Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ZhongChi dari ZC LokalZine

Sebuah pertanyaan terlontar pada sang dewa perang, pertanyaan itu dari Guizhong, teman lamanya dan sampai saat ini pertanyaan itu terus terulang di dalam benak sang dewa perang.

"Jika ada seorang anak manusia jatuh ke dalam lubang abyss, apakah dia akan berhasil bertahan hidup dan kembali ke permukaan atau mati membusuk disana?"

"Tentu saja, dia akan mati, manusia itu lemah, mahluk seperti mereka tidak mungkin bisa bertahan di tempat seperti itu, mereka akan langsung mati tepat setelah tenggelam di dalam kegelapan."

Morax masih bisa mengingat dengan pasti Guizhong tersenyum setelah mendengar jawabannya seperti sedang mengoloknya karena jawaban miliknya salah, namun Morax yakin jawabannya itu memang benar.

Dan saat itu Morax melihat seorang anak kecil muncul dari dalam sebuah lubang besar gelap, Morax tanpa sadar telah bergerak menuju lubang abyss seakan ingin membuktikan bahwa jawabannya benar, manusia yang jatuh ke dalam lubang itu tidak akan pernah kembali, mereka akan mati dalam kegelapan.

Manik keemasannya mendapati sebuah tangan muncul dari dalam lubang itu, Morax hanya memandanginya dari kejauhan, kemudian surai oranye kecoklatan mulai menampakkan diri. Morax bisa melihat anak itu dipenuhi dengan luka, matanya pun sudah tak lagi memancarkan kehidupan. Morax membalikkan badan begitu saja tanpa ada niat untuk menolong si anak, seolah-olah pikirannya sudah menetapkan ajal anak itu, tak perlu menolong anak itu karena tak lama akan mati begitu saja.

Sampai saat ini Morax masih mencoba untuk belajar emosi-emosi manusia dan pemikiran Guizhong yang selalu membuatnya dipenuhi dengan tanda tanya.

Guizhong pergi dari sisinya begitu saja, hanya meninggalkan stone dumbell, Guizhong pernah bilang padanya kalau benda itu berisi semua jawaban yang ingin diketahui Morax, yang bisa membukanya hanyalah anak yang pernah diceritakan oleh Guizhong padanya.

Yaitu anak yang jatuh ke dalam abyss.

Tap, tap, tap, seorang wanita datang bak ratu, setiap langkahnya membekukan sekelilingnya, wanita itu berjongkok di hadapan anak kecil itu yang sudah berbaring di atas tanah sembari tersenyum, kelihatannya si anak sudah tak memperlihatkan tanda-tanda kehidupan namun mata gelapnya masih terbuka, tak lama tangan kecilnya itu bergerak, meski bergetar tangan kecilnya itu berusaha untuk meraih wanita itu seperti meminta tolong, pandangannya buram, tak bisa melihat jelas siapa wanita itu tetapi wanita itu sekilas mengingatkannya pada ibunya di Snezhnaya.

"Ibu ... tolong ...." Suara anak itu terdengar lirih, menggunakan kekuatan terakhirnya.

"Kasihan sekali kamu, padahal dia tadi berada disini namun enggan menolongmu, dasar kepala batu, hmhm."

Wanita itu menggendong anak itu dengan hati-hati, mendekapnya cukup erat agar tidak terjatuh, tubuhnya sangat rapuh, penuh dengan luka, wanita itu sendiri tak memiliki ekspetasi tinggi dengan anak yang sekarang berada di dekapannya ini, jika anak ini berhasil bertahan sampai di Snezhnaya, bahwa ini akan menjadi bukti bahwa anak ini adalah anak yang diceritakan Guizhong waktu itu padanya dan akan menjadi catatan sejarah.

"Tidurlah, aku akan menjagamu."

Wanita itu menyanyikan sebuah lagu, lagu yang terdengar sedih namun menghangatkan, menemani tidur anak itu.

Anak kecil bersurai coklat bernama Tartaglia, tumbuh dengan cepat, memiliki mata biru bak laut yang dingin, diselimuti ambisi untuk menjadi lebih kuat dan senang dengan tantangan.

Pipi gembul Tartaglia dicubit gemas oleh Tsaritsa sembari memuji kehebatan anaknya ini dalam menggunakan segala jenis senjata, Tsaritsa sendiri benar-benar takjub, anak yang sudah diselimuti dengan kegelapan abyss masih bisa tumbuh besar, mempunyai keinginan kuat untuk tetap hidup, menjadi lebih kuat untuk melindungi orang-orang seperti dia tidak mempunyai masa lalu yang kelam, sifatnya seperti cahaya matahari yang terus bersinar di Teyvat dan menjadi tentara terkuat Fatui.

"Tsaritsa-sama, anda terlalu berlebihan, saya masih kurang kuat."

Tsaritsa mengacak-acak surai kecoklatan Tartaglia sambil tertawa kecil. "Kamu sudah kuat sekali, ahli menggunakan semua jenis senjata, mendapatkan vision, apalagi yang kurang?"

"Masih kurang! Kalau saya lemah saya tidak bisa melindungi Tsaritsa-sama."

"Anakku yang manis, tidak usah repot-repot." Nada suara Tsaritsa seketika berubah menjadi serius. "Sekarang kamu sudah siap untuk kuberikan tugas."

Tartaglia langsung berlutut di hadapan Tsaritsa. "Saya, Tartaglia akan mengemban tugas ini dengan baik dan tidak akan mengecewakan Yang Mulia."

"Pergilah ke Liyue, bawakan aku gnosis Morax."

Tartaglia berlutut dengan satu kaki sambil menyilangkan tangan kanannya ke dada kiri. "Baik."

Tartaglia sudah sampai di Liyue, suasana Liyue sangat berbeda dengan Snezhnaya, sebelum menuntaskan tugas pertamanya ini, dia harus mempersiapkan alat-alat untuk rencana dari Signora yang diberikan padanya dan menemukan orang yang bernama Zhongli di Kota Liyue ini. Tartaglia berjalan menyusuri Kota Liyue sembari memperhatikan setiap sudut kota, maniknya menangkap sebuah bunga berwarna biru masih dalam keadaan kuncup, karena penasaran Tartaglia menghampiri bunga itu. Tartaglia sendiri tidak tahu kenapa tertarik, mempunyai penasaran yang besar terhadap bunga itu, padahal bunga itu masih belum menampakkan keindahannya.

Tiba-tiba ada seorang anak kecil menghampirinya, lalu berkata kalau bunga Glaze Lily ini akan mekar ketika ada seseorang yang bernyanyi untuknya. Tartaglia merasa mendapat pengetahuan baru, terlanjur penasaran dengan rumor mengenai Glaze Lily, Tartaglia menarik nafas, lalu mulai bernyanyi, menyanyikan lagu yang pernah Tsaritsa berikan padanya saat pertama kali bertemu.

"La lalala la la la ... la lalala la la la la ...."

Manik birunya membesar, Glaze Lily ini benar-benar menakjubkan, kelopaknya benar-benar terbuka ketika dia bernyanyi, kejadian itu langsung membuatnya dihampiri banyak anak kecil.

"Kakak bukan dari sini keliatannya, tapi keren bisa membuat bunga Glaze Lily mekar."

"Kakak hebat!"

"Nyanyian kakak bagus!"

"Nyanyi lagi, nyanyi lagi!"

Tartaglia tertahan di tempat akibat anak-anak kecil yang mengerubunginya, Tartaglia sendiri tidak tahu mengapa bisa tertarik pada bunga ini, dia tidak tau tentang bunga ini, Tartaglia merasakan ada aura yang familiar dari bunga ini. Untuk saat ini dia harus fokus pada tugasnya bukan memikirkan hubungan dia dengan bunga khas Liyue ini. Anak-anak masih mengelilinginya.

Ingin mengusirnya? Tidak tega. Mereka semua tersenyum dan senang dengan lagu yang dinyanyikannya tadi.

Terpaksa Tartaglia mengurusi anak-anak kecil ini sampai mereka puas dan akhirnya melepaskan dia, soalnya salah satu dari anak itu sudah menggenggam jari kelingkingnya dan hendak menutunnya pada bunga Glaze Lily yang masih kuncup. Disaat Tartaglia sibuk dengan anak-anak, tanpa sengaja melihat seorang lelaki bersurai coklat, nampak gagah sekali, memiliki sepasang manik emas yang serius namun tak memperlihatkan kalau itu tatapan tajam. Seketika Tartaglia seakan dibawa kembali ke masa lalu, saat itu seingatnya dia pernah melihat seseorang yang mirip dengan lelaki itu.

Warna rambutnya sangat mirip tetapi pandangannya berbeda dari yang dia lihat dulu.

Aura penuh wibawa menguar dari lelaki itu, insting bertarungnya Tartaglia langsung menyatakan bahwa orang itu sangat kuat, kuat dari dirinya..

Tanpa sengaja manik biru dan keemasan itu saling beradu, tak lama lelaki itu menutup kedua matanya dan pamit pergi, namun ujung bibirnya sedikit naik, lalu terbuka untuk mengatakan, "Nyanyianmu sangat merdu, dan indah anak muda, saya kira Glaze Lily tidak akan bisa mekar lagi dengan indah seperti dahulu."

Jadi dia anak yang dibicarakan oleh Tsaritsa itu? Ternyata aku memang salah.

"Tunggu Tuan!"

Terpaksa Tartagli meninggalkan kerumunan anak kecil untuk mengejar lelaki itu, dia baru sadar kalau ciri-ciri laki-laki itu mirip dengan yang disebutkan oleh Tsaritsa. Di Kota Liyue ini dia harus membantu persiapan seseorang yang bernama Zhongli, walaupun Tartaglia sendiri tidak mengerti bagian mananya yang bisa membantu rencana Fatui untuk mengambil gnosis Morax. Jika itu tugas yang diberikan, dia akan melakukan yang terbaik dan jangan sampai melibatkan warga kota ini.

Tartaglia sempat ingin menolak dengan rencana B yang diusulkan Signora, membangkitkan Osial itu sangat tidak dibutuhkan, kebangkitan Osial itu sendiri bisa saja menjadi malapetaka untuk warga kota.

"Ada apa anak muda?"

"Itu ... itu ... apakah anda orang yang bernama Zhongli."

"Iya, saya Zhongli, ada apa?"

Seketika Tartaglia menjadi gugup, tangan kanannya menggaruk kepalanya dengan cepat, entah mengapa rasanya dia harus tunduk dan beri hormat pada orang di hadapannya ini, seperti tidak sopan.

"Saya ... Saya Tartaglia diberi tugas untuk membantu anda dalam membeli beberapa barang."

"Oh, ternyata kamu orang yang akan membantuku. Mohon bantuannya ya, Tartaglia."

Deg, ketika lelaki itu menyebut namanya, jantungnya seperti berhenti berdetak beberapa detik. Orang bernama Zhongli itu sungguh sangat berbeda dari yang lain, instingnya mengatakan orang itu sangat berbahaya dan perasaan ini seperti pernah dia rasakan sebelumnya.

Laki-laki yang dia lihat saat berhasil keluar dari lubang abyss, menatapnya dari kaejauhan seolah dia adalah predator yang melihat mangsanya sudah dalam keadaan sekarat dan menunggunya mati.

Apakah Zhongli adalah orang itu?

Tartaglia menggelengkan kepala pelan, tidak mungkin laki-laki yang baru saja ditemuinya ini adalah orang dari puluhan tahun lalu, kalau pun memang dia mana mungkin tetap terlihat muda.

"Ada apa?"

"Tidak apa-apa Tuan, pertama yang harus kita beli?"

Zhongli menumpu dagu, kedua matanya tertutup seperti sedang berpikir, tak lama kepalanya mengangguk. "Ikut saja saya."

Tartaglia pun tidak ambil pusing, dia tidak ingin membuat lama. Tartaglia mengikuti Zhongli dari belakang, pikirannya melayang-layang, mengingat-ingat kembali ciri-ciri dari Morax yang disebutkan oleh Ratunya. Nama itu di telinganya terdengar seorang yang kuat dan tak terkalahkan, Archon Geo yang bisa membuat jantungnya berdegup dengan kencang, adrelin rush yang diberikan, tantangan untuk mengalahkan yang terkuat dari yang terkuat. Membayangkannya saja sudah membuat Tartaglia tersenyum senang.

"Ada apa tersenyum begitu?"

Ah, Tartaglia tak sadar bahwa mereka sudah berhenti berjalan dan orang itu berdiri menghadap padanya.

"Dari apa yang kudengar kamu adalah orang yang serius dan dingin."

"Tidak kok, maaf Tuan Zhongli."

"Tidak usah meminta maaf, ayo."

Tartaglia mengangguk, lalu mengikuti kemana Zhongli melangkah. Tartaglia kembali seperti semula tak ada senyum, hanya tatapan mata dingin, ingatan masa lalunya kembali lagi, dimana dia berbaring meminta tolong agar dirinya diselamatkan oleh seseorang, tangannya berusaha untuk menggapai seseorang.

Kepala Tartaglia menunduk, namun hari ini dia masih hidup dan mengabdi pada seorang ratu. Tartaglia mengangkat kembali kepalanya dan kini laki-laki yang dihadapannya ini memiliki aura yang sama yang pernah dia rasakan waktu itu, semakin dekat, semakin diperhatikan lagi warna rambut orang itu mirip sekali dengannya. Semenjak keluar dari lubang menyeramkan itu, bertahan hidup di dalam dunia yang tidak bisa, membuatnya mempunyai kepekaan lebih tinggi dari manusia biasa.

"Tuan Zhongli."

"Ya ada apa?"

"Geo Archon yang bernama Morax itu seperti apa?"

Zhongli dengan santainya menjawab, "Archon yang tak memiliki sifat yang dimiliki Archon lainnya. Mengerikan, sangat kuat, dan tidak mempunyai belas kasihan."

Tartaglia tertegun, Geo Archon ini terlihat kuat, jantungnya berdegup dengan kencang, tak sabar untuk melawan orang sekuat itu dan merebut gnosis miliknya.

"Aku jadi ingin sekali bertarung dengannya."

"Begitu 'kah? Aku dengar-dengar, kamu orang yang suka sekali bertarung ya?"

--

"Ahhh ... melelahkan!"

Tartaglia menghempaskan tubuhnya ke ranjang, mengistirahatkan tubuhnya yang telah berpikir keras akibat tawar-menawar saat berbelanja dengan Zhongli tadi, sangat melelahkan sekali, karena Zhongli tidak membantunya, dia hanya menunjuk barang meminta banyak layaknya orang kaya yang sedang berbelanja.

Tartaglia memaksa matanya untuk tertutup, dia harus tidur dan besok melanjutkan persiapan selanjutnya. Dalam tidurnya Tartaglia kembali memimpikan hal yang sama, kejadian ketika dirinya jatuh ke dalam lubang abyss dan seorang laki-laki yang hanya melihatnya, memalingkan muka, tak menolongnya.

Mengapa saat itu dia tidak ditolong olehnya?

Tangannya sudah mencoba untuk menggapai.

Mengapa dia dibiarkan jatuh?

Mengapa laki-laki hanya melihatnya saja?!

Tartaglia bangun dari tidurnya, keringat mengucur dari dahinya, nafas terngah. Tangan kanannya memegangi wajah, mimpi itu terus menghantui sampai sekarang dan siapa laki-laki itu sebenarnya?

--

Tartaglia sedikit kecewa, bahwa Exuvia tidak memliki gnosis yang dicarinya, bangun dari tidur Tartaglia berlari menuju Golden House untuk mengecek jasad Rex Lapis. Jika rencana A tidak berhasil, terpaksa rencana B dia lakukan.

--

Osial telah dibangkitkan oleh Tartaglia menggunakan Sigils of Permission, di dalam hatinya Tartaglia terus berdoa semoga warga Kota Liyue tetap bisa selamat, dia tidak ingin ada yang terluka karena rencana ini tetapi karena dia masih belum mendapatkan gnosis, tubuh Exuvia yang berada di Golden House bagaikan hanya wadah saja, tidak ada jiwa dan kemungkinan gnosis masih berada di tangan Morax, rumor Morax sudah mati tidaklah benar.

"Jika kamu ingin warga Kotamu selamat, keluarlah dari tempat persembunyianmu, Morax."

Dengan ini dia memiliki kesempatan untuk bertarung dengan Archon terkuat.

Tartaglia tiba-tiba saja kedatangan seorang tamu, laki-laki bertubuh tinggi, gagah, memakai jubah putih dengan tutup kepala, menggenggam Vortex Vanquisher di tangan kanannya, manik keemasan menyala, menatapnya dari atas bak merendahkan dirinya.

Tartaglia seperti kembali ke masa lalu, mimpi buruk yang selalu menghantuinya. Ketika dia jatuh ke dalam lubang abyss dia telah melihat sang Geo Archon, dia hanya melihat tak ada niat untuk menolongnya, setelah dia berhasil keluar dari abyss pun dia bisa melihat orang yang sama melihatnya dari kejauhan. Ternyata dia sudah melihat orang yang sama selama tiga kali. Tartaglia tak mengerti.

Apakah sebenarnya selama ini dia selalu diawasi olehnya?

Tartaglia memperhatikan Morax turun dari langit, dalam sekejap Tartaglia langsung mengeluarkan hydro blade-nya, bersiap untuk bertarung. Manik keemasan itu tidak memperhatikannya, maniknya fokus melihat Osial yang mengamuk, Vortex Vanquisher diangkat cukup tinggi, dia pun melemparkannya ke arah Osial.

Manik biru Tartaglia melebar, Vortex Vanquisher yang dilemparnya dalam hitungan detik menyegel kembali Osial.

"Membuatku sangat mendebarkan, Morax! Aku akan mengalahkanmu dan mengambil gnosis milikmu."

"Hoo ... apakah setelah keluar dari abyss membuatmu lebih percaya diri bisa mengalahkanku?"

"Hah! Berarti benar, ini bukan pertemuan kita yang pertama."

"Aku selalu memperhatikanmu dan mencari jawaban dari pertanyaan Guizhong." Tangan kanannya terbuka lebar, Vortex Vanquisher yang sudah masuk ke dalam lautan kembali ke genggamannya. "Aku beritahu sedikit tentang gnosis yang kamu cari, benda itu sudah kuberikan pada La Signora atas kontrak yang kubuat dengan Fatui."

"Cih, jadi rencanaku ini sudah ...."

"Ya tentu saja, skenario ini aku yang buat, Tartaglia ... kamu sudah berjalan diatas telapak tanganku."

Raut wajah Tartaglia mengkerut, tidak menyangka dia hanya dijadikan bidak catur, kalau begitu pikiran mengenai skenario ini harus diakhiri dengan keren, dihadapannya saat ini berdiri Morax, dewa yang ingin dia lawan, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"HAH! Kalaupun itu benar, aku tetap ingin menantangmu, Morax."

"Kamu adalah jawabanku atas pertanyaan Guizhong, sebagai tanda terima kasih aku akan menerima tantanganku, tanpa gnosis pun aku masih sangat kuat. Jangan menangis kalau kamu kalah, Tartaglia ... bukan, Ajax."

.

.

.

Yang versi zine dalam bahasa inggris

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro