Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Anting (Kaeya x Aether feat.DilVen)


Seorang remaja laki-laki berjalan memasuki Monstadt, surai blondenya bergerak seiring dia berjalan menaiki tangga. Dia baru saja selesai menjalani misi dan dia juga sedang senang karena menemukan sesuatu setelah membuka sekotak harta karun.

Paimon yang sedang berada di sebelahnya melirik heran pada surai blonde tersebut. Kayaknya dia menemukan sesuatu yang spesial dari harta karun tadi, namun Paimon tidak melihat barang spesial itu.

"Ther, apa itu yang ada ditanganmu?"

"Apa ya ... liat aja nanti!"

"Hmmm ... terus kita mau kemana?"

"Tavernnya Diluc, nyari Kaeya. Biasanya dia suka ada disana."

"Hmmmm...." Paimon bergumam semakin kencang, dia berpikir keras apa yang akan terjadi nanti, semenit kemudian Paimon langsung memasang wajah ketakutan.

Aether mendorong pintu tavern.

"Aether, selamat datang." Sang pemilik tavern menyapanya dari balik konter meja.

"BEBEB LANGIT WELKOMBEK!" Kaeya mendorong kursi yang didudukinya mundur sedikit dan beranjak dari sana untuk menyambut Aether dengan pelukan hangat.

Sesuai perkiraannya Kaeya lagi minum-minum bareng Venti di tempat itu.

"Kaeya, kamu mabuk?"

"Hati-hati Aether, dia kalo mabuk bisa lebih tidak waras dari cecunguk satu ini." Diluc menunjuk Venti dengan jari tengah.

"Aether~ tumben kesini? Mau ngapain? Kamu bukan mau basa-basi sama cecunguk merah itu 'kan?"

Aether menggeleng pelan. "Aku kesini nyari kamu."

"Eh ada apa? Ada apa nyari aku?"

"Sepertinya aku harus berlindung," gumam Paimon, dia terbang menuju lantai dua.

"Ini, aku tadi menemukan anting dengan permata topaz dan lapis lazuli."

"Lalu?"

"Aku ingin ... Kaeya memakai yang topaz dan aku memakai yang lapis lazuli."

Kaeya diam, dia menatap Aether.

"Ga suka?"

"Tentu saja sangat suka! Dengan begini aku dan kamu selalu terhubung!" serunya, kemudian Kaeya berniat untuk mencium Aether sebagai tanda terima kasih namun dihentikan oleh Diluc.

"Uhhh ... panasnya di lantai satu," komen Paimon sambil mengelap dahi menggunakan punggung tangannya.

"DILUC! Aku mau hik ... lagi ... hik...."

"Tidak ada isi ulang untukmu, Venti."

Pandangan Diluc kembali ke Kaeya. "Mau ngapain kamu?"

"Lu iri ya gua mau nyium Langit?"

"Jangan lakukan disini."

"Bilang aja iri, Langit cuman punya gua."

"Sepertinya Diluc no danna akan bakar es lagi malam ini." Paimon kembali berkomentar dari lantai dua.

Malam itu, malam yang penuh dengan api berkobar, rame seperti sedang pesta, untungnya Monstadt tidak rata karena ulah keduanya. Pagi harinya Kaeya berjalan-jalan keliling Monstadt mengenakan anring pemberian Aether. Dia mengenakannya dengan bangga sesekali tebar pesona dengana nting barunya itu dan lagi-lagi dia bertemu dengan Diluc.

"Lu pagi-pagi udah tepe-tepe ga jelas."

"Iri tanda tak mampu."

"Bacod."

"DILUC!!"

Diluc memutar kedua bola matanya bosan, lagi-lagi suara cemoreng menyebalkan milik Venti terdengar kembali.

"Paan sih? Masih pagi udah mau bikin aku kesel?"

"Ini, aku cuman mau ngasih ini ke kamu."

Venti datang dengan sebuket bunga dari penjuru Teyvat.

"Cieee cieee dapet buket bunga dari Venti."

Diluc lupa dengan keberadaan Kaeya yang masih satu tempat dengannya, jika Kaeya melihat hal ini pasti Kaeya akan memanas-manasinya sampai akhirnya Monstadt dibanjiri lahar panas.

Diluc memandang tidak suka pada Venti, bukannya dia tidak suka mendapat bunga dari cecunguk menyebalkan dihadapannya itu, yang membuatnya kesal kenapa harus di depan Kaeya?

"Diluc ga suka?"

Diluc mengambilnya dengan kasar. "Ga suka."

"Hehe, aku tau Diluc akan suka dengan buket bunga buatanku." Venti maju selangkah, berjinjin dan mencium pipi Diluc. "Dadah! Sampai ketemu lagi!" Venti pergi begitu saja.

"CIEEEE DAPET HADIAH PAGI DARI--PANAS! ANJRIT LU DILUC!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro