
13. Bahagia, Rasa Sederhana Dari Jatuh Cinta
KERTAS folio bergaris, bolpoin, tip-ex dan buku materi Sejarah sudah berada di atas salah satu meja di Perpustakaan. Namun, Kayron masih belum ada niatan untuk mengerjakannya. Ia malah sibuk dengan ponselnya mengetik lalu menghapus karena ragu.
To : Nyet-nyet
[Nyet? Kamu... eh... ma-marah?]
Setelah yakin dia langsung menekan tombol kirim. Lalu meletakkan ponselnya di samping kertas folio-nya. Dan mulai mengerjakan tugas sekolah.
Tak lama setelah Kayron telah mendapat kurang lebih seratus kata ponselnya begetar mendapatkan pesan dari Mika. Lalu dibacanya.
From : Nyet-nyet
[Tidak :p]
Kemudian disusul pesan kedua dari Mika.
[Pesan juga bisa gerogi yah? Jahaha]
Walaupun Mika sudah menjawab pesan darinya tapi tidak ada keinginan Kayron untuk membalasnya lagi. Kayron kembali melanjutkan tugas sekolahnya.
"Loh... kamu di sini toh."
Terdengar suara yang tidak asing bagi Kayron. Ia langsung mendongak di mana suara itu berasal dan ternyata dari Mika yang berdiri di sampingnya sambil membawa beberapa buku dari Perpustakaan.
"Mika?" kata Kayron terkejut. "Iya di kelas ribut semua jadi tidak bisa konsentrasi."
Mika mengangakat kedua alisnya, mencoba membaca hasil kerja Kayron. "Oh... tentang kemerdekaan Indonesia."
Kayron mengaggukan kepala ikut melihat hasil kerjanya.
"Ini masih banyak yang terlewatkan, tunggu sebentar nanti aku bantu." Tanpa permisi Mika langsung pergi dengan sedikit terburu-buru.
Karena menurut Mika hasil kerjanya masih ada yang kurang alias masih ada bagian yang terlewatkan maka dari itu Kayron tidak ingin melanjutkan sampai akhirnya Mika kembali. Ia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi Instagram.
Saking asiknya dengan ponselnya sampai tidak menyadari kalau Mika sudah kembali sambil membaca buku materi Sejarah.
"Gimana cepat selesai kalau sibuk dengan ponsel terus," kata Mika membuat Kayron terjingkat.
"Eh," kata Kayron setengah terkejut. "Di Instagram, MMY mengadakan event kenapa kamu tidak bilang-bilang." Kayron menunjukan gambar yang dikirim oleh akun Instagram MMY Music School.
"Iya," sahut Mika.
"Iya? Kamu tidak ajak aku ke sana? Memang ini event apa?"
"Pentas produksi kecil-kecilan hanya di halaman depan gedung MMY. Kamu mau lihat?"
Kayron mengaggukan kepala.
"Aku ada satu kartu undangannya."
"Tapi kamu ikut kan? Maksud aku, tampil kan di sana?"
"Tidak. Sudah selesaikan tugas Sejarah kamu dulu." Mika merebut ponsel Kayron meletakkan sedikit jauh dari jangkauan Kayron. "Kalau tulis ulang bagaimana tidak apa-apa kan?"
"Terus gunanya apa aku lihat, tapi kamu tidak tampil."
Mika menatap mata Kayron serius membuat Kayron salah tingkah ia langsung mengganti di lembaran lain, mulai menulis apa yang dikatakan Mika kepadanya. Hingga akhirnya selesai dan mendapatkan kurang lebihnya seribu kata.
"Aku balik ke kelas dulu yah." Mika berdiri dari kursinya.
Kayron mengaggukan kepala dan Mika sejenak sebelum berdiri sempurna ia mencuim puncak kepala Kayron. Tapi, Kayron membiarkannya karena Perpustakaan lengang saat itu. Mika mengacak rambut Kayron lalu pergi.
Sambil tersenyum Kayron memandang Mika mengikuti sampai Mika keluar dari Perpustakaan seraya merapikan rambutnya yang sedikit berantakkan.
***
SUARA bel pertanda sekolah berakhir berbunyi nyaring. Kelas 11-IPA-4 mulai panik di mana kelas lain tampak ceriah. Tara hampir saja menangis karena tugas sejarahnya hanya mendapatkan lima ratus kata sedangkan yang diperintahkan adalah delapan ratus kata. Reno apalagi ia bahkan belum menulis sama sekali. Baru akan menulis setelah Alfo menyelesaikannya.
"Kay lo dapat berapa kata, tadi lo ke perpustakaan kan?" tanya Tara dengan ekspresi panik.
"Seribu lebih," jawab Kayron santai sambil menyusun agenda rapat untuk nanti di Ruang OSIS.
"Anjir, banyak bener. Punyaku nih ya kurasa sudah lengkap semua tapi kok cuma dapat lima ratus kata tidak kurang dan tidak lebih."
"Ya iya Kayron dibantu sama Mika, seharusnya lo juga minta bantuan mantan lo itu," celetuk Reno selagi menyalin hasil kerja milik Alfo karena Kayron teman sebangkunya tidak ingin membagi dengan orang lain.
"Reno jangan mulai." Kayron langsung menatap Reno tegas sedangkan Tara tidak mau tahu dan mencoba menambahkan hasil mensontek milik Anisa.
"Yah lo enak punya pacar anak IPS mereka kan jiwa sosial dan nasionalismenya tinggi."
"Loh, Kayron sudah punya pacar baru." Seli tiba-tiba menyahuti, berdiri di samping meja Kayron.
Kayron langsung salah tingkah menggaruk belakamg kepalanya sambil nyengir. "Eh, Seli... ada apa?"
"Nih buku agendanya gua lupa tadi kasihkan ini ke Tini sekretaris dua. Lo tahu gua hampir pusing tugas Sejarah dan pre-test Biologi sebentar lagi." Seli meletakkan buku agenda dengan kasar di atas meja Kayron dan langsung pergi ke bangkunya kembali.
"Bay, ini tugas Sejarah gua." Kayron menyerahkan kertas folio ke Bayu yang duduk di depannya lalu berkemas dan segera pergi ke Ruang OSIS. "Jangan ada yang boleh salin punya gua, kecuali lo." Kayron langsung pergi keluar kelas dan di sana sudah ada Mika yang berdiri bersandar pada tembok di samping kelas.
"Jadi beneran nunggu aku sampai selesai rapat?" kata Kayron menghampiri Mika.
Mika mengaggukan kepala dan menyerahkan kartu undangan. "Nih barangkali kamu mau datang."
Kayron menerimanya lalu membacanya.
"Teman sekelas kamu tidak ada yang pulang?"
"Hampir semua harus mengikuti Pre-test Biologi gara-gara praktikum bulan lalu gagal. Ditambah lagi tugas Sejarah yang harus dikumpulkan sekarang. Oh iya terima kasih tadi sudah dibatuin mengerjakan."
"Eh, kamu mau ke ruang OSIS kan?" tanya Mika. "Aku ke Basecamp Olahraga dulu kalau begitu. Nanti kalau sudah selesai hubungi aku."
Kayron mengaggukan kepala. Mika menepuk dahi Kayron lalu pergi meninggalkan Kayron.
***
SAMBIL menunggu Kayron sampai selesai rapat OSIS Mika mengunggu di Basecamp Olahraga. Tempat berkumpulnya siswa-siswa yang mengikuti ekstrakulikuler Olahraga seperti Basket, Futsal maupun Sepak bola, voli, Bulu tangkis, Tenis lapangan dan Tenis Meja, Lari dan Catur. Mika juga tergabung pada tim Basket karena postur tubuhnya yang tinggi dan lincah.
Walaupun Basecamp tersebut adalah identik dengan banyak jenis bola namun di antara rak-rak berisi bola juga terdapat gitar dan drumbox untuk sekadar meringankan suasana. Mika memetik gitar mengiringi beberapa anak yang berada di sana untuk bernyanyi.
Saat asik-asiknya benyayi Reno masuk ke dalam Basecamp, Reno juga tegabung dalam tim Basket. Sejenak Mika berpikir mencari informasi lebih jelas tentang Kayron karena Mika tahu Reno adalah teman sekelas Kayron dan kebetulan Reno sudah tahu atas hubungannya dengan Kayron. Sehingga tak perlu ragu untuk bertanya kepadanya.
"Besok latihan basket pukul berapa?" tanya Reno.
Sejenak nyanyian berhenti. Mika menjawab, "Pukul dua bersama SMA Bhakti Timur."
Mika menyerahkan gitar yang dibawanya kepada yang lain dan langsung berdiri mengajak Reno keluar dari Basecamp untuk pergi ke tempat yang sepi. Padahal Reno hendak duduk karena ingin juga bergabung menyanyi.
Mika dan Reno duduk di Gazebo di sekitar lapangan belakang. Sekolah sudah cukup sepi apa lagi di lapangan belakang sekolah malah semakin sepi.
"Ada apa lo culik gua ke sini?" tanya Reno. "Ah... gua tahu pasti lo mau tanya sesuatau tentang Kayron."
Mika hanya mengaggukan kepala.
"Gua juga tidak habis pikir lo cowok paling keren di SMA Kalikunig Selatan ini, fans lo banyak, ribuan cewek seperti ngatri buat dapetin lo tapi...." Reno menelan ludah sejenak mengatur kalimatnya agar tidak menyinggung perasaan Mika. "Lo milih Kayron sebagai pacar lo."
"Gua di sini cuma mau tanya Kayron."
"Lo tadi di Perpustakaan habis ngapain Kayron?"
"Ha?" Mika terbelalak. "Cuma bantu dia mengerjakan tugas."
"Hahahaha." Reno malah tertawa. "Ada yang lain pasti yang bikin Kayron bahagia."
"Anjir, memang salah kalau gua bikin dia bahagia."
"Sebenarnya tidak salah, itu memang wajib sebagai seorang pacar."
"Tapi?"
"Gara-gara yang lo lakuin di perpustakaan sampai Kayron bahagia itu membuat seisi kelas merana. Asal lo tahu saja kalau Kayron suasana hatinya lagi mebaik dia bakalan pelitnya minta ampun dan kalau suasana hatinya memburuk maka dia akan lebih baik dan lebih rajin tiga kali lipat."
Mika hanya terdiam sambil tersenyum membayangkan wajah Kayron yang lucu ketika hasil kerjanya tidak ingin dibagi.
"Gua saranin kalau ada tugas sekolah, PR, test maupun ujian sebaiknya lo bikin Kayron suasana hatinya memburuk supaya kelas 11-IPA-4 bisa berbahagia-ria. Gua kira waktu Kayron bilang lo marah dia bakalan mau berbagi tugas nyatanya datang dari perpus senyum-senyum sendiri dan gua tidak dapat menyalin tugasnya."
"Mika." Tiba-tiba Kirana datang dengan membawa tas kecil yang tadi pagi diberikan oleh Mika. Membuat Mika dan Reno terdiam dan mengarahkan oandangan ke Kirana. "Tadi aku ke basecamp Olahraga katanya kamu keluar tahunya di sini."
"Ada apa?"
"Tadi sudah nunggu lama di gerbang tapi sopir belum datang juga. Aku coba hubungi tapi tidak bisa. Aku boleh nebeng kamu tidak?"
Namun Mika hanya diam. Ia sudah berjanji kepada Kayron akan menunggunya.
"Rumahnya mana?" tanya Reno kepada Kirana.
"Eh, di jalan Mastrip."
"Bareng gua gimana? Kebetulan se arah?"
Mika masih terdiam, Kirana berharap semoga Mika mau mengantarnya pulang namun kenyataannya Mika malah menolak dengan cara harus.
"Maaf, gua sudah ada janji setelah ini," kata Mika. "Mau gua pesankan taksi?"
"Janji dengan si inisial K?" tanya Kirana ragu.
Namun Mika tidak menjawab akan tetapi Kirana sudah tahu bahea jawabannya adalah iya.
"Yasudah kalau begitu mungkin pak sopirku sudah di depan." Kirana langsung pergi menyeka air mata yang hampir saja jatuh.
Sambil memandangi Kirana yang pergi menjauh. Reno berpamitan untuk pulang. Namun Mika juga ikut pergi. Mereka berdua berjalan bersama menuju Basecamp Olahraga untuk mengambil tas. Setelah itu tujuan Mika ke ruang OSIS, tapi Reno pergi ke tempat parkir.
Sampai di Ruang OSIS, rapat masih berlangsung sehingga Mika harus menunggu lagi. Ia duduk di kursi panjang di samping ruang OSIS memperhatikan taman dengan tanaman bunga yang tertata rapi.
Sekitar pukul empat sore pintu ruang OSIS terbuka. Para anggota OSIS berhambur keluar ruangan. Hampir keseluruan tidak menyadari keberadaan Mika keculi Cyntia teman sekelasnya dan beberapa dari anak kelas sepuluh yang menyapanya sambil hilir mudik.
Namun tak lama yang paling terakhir keluar adalah Kayron, Wahyu, Seli dan Firda yang sedang berbincang-bincang serius mengenai OSIS.
"Eh Mika," sapa Wahyu.
"Loh kamu di sini?" kata Kayron terkejut. "Aku kira masih di Basecamp Olahraga."
"Yasudah Kay kami duluan yah," kata Firda mewakili Wahyu dan Seli.
Kayron mengaggukan kepala, mereka pun pergi. Ia duduk di samping Mika seraya mengeluh atas rapat OSIS yang berlangsung tadi.
"Sumpah Nyet tadi rapat bikin pusing banget. Mita dan Bintang mereka sama-sama mempertahankan usulannya masing-masing."
"Itu tugas kamu dong sebagai penengah."
"Pasti. Tapi yah begitu, Sikap mereka berdua sama sekali tidak dewasa. Mereka tidak bisa lapang dada. Sama-sama egois dan... ya begitulah."
"Bahas tentang apa?"
"Acara Dies Natalis SMA Kalikuning selatan. Acaranya masih dua bulan lagi tapi kan yang semuanya perlu persiapan, kalau rapatnya alot seperti ini terus kapan mau bergerak? Setelah cukup lama akhirnya aku coba mendinginkan suasana. Mereka berdua aku minta untuk presentasi masing-masing usulan dari mereka. Dan besok pukul dua siang ada rapat lagi." Kayron mengembuskan nafas berat. "Sepertinya aku tidak bisa hadir di event MMY."
"Kan acaranya masih malam."
"Buat apa juga hadir tapi kamu tidak tampil." Kayron mengarahkan pandangan ke taman dengan tatapan kosong.
"Aku niatnya mau nemenin kamu maka dari itu kemarin aku tidak daftar." Mika menatap Kayron. "Besok aku ada latihan basket pukul dua, barang kali mau bareng ke sekolah besok. Nanti malemnya sekalian ikut acara MMY."
"Lihat besok lah."
Lengang sejenak. Sekolah lumayan sepi, beberapa siswa berlalu-lalang. Waktu menunjukan pukul lima sore.
"Jadi sampai kapan kita di sekolah?" tanya Kayron kepada Mika.
"Sampai kamu minta pulang?" jawab Mika.
"Yasudah ayo pulang!"
Sehari mereka menjalin hubungan. Semuanya berjalan sesuai apa yang mereka inginkan. Kayron perlahan mulai merasa nyaman dengan sosok Mika walaupun awalnya ia merasa ragu hubungan seperti ini tidak akan berjalan lama.
Mereka berjalan menuju tempat parkir. Tak banyak sepeda motor di sana. Hanya ada sekitar sepuluh sepeda motor. Begitu keluar dari area sekolah melewati gerbang masuk mereka tidak mengetahui Kirana masih menunggu sopirnya yang tak kunjung menjemputnya.
***
PINTU rumah terbuka, Mika masuk ke dalam. Seorang wanita langsung mengintrogasi. Namun Mika mengabaikannya. Karena menurutnya adalah sebuah ocehan yang tak ada pengaruhnya.
"Mika? Jam berapa ini kamu baru pulang? Sekolah kan sudah selesai pukul dua dan kenapa sekarang pukul enam baru pulang?" kata wanita itu berdiri dari sofa menghampiri Mika.
"Terserah aku mau pulang kapan. Mama yang tidak pulang selama dua minggu saja tak menjadi masalah." Mika menatap wanita itu dengan tatapan biasa.
Wanita itu terdiam sejenak lalu berbicara keluar dari topik. "Tadi oleh-oleh dari Mama sudah kamu berikan ke Kirana kan?"
"Sudah," jawab Mika singkat.
"Tadi tante Lydia tadi cerita ke Mama katanya Kirana telat dijemput oleh sopir. Tadi dia bareng sama kamu kan?"
"Tidak." Mika langsung pergi meninggalkan wanita itu menuju kamarnya.
"Kenapa begitu?"
"Aku sudah ada janji Ma jadi tidak bisa."
"Pasti janji dengan anak-anak band kamu yang tidak jelas itu kan?"
Brak! Suara pintu kamar tertutup dengan kasar, lalu terbuka kembali.
"Jangan sangkut-pautkan dengan band. Dan tak ada hubungannya dengan itu." Pintu terbanting lagi.
Namun pintu kamar Mika terbuka namun yang membukanya adalah Resky. Mika saat itu sedang melepas kancing baju seragam sekolahnya hendak pergi mandi.
"Kenapa?" kata Mika tegas namun tidak menatap Resky.
"Maaf, Om cuma ingin minta tolong saja. Tadi Om nge-loundry kata petugasnya besok siang bisa diambil. Bisa kamu ambil tidak?" kata Resky hati-hati.
Namun Mika tidak menjawabnya.
"Bawa mobil saja karena ada karpetnya juga."
"Kunci mobilnya?"
"Ada di atas lemari es, sekalian sama nota dan ongkos loundry dan uang bensin."
Mika mengaggukan kepala.
"Jadi kenapa kamu pulang terlambat?" kata Resky ragu kembali. Ia merasa tenang sekarang Mika sudah bisa dimintai tolong.
"Besok siang Om ke Surabaya?" tanya Mika.
Resky mengaggukan kepala.
"Tadi ada urusan di sekolah jadi pulang sedikit terlambat." Mika langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Resky pun mengembuskan nafas lega setidaknya Mika sekarang sudah bisa diajak bicara tidak seperti sebelum-sebelumnya.
***
MELEMPARKAN tas ransel sekolahnya ke atas kasur. Meletakkan tas Macbook-nya di atas meja lalu menyambar handuk kering di lemari pakaian dan segera menuju ke kamar mandi.
Karena keran kamar mandi di kamarnya tidak menyala ia pun berpindah ke kamar mandi di dekat dapur. Saat itu di dapur Etik dan Tyas sedang memasak untuk makan malam.
"Kenapa baru pulang dek?" tanya Etik kepada Kayron.
"Rapat OSIS Bun."
"Ah, paling juga nongkrong di warung kopi," celetuk Tyas.
"Tidak usah kompor deh Mbak."
"Kayron pergi ke warungkopi? Impossible banget." Tiba-tiba Billy ikut menyahuti sambil masuk ke dapur menuju lemari Es.
"Hmm, sudah aku mau mandi." Kayron langsung pergi.
"Tadi diantar pulang siapa tuh sepertinya cowok?" tanya Billy saat Kayron hendak masuk ke dalam kamar mandi.
"Kepo."
"Cia... barangkali pacar baru kamu," celetuk Billy.
Kayron berhenti berjalan sejenak.
"Hust! Jangan bilang gitu tidak mungkin anak kesayangan Bunda sampai pacaran sama laki-laki."
"Siapa tahu Bun," sahut Tyas. "Tadi pagi di depan gang juga Kayron dijemput laki-laki."
"Pakai sepeda motor Scoopy kan?" tanya Billy kepada Tyas.
Tyas mengaggukan kepala, sedangkan Kayron masih terpaku. Dalam hatinya merasa ragu kembali haruskah ia jujur sekarang atau menunggu lebih lama lagi untuk berkata jujur.
"Ada apa ini? Sepertinya seru di dapur." Tiba-tiba Kuncoro datang.
"Yah tadi ada surat undangan dari pak RW, Tyas letakkan di atas meja televis," kata Tyas selagi tangannya mengiris tempe.
Kayron langsung masuk ke dalam kamar mandi, menurutnya tidak sekarang untuk menceritakan segalanya tentang hubungannya dengan Mika.
Untung mbak Tyas mengalihkan topik, batin Kayron.
"Kayron!" kata Kuncoro saat Kayron di dalam kamar mandi. "Jadi siapa yang jemput sekolah kamu tadi?"
"Namanya Mika Yah," sahut Kayron.
"Perasaan Ayah tidak pernah dengar?"
"Teman baru Yah."
"Besok kalau jemput lagi suruh mampir, Ayah ingin kenal."
Mampus, batin Kayron.
((BERSAMBUNG))
Lamongan, 28 September 2017
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro