kursi sedang di perjalanan."
"Tapi kalau deras seperti ini mungkin panggung dan terop akan dibangun setelah hujan sudah reda," sahut Mika yang akhirnya unjuk bicara.
"Yasudah mari kita bicarakan dengan yang lain bagaimana solusinya." Kayron langsung berjalan menuju ruang OSIS, disusul Mika dan Wahyu dibelakang mengikuti langkah Kayron. "Gua berharap acara masih bisa terlaksana besok."
***
MALAM sekitar pukul enam malam debit air hujan sudah tidak sederas tadi sore dan baru sekitar pukul tujuh hujan sudah berhenti total, bintang-bintang di langit pun mulai tampak dan bulan sabit yang cerah mulai terpancar. Panggung dan terop sudah berdiri di tengah lapangan yang banjir, walaupun segala cara dilakukan agar air di lapangan surut.
"Bagaimana ini Kay? Kita sudah membendung agar air di luar lapangan tidak masuk lagi ke dalam. Kita juga sudah membuang airnya ke luar tapi tak juga surut," kata Wahyu yang bajunya serta celananya sudah basah. "Dan sepertinya anak-anak sudah kecapekan."
"Kalau begitu kita istirahat saja dulu atau aku belikan makan dulu," kata Kayron. "Mengenai banjir, kita pompa saja airnya bagaimana? biar cepat, terus baru kita mulai dekorasinya."
"Yah, sepertinya di gudang dekat ruang guru ada pompa air. Aku ambil ke sana dulu," jawab Wahyu.
"Sekalian minta yang lain istirahat dulu saja di ruangan yang sudah disediakan untuk panitia," kata Kayron.
Wahyu mengaggukan kepala lalu pergi meninggalkan Kayron.
Sambil melihat Wahyu berjalan menjauh Kayron mengeluarkan ponsel dari saku celananya untuk menghubungi Mika. Namun urung karena ia melihat Mika sedang berlajalan ke arahnya.
"Kenapa, cariin aku? Sepertinya tadi mengetik sesuatu kenapa tidak jadi," kata Mika selagi langkahnya mendekat ke arah Kayron.
"Jangan kepedean kamu," gerutu Kayron.
"Cari makan yuk, sepertinya yang lain pada kelaparan."
"Lah, aku juga mau ajak kamu cari makan buat teman-teman."
"Tadi katanya tidak cariin aku?" Mika tersenyum tipis dengan mengerutkan dahi. "Jaket kuning kamu ke mana, apa tidak dingin?"
"Katamu tadi aku jelek pakai itu, yah aku lepas lah."
Tanpa basa-basi Mika langsung melepaskan boomber-jaketnya dan meyerahkan ke Kayron. "Pakai ini," katanya.
Dia langsung berjalan menuju parkiran di mana mobilnya terparkir.
"Mau ke mana Nyet?" tanya Kayron dengan berteriak dan masih berdiri di tempat.
"Katanya beli makan?" sahut Mika tanpa menoleh ke belakang.
Kayron langsung mengikuti langkah Mika di belakang hingga akhirnya masuk ke dalam mobil memakai jaket pemberian Mika dengan benar dan memasang sabuk pengaman. Begitu juga Mika yang melajukan mobilnya keluar dari area sekolah.
"Kita beli makan di mana yang bisa menerima pesanan sampai lima puluh enam?"
"Di jalan veteran di samping gereja," jawab Kayron.
Sunyi sejenak, sejak dulu Mika tidaklah mudah berbasa-basi mencari perbincangan. Namun kemudian Kayron mendapatkan topik yang perlu untuk dibahas.
"Gara-gara menguras habis air di lapangan tenaga kita semua juga ikut terkuras. Aku takut kalau besok bayak yang kelelahan saat acara berlangsung."
"Iya," sahut Mika.
"Semoga air dilapangan segera surut."
"Jangan terlalu dipikirkan begitu mendalam, ada yang bilang orang dengan mudah sakit itu karena terlalu banyak pikiran," kata Mika selagi mencari tempat untuk memakirkan mobilnya karena telah tiba di tempat yang dimaksud Kayron untuk memesan makanan. "Aku tunggu di warung kopi di sana, Galeh tadi pesan kopi."
"Yah, nasi bungkusnya banyak loh bantuin bawa," pinta Kayron.
"Pasti," jawab Mika melepas sabuk oengaman saat Kayron hendak keluar dari Mobil. "Bawa uang tidak?"
"Oh iya, tidak kan tadi belum minta uang ke bendahara."
Tanpa banyak bicara Mika mengerluarkan dompet dari saku belakang celananya dan memberikan kepada Kayron. "Bawa saja, tidak usah diganti juga tidak apa."
"Buat kopinya gimana sudah ada uang?" tanya Kayron membuka isi dompet Mika yang tebal penuh dengan kartu ATM dan uang tunai.
"Sudah," jawab Mika singkat.
Sekitar pukul delapan Mika dan Kayron kembali ke sekolah dengan membawa banyak sekali makanan dan minuman. Hingga perlu beberapa orang untuk memindahkan ke ruang panitia di kelas 11-Bahasa yang mejanya sudah di pindahkan ke belakang agar memberi tempat yang luas, serta tikar sudah tergelar meredam dinginnya lantai. Begitu makanan tiba semua langsung berebut untuk segera memakannya karena perut mereka sudah melilit.
"Kay, makan di luar saja yuk!" bisik Mika saat meletakkan kardus air minum di dekat pintu besamaan dengan Kayron yang meletakkan satu kresek penuh dengan nasi bungkus.
Kayron mengaggukan kepala dan mengambil dua bungkus dari kantong keresek yang tadi dibawanya sedangkan Mika membuka segel kardus untuk mengambil empat gelas air minum kemasan.
Mereka berdua pun makan di depan kelas di atas kursi panjang tanpa sandaran. Duduk berhadapan dengan dua bungkus makanan yang terbuka sebagai penghalang di antaranya.
"Kamu tidak dingin, ini jaket kamu." Kayron hendak melepas jaket pemberian Mika.
"Jangan berlebihan, pakai saja dulu."
"Hey, makan tuh bareng-bareng biar makin kompak tidak malah kencan sendiri seperti ini," protes Galeh saat hendak membuang bungkus makanan ke tempat sampah.
"Sirik kan lo," sangkal Mika.
"Sirik, Lo menghina gua?"
"Sudah-sudah, kenapa malah berantem?" kata Kayron melerai. "Gal, lo cepat banget makannya?"
"Yah gua laper lah, sekarang waktunya tidur."
"Eh, malah tidur kan belum dekor," protes Mika.
"Eh lo kira kuras lapangan tidak menguras tenaga apa?" Galeh langsung masuk ke dalam ruangan.
"Benar juga sih, sepertinya mereka perlu istirahat, kita bisa melanjutkan besok pagi-pagi sekali," kata Kayron yang sepertinya sudah tidak nafsu makn lagi memikirna nasib acara yang kurang beberaoa jam lagi.
"Iya biar aku sampaikan ke yang lain, sekarang kamu makan saja dulu."
Mika hendak berdiri namun tiba-tiba ada suara yang tak asing datang mendekat.
"Kalian bisa istirahat saja biar kami yang melanjutkan." Suara perempuan diikuti suara puluhan langkah kaki menggema di koridor. Dan suara itu berasal dari Mita dan di belakangnya adalah anggota OSIS yang mengundurkan diri sebulan yang lalu. Mika pun urung untuk berdiri.
"Maafkan kami kurang bertanggung jawab dalam amanah yang sudah diberikan selama kami semua menjabat sebagai anggota OSIS," lanjut Mita kembali. "Biar kami saja yang melanjutkan, tapi beri tahu kami konsepnya biar tidak keluar dari tema saat mendekorasi."
Kayron masih tercengang dan seperti lupa berkata-kata. "Terima kasih kalian sudah mau datang ke sini, jika itu mau kalian silakan tapi kalian minta izinlah ke yang lain."
"Mereka ada di dalam," lanjut Mika menunjuk ke arah pintu kelas 11-Bahasa.
"Mengenai waktu itu gua pribadi minta maaf banget yah," kata Mita dengan begitu tulusnya. "Sebenarnya itu hak kalian mau berpacaran dengan siapa saja, dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan gua. Gua sepertinya sudah terlalu mementingkan ego gua sendiri."
"Tak apa gua paham kok Mit, itu pasti kalau kalian semua kecewa terhadap gua-"
"Bukan begitu Kay," sela Bintang di samping Mita. "Dengan adanya kalian berdua acara ini akhirnya bisa berjalan walaupun aksi kami sungguh tidak bertanggung jawab."
"Yahsudah kalian masuk saja dulu, gua sama Mika juga minta maaf telah membuat kalian semua kecewa," kata Kayron berdiri dan hendak mengulurkan tangan kepada Mita dan Bintang untuk berjabat tangan. Dan uluran tangan Kayron disambut dengan baik.
"Nanti teman-teman menginap di sini kan?" tanya Mita.
"Yah, nanti yang perempuan akan tidur di 11-Bahasa sedangkan yang laki-laki tidur di ruang OSIS."
Mita beserta anggota OSIS pun berbondong-bondong menuju ke kelas yang di tunjukkan oleh Mika. Kayron pun merasa sedikit tenang sekarang saking senangnya dia hampir saja memeluk Mika namun urung saat Mega keluar dari ruangan hendak membuang sampah.
"Kalau mau peluk, silakan peluk saja kenapa harus malu," goda Mika.
"Apaan sih," sangkal Kayron.
Mega berdeham mendengar perbincangan Mika dan Kayron.
"Eh ada Mega," kata Kayron mengalihkan.
"Awas lo berdua kalau mesum," ancam Mega. "Gua saranin lo berdua nanti kalau waktunya tidur jangan bersebelahan. Bahaya." Kemudian Mega kembali masuk ke dalam.
Mika dan Kayron saling bertukar pandangan terdiam sejenak lalu tertawa tertawa terbahak-bahak setelah berhasil mencerna perkataan Mega.
((BERSAMBUNG))
Lamongan, 21 Oktober 2017.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro