KESEMPATAN KEDUA - 2
Repub tanpa edit 13/7/20
12/11/20
2/1/21
Bagaimana jadinya jika kamu kehilangan poros duniamu?
Ketika bertahun-tahun hidupmu berpusat pada orang yang sama tetapi orang tersebut tidak lagi menjadikanmu pusat dunianya, apa yang akan kamu lakukan?
Ketika untuk menyenangkan pusat duniamu kamu mempelajari dan melakukan hal-hal yang tidak pernah kamu lakukan sebelumnya tetapi dia justru memilih untuk pergi meninggalkanmu, apa yang akan kamu lakukan?
Ah coba kita permudah saja.
Apa kamu pernah mencintai sebegitu dalam sehingga kamu rela mempertahankannya dan menentang orang yang melahirkanmu?
Atau..apa kamu pernah menjatuhkan cintamu sejatuh-jatuhnya sehingga tidak ada tempat lain untuk orang lain?
Atau...ketika untaian kata tidak lagi dapat menguraikan perasaanmu sehingga kamu memilih untuk menunjukkan dengan perbuatan dengan memberi tanpa mengharapkan balasan?
Atau seperti puisi Spardi Djoko:
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Sesederhana dan sedalam itu.
Ketika semua itu hilang dan kamu kehilangan pijakanmu serta arahmu, apa yang akan kamu lakukan?
Kikan masih terus menuliskan hal-hal yang berlari-lari di otaknya tanpa bisa dia ucapkan. Dia menolak untuk membicarakannya dengan orang lain karena itu akan membuatnya menangis tiada henti dan itu akan membuatnya terlihat lemah dan masih mengharapkan mantan suami sialannya itu.
Terlihat lemah adalah hal terakhir yang akan dia lakukan, tidak ketika orang yang sangat dia benci sekaligus dia cintai sedang berbahagia dengan selingkuhannya dan calon bayi mereka.
Kikan lebih memilih untuk menuliskan untaian kata yang hendak dia ceritakan kepada orang-orang lain yang tidak dia kenal. Bukan, dia bukan penulis. Dia hanya butuh tempat untuk mencurahkan perasaan yang menyesakkan dadanya dan siap untuk meledak setiap saat.
Seorang waitress mengantarkan kopinya dengan senyum "Silahkan, mba Kikan." Kikan mengalihkan matanya dan menatap wanita mungil yang mengantarkan kopinya "Thanks, Rin".
Terlalu sering mengunjungi coffee shop itu membuat Kikan dikenal oleh beberapa waitress disana, well, kamu tidak akan mudah melupakan orang yang datang ke coffee shop dengan penampilan 'ajaib' kan?
Ini sudah bulan ke 4 setelah perceriannya dan Kikan masih hanyut dalam perasaan yang menyesakkan dada itu. Tidak, dia tidak menjadi pendiam atau menjadi pemurung. Kikan masih menunjukkan Kikan yang ceria dan selalu dapat membuat guyonan tidak penting dan garing.
Sekali lagi, pantang baginya terlihat mengenaskan akibat manusia dungu itu. Sudah cukup dia terlihat mengenaskan pada saat dia berupaya menyelamatkan pernikahannya seorang diri selama 4 tahun umur pernikahan mereka sementara pria dungu itu justru berusaha melepaskan dirinya.
Kikan menyesap kopinya perlahan, pandangannya menyapu yang coffee shop dengan design rustic itu. Ramai seperti biasa, banyak pasangan romantis yang akan jadi sasaran nyinyir Kikan, ada juga beberapa keluarga kecil dengan bayi mungil yang membuatnya iri.
Setelah keluar dari pekerjaan lamanya dan memilih berjalan-jalan sendirian selama empat bulan terakhir akhirnya Kikan memutuskan untuk kembali bekerja karena uang tabungannya sudah sekarat. Kantor baru di daerah Thamrin.
Alasannya keluar dari kantor lamanya adalah karena tatapan mengasihani teman-teman yang ditujukan padanya. Kikan sangat membenci tatapan itu dan juga ucapan mereka ketika mendengar apa yang terjadi padanya dan mereka paham betapa sakitnya Kikan.
Hell, tidak ada yang tahu betapa remuknya hati Kikan. Mereka tidak mengalami apa yang dia rasakan, bagaiamana mereka bisa tahu dan bisa paham?
Omong kosong!
Kikan hanya tersenyum masam ketika mengingat hal itu.
"Heh gila! Ngapain lo senyum-senyum gitu?" ucap seorang perempuang dengan rambut panjang itu langsung duduk di bangku sebrangnya lalu langsung memanggil waitress dan memesan makanan dan minuman seperti biasa.
Lemon tea, spaghetti carbonara, kentang goreng dan garlic bread.
Dasar perut karung. Tapi, herannya dia masih memiliki badan yang ideal. Pernah dulu Kikan menanyakan hal ini dan mengatakan Tatiana cacingan yang hanya di balas toyoran olehnya.
"So, what's up? Gimana hidup setelah lepas dari orang gila itu? Udah ada gebetan belom?" lanjut wanita itu setelah jeda beberapa saat setelah ia memperbaiki rambutnya yang berantakan karena kemari menggunakan ojek online.
"Dikata lupa sama orang dungu itu gampang kali." ucapku sambil mengeluarkan dengusan keras
"Time will heal, Mbak, time will. " ucapnya sambil bergumam terimakasih kepada Karin yang mengantarkan pesanannya.
Tanpa basa basi Tatiana langsung melahap makanan yang sudah tersaji, bahkan sekedar melakukan courtesy menawari makanan secara basa basi saja tidak.
"Lo ga makan berapa abad sih sampe maruk gini?"
"Gue baru bangun dan langsung meluncur kemari habis terima telpon lo. Ngeri gue baca berita kalo telat. Kan ga lucu kalo head linenya "Ditemukan wanita gila berjalan-jalan di sekitar Sudirman dengan ciri-ciri bogel dan rambut pendek."
"Setan!"
Makian kecil Kikan hanya disambut kekehan oleh Tatiana sambil terus mengganyang makanannya.
"Udah siap masuk kantor baru, mbak?"
"Udah."
"Traktiran gaji pertama fine dining ya, mbak!"
"Gundulmu!"
Kikan di terima bekerja di perusahaan tempat Tatiana bekerja dan atas referensi olehnya. Tati, panggilan Tatiana, bekerja di perusahaan dengan bidang perbankan dan dia menjabat sebagai sekretaris direksi sehingga koneksinya banyak membantu dalam hal ini.
Sore itu di habiakan dengan celotehan Tati mengenai incaran barunya dan bagaimana bosnya sangat menyebalkan.
********
Pulang dari cafe Kikan memilih langsung mandi dan menyender di dipan ranjangnya. Dia tidak kembali kerumah orang tuanya pasca perceraian. Dia tidak punya muka untuk menghadapi ibunya yang dulu mati-matian menentang pernikahannya sehingga dari rumah yang jadi miliknya dari harta gono gini dia dapatkan secara resmi, dia langsung menjualnya dan membelikan apartment yang untungnya dekat dengan kantornya yang baru. Dia juga menjual mobil lamanya yang penuh dengan kenangan busuk itu dengan mobil baru. Buang sial menurutnya.
Bagian menyebalkan dari ditinggalkan adalah kenangan. Biarpun semua barang-barang yang berkaitan dengan pria dungu itu sudah di buang tetapi kenangan selama sebelas tahun itu, sialnya, tidak bisa dia hapus.
Seperti sekarang, kenangan itu menghantam kepala Kikan tanpa dia mau. Ya Tuhan, dia merindukan si dungu itu. Terlepas dari segala luka yang diberikan, Kikan masih menyimpan cinta untuknya.
Katakan dia bodoh, tapi sampai detik ini hatinya masih untuk si dungu itu.
Kikan menggeleng-gelengkan kepalanya ketika wajah si dungu menari-nari di kepalanya disertai gambaran hal-hal yang dulu membuatnya bahagia.
Dia memilih untuk segera menjemput mimpi, semoga di mimpi itu dia bs menendang bokong si dungu dan mencekik mati bayangannya.
Semoga esok perasaannya lebih baik. Semoga.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro