Part 12 - Memaafkan
Assalamualaikum sahabat pembaca
Maaf ya, agak lama nambah partnya.
Selain karena ada tugas nulis cerita baru, memang agak sibuk buat nulisnya.
Kalau ada waktu, boleh lah mampir ke cerita baruku.
Judulnya DIBALIK TIRAI ASMARA dan PELITA UNTUK CAHAYA 😍
Yuk Vote dulu biar gk lupa. 😁
Happy reading
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Sekesal apa pun hatimu, jangan sampai berlarut-larut untuk menyimpannya sehingga menjadi penyakit dalam hati. Maafkanlah, agar hati lega dan terhidar dari penyakit hati.
💞💞💞💞💞
Bersama tetapi tak bercakap, sama saja dengan sendirian. Berdekatan tetapi tak saling bercakap, sama saja membosankan. Itulah yang dirasakan Laura sejak kedatangan teman Nabil.
Ia benar-benar tak dianggap keberadaannya, atau bahkan laki-laki itu lupa jika mengajak istrinya tadi kemari.
Mendengar Kang Qomar berpamitan dan tak lama laki-laki itu bangkit pamit. Laura menatap Nabil dengan tatapan tajam penuh kekesalan, tetapi apa yang dilakukan Laura itu percuma karena Nabil belum ngeh dengan tatapan sang istri karena masih menikmati minuman segar dari gelas jumbo yang dipegangnya.
"Aku mau pulang," ucap Laura ketus semakin kesal saat Nabil sama sekali tak melihat ke arahnya. Meliriknya sedikit saja tidak, apalagi melihat atau tersenyum ke arahnya.
"Eh ... Ra, Ra tunggu. Ini, kan minumanku tinggal dikit," protes Nabil hanya sekedar kata karena ia terlambat menyadari sejak awal Laura bangkit dari duduknya.
"Makanya jangan panjang-panjang kalau curhat," ucapnya mengejek setengah berteriak. Untung suasana kedai mulai sepi, sehingga tak jadi masalah meski Laura sedikit meninggikan volume suaranya.
Nabil yang tak bisa mencegah gadis itu lagi, sontak dengan cepat menyeruput minumannya lalu ikut bangkit. Bergegas ia membayar, kemudian mengejar Laura yang berjalan cepat dengan mengayuh sepedanya.
"Ayo naik," ajak Nabil saat berhasil mengejar sang istri.
Laura sempat terdiam sejenak, tampak menimbang-nimbang antara mau naik atau tidak. 'Dari pada kaki pegel kalau jalan kaki. Mending bonceng,' ucapnya dalam hati, dan akhirnya menaiki tempat duduk di belakang Nabil meski tanpa sepatah kata pun.
Nabil pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala seraya tersenyum, tak menyangka saja jika Laura lucu juga kalau ngambek. Ia baru sadar, sih. Jika sejak tadi lupa mengajak Laura mengobrol karena saking asyiknya mengobrol dengan sahabat lama--Kang Qomar.
"Maaf ya, Ra. Tadi lupa ngajakin kamu ngobrol," ucap Nabil beberapa saat setelah ia menghambiskan setengah perjalanan pulang mengayuh sepedanya.
Laura yang mendengar pertanyaan gamblang Nabil yang sangat ngeselin itu, sontak netranya melotot ke arah Nabil. Sayangnya kini Nabil tak melihat plototan mata Laura, karena posisi sang suami kini membelakangi dirinya.
"Ra," panggil Nabil lagi karena Laura tak menyahut. Namun, tetap saja gadis itu bergeming, masih enggan mengeluarkan sepatah kata pun.
"Ra, kalau kamu ditawarin surga seluas langit dan bumi mau nggak?"
"Hmm," jawab Laura terdengar terpaksa, membuat Nabil terkekeh.
"Nggak begitu minat kayaknya ,
ya?" goda Nabil dengan sengaja.
Laura yang sebenarnya sangat menginginkan itu lantas protes, "Aish. Ya mau banget lah, Mas!"
"Hufft ... akhirnya lumayan panjang nyahutnya." Nabil tampak terkekeh dengan terus kaki yang mengayuh sepedanya.
"Beneran mau, nih? tanya Nabil sekali lagi.
"Iya, Mas mau mau," jawab Laura tampak kesal.
"Kalau gitu mau maafin aku, kan?"
"Lahh ... apa hubungannya coba. Jangan mengambil kesempatan dalam tawaran yang menggiurkan, deh. Itu namanya nggak ikhlas," gerutu Laura jadi semaki kesal.
"Eh ... eh siapa yang ambil kesempatan. Ini tawaran nggak main-main lo, Ra. Allah yang menjamin akan memberikan surga seluas itu untuk hambanya," ucap Nabil yang langsung turun saat tiba di depan rumah. Laura ikut turun dan mengekori langkah sang suami.
"Kalau nggak percaya, setelah ini kita wudlu sembari nunggu waktu Zuhur kita lihat di Al Qur'an ya." Nabil tak henti berucap sampai kini ia telah berdiri di depan pintu, merogoh saku untuk mengambil kunci pintu. Laura yang mendengarkan ceramah singkat sang suami hanya mengangguk-anggukkan kepala. Sebagai muslimah, pastilah ia tertarik dan menginginkan surga nanti saat berada di alam akhirat.
Aali-Imran 3:133
وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
(Dan bersegeralah kamu) dengan atau tanpa wau (kepada keampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi) artinya seluas langit dan bumi bila keduanya disambung; sedangkan ''ardh' artinya ialah luas (yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa) kepada Allah dengan mengerjakan taat dan meninggalkan maksiat.
Aali-Imran 3:134
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
(Yaitu orang yang mengeluarkan nafkah) dalam menaati Allah (baik di waktu lapang maupun di waktu sempit dan yang dapat menahan amarahnya) hingga tidak melampiaskannya walaupun sebenarnya ia sanggup (dan yang memaafkan kesalahan manusia) yang melakukan keaniayaan kepadanya tanpa membalasnya (dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan) seperti pekerjaan-pekerjaan yang disebutkan itu dan akan memberi mereka balasan.
"Gimana? Mau kan maafin, aku yang tadi sempet nyuekin kamu. Aku benar-benar nggak sengaja, Ra," ucap Nabil setelah menunjukkan ayat Al Quran beserta terjemahnya kepada sang istri.
Tatapan Nabil penuh ketulusan, membuat bibir Laura mengukir senyum lalu menganggukkan kepala. Dalam hati gadis itu terselip rasa kagum dan merasa beruntung mendapatkan laki-laki berilmu dan berakhlak baik seperti Nabil. Sampai tak terasa, netranya sejak tadi menatap Nabil tak berkedip.
"Aku tahu, kok. Kalau aku ini ganteng dan membuatmu terpesona. Tapi lanjut nanti aja ya ngelihatinnya. Kita salat Zuhur dulu," ucap Nabil sedikit meninggikan volume suaranya tanpa menatap Laura. Ia bangkit berdiri dan langsung berdiri di sajadah menghadap kiblat.
Laura yang sempat melongo langsung tersadar, ia ikut bangkit berdiri dan mulutnya siap terbuka memprotes ucapan Nabil. Namun, belum juga satu kata keluar dari lisannya. Terdengar Nabil membacakan surat An Nas, pertanda ia akan melaksanakan salat.
Surat An Nas dibaca sebelum salat itu menjadi sebuah doa agar kita dijauhi dari godaan setan, dengan begitu kita berharap salat kita bisa khusyuk. Begitulah yang diketahui Laura dari Nabil tempo hari.
Jadi ia tak mau menjadi setan pengganggu jika nekat meneruskan omelannya.
.
.
.
.
.
Bersambung
24 Syawwal 1442 H
Gimana part ini?
Maaf jika agak pendek 😁😁😁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro