Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 7

Happy reading...

.

.

.

🌷🌷🌷

Rafaila yang berada diboncengan Sahityo berpikir dengan apa yang diucapkan Sahityo dan Satria tadi. Rafaila merasa kalau ia ternyata tidak benar-benar mengenal Satria. Selama hampir 16 ini banyak yang berubah dalam diri Satria. Ia juga mengalami perubahan. Karena dalam waktu yang lama itu tidak mungkin akan menjadi orang yang sama.

Motor yang di kemudikan Sahityo akhirnya sampai di sekolahan. Rafaila turun dari boncengan dan menyerahkan helm pada Sahityo.

"Ibu masuk duluan ya? Masih ada waktu buat Ibu sarapan."

"Iya Bu, makasih udah di jemput sama dibuatin bekal."

"Iya."

"Besok jemput lagi ya Bu."

"Hm."

Rafaila berjalan meninggalkan Sahityo yang masih di parkiran. Ia pun berpikir sejenak.

Besok lihat roti sobeknya punya Satria lagi dong, aduh, kan jadi enak.

Rafaila tertawa kecil memikirkan pemandangan yang dapat dilihat saat menjemput Sahityo.

Eh, tadi roti sobeknya Satria ada berapa ya?

Rafaila memukul kepalanya kecil karena lupa menghitungnya. Ia bertekad besok akan menghitungnya bila melihatnya lagi. Menurutnya sangat wajar bila Satria mempunyai banyak kekasih dengan tubuh yang sangat bagus karena Satria rajin membentuk tubuhnya. Dari pada memikirkan roti sobeknya Satria lebih baik ia bersiap-siap untuk mengajar. Ia tidak mau larut memikirkan Satria. Ia takut perasaan yang sudah ia simpan rapat selama bertahun-tahun akan muncul kembali.

Rafaila memasuki ruang kantor guru. Ia meletakan tas di meja dan mengambil gelas lalu menungkan teh manis. Ia mulai menyiapkan buku-buku sebagai bahan mengajar.

"Bu Afa, udah dateng?" sapa Kania.

"Iya, Bu Kan."

"Si Tyo tumben tuh Bu, dateng pagi-pagi banget?"

"Aku jemput tadi, Bu."

"Hah, serius Ibu jemput?"

"Iya, Bu Kan," terang Rafaila menyakinkan Kania.

"Ketemu sama Bapaknya Tyo dong, Bu? Ganteng enggak Bu?" tanya Kania menaik turunkan alisnya menggoda Rafaila.

"B, aja lah," ucap Rafaila tidak acuh.

"Yakin, Bu?"

"Hm," jawab Rafaila menganggukan kepalanya.

"Serius, Bu."

"Serius Bu Kaaan," jelas Rafaila dengan raut muka serius.

"Masa sih? Sekelas mantan suami model masa tampangnya biasa aja," gerutu Kania.

"Hm." Rafaila selesai merapihkan buku setelah memilih beberapa buku. "Yuk, Bu, kita ngajar," lanjut Rafaila.

"Yuk Bu, oh, iya Bu, nanti kita ke mal yuk?" ajak Kania bersemangat.

"Mau ngapain, Bu?"

"Bosen pengen jalan-jalan, Bu," rajuk kania.

"Lah, pacar ke mana?"

"Sibuk."

"Oke lah."

"Yeaayy," sorak Kania senang.

Rafaila hanya bisa mengelengkan kepalanya melihat tingkah Kania yang seperti anak-anak. Namun, Kania juga bisa sangat dewasa. Ia senang bisa kenal dekat dengan Kania. Ia merasa tidak terlalu kesepian karena tinggal sendiri di kota ini.

************

Kania memarkirkan motornya di mal terbesar yang ada di jakarta. Ia menaruh helmnya dan helm yang dipakai Rafaila ke penitipan helm.

"Mau ke mana dulu Bu Kan?" tanya Rafaila yang sedang merapihkan rambutnya.

"Mau makan dulu aja Bu? Kan tadi kita belum makan di sekolah."

"Boleh, deh, Bu."

"Bu Afa, mau makan apa?"

"Terserah Bu Kan, aku mah ngikut aja."

"Makan ayam sejuta umat aja yuk,Bu?"

"Hah, oh, iya boleh," jawab Rafaila yang sejenak berfikir maksud dari ucapan Kania.

Mereka berjalan ke lift karena restoran cepat saji ada di lantai atas. Saat mereka keluar dari lift mata Rafaila tertuju ke seberang restoran mewah terdapat pria yang sedang menerima telefon dengan wanita seksih yang waktu itu ia lihat. Secara tidak sadar Rafaila memberhentikan langkahnya.

Kania menoleh ke Rafaila dan berkata, "Ada apa Bu?"

"Mau lihat Bapaknya Tyo enggak Bu?" tanya Rafaila yang arah matanya masih memperhatikan.

"Mana, Bu?" Kania meoleh ke kiri dan kanan.

"Itu," tunjuk Rafaila ke arah depan.

Kania membuka mulutnya sedikit sejenak ia melihat arah yang di tunjuk Rafaila.

"Ya ampun,Bu, ganteng banget, enggak kelihatan kalau udah punya anak SMA, loh Bu," puji Kania matanya bersinar melihat ketampanan Satria yang seperti model majalah pria.

"Hm, B aja lah."

"Yang kaya gitu B aja terus yang ganteng kaya gimana Bu?" tanya Kania heran melirik Rafaila yang masih melihat interaksi Satria dengan wanita seksih itu.

"Nanti aku kasih tahu, Bu," ucap Rafila menoleh. Ia mulai berjalan memasuki restoran cepat saji. "Ayo, Bu, katanya laper," sambungnya.

"Iyaa, Bu."

Kania mulai berjalan mengikuti langkah Rafaila. Ia sempat menoleh kembali ke Satria dan sepertinya pria itu juga sedang melihat ke arah Kania dan Rafaila.

*********

Satria berjalan memasuki mal. Ia sedang ada janji dengan salah satu rekan kerjanya. Namun, ia terpaksa membawa wanita yang tadi pagi sempat ditanyakan Sahityo. Wanita itu tiba-tiba saja ada di dalam ruang kerjanya. Seperti biasa ia ingin menggodanya. Bila sebelum ia bertemu dengan Rafaila. Satria akan dengan senang hati menerima setiap rayuan wanita yang tertarik dengannya. Ia tidak mau munafik. Ia pria bebas dan normal. Ia butuh ke hangatan wanita tapi ia tidak ingin sembarang mencari seorang istri untuknya dan sosok ibu untuk anaknya. Maka itu sejak ia melihat Rafaila pertama kali di sekolah putranya. Ia yakin kalau Rafaila adalah jodohnya. Ia akan berusaha mencari kesempatan untuk mendekati wanita itu.

Satria sudah berada di depan restoran. Tempat ia mempunyai janji. Ia menghentikan langkah kakinya saat merasakan getaran di saku celananya. Ia melihat ponselnya terdapat notifikasi panggilan dari orang kantornya. Ia mengangkat telefon dan berbicara serius dengan orang yang menghubunginya. Ia tidak mempermasalakan lengannya di pengang mesra oleh wanita yang bersamanya. Sejanak matanya melihat sekeliling suasana mal, ia seperti melihat dua wanita yang berjalan mulai memasuki restoran. Wanita yang di belakang sempat menoleh melihatnya. Ia memfokuskan pandangannya ternyata wanita yang masuk lebih dulu adalah wanita yang sedang ia pikirkan.

"Ila," gumam Satria pelan.

Ia secara refleks melepaskan genggaman tangan Nadine yang ada di lengannya. Nadine protes tidak ingin melepas gengaman tangannya. Nadine memeluk lengan Satria lagi dengan erat sehingga kedua dadanya menempel di lengannya.

Aduh, bisa susah, neh. Ngedapetin Rafaila.

Satria menghembuskan nafasnya kesal dengan tingkah Nadine. Ia merasa ini juga salahnya yang tidak tegas ke wanita itu.

🌷🌷🌷


Republis Jakarta, 08 Febuari 2023

~Cindy Arfandani~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro