Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 6

Hai...
Jadwal aku update 1 mnggu 2x yaa...
Jd tungguin aja...🙈🤭

Happy reading...

.

.

🌷🌷🌷

Tangan Rafaila sudah terangkat ingin mengetuk pintu yang ada di depannya. Namun, tiba-tiba saja pintu itu terlebih dahulu terbuka lebar. Mata kecil Rafaila membesar melihat siapa yang sedang berdiri di depannya.

"Ila?" bisik Satria terkejut melihat wanita yang selalu dalam pikirannya ada di depan rumahnya sepagi ini.

"Selamat pagi, Pak. Saya ke sini atas permintaan Sahityo agar menjemputnya ke sekolah," jawab Rafaila formal, bibirnya melengkungkan senyum terpaksa. Ia juga menundukan wajahnya agar tidak menghitung ada berapa roti sobek milik Satria karena pria itu tidak mengunakan baju hanya celana panjang yang mengantung indah di pinggul seksihnya.

"Oh, selamat pagi, ada apa Ila?"

"Saya mau menjemput Tyo, Pak."

"Masuk-lah saya akan panggilan Tyo dan sekalian saya pakai baju dulu, tadi saya habis berolah raga," terang Satria tanpa ditanya. Ia tahu kalau rafaila tidak mau melihatnya karena malu. Sudah bisa di tebak dari rona wajahnya yang memerah.

Satria melebarkan pintu rumahnya dan mempersilahkan Rafaila untuk masuk. Ia bingung kenapa Sahityo meminta Rafaila untuk menjemputnya. Karena biasanya Sahityo tidak pernah datang terlambat ke sekolah.

"Silakan duduk, Ila, buat senyaman kamu aja." Satria mempersilakan Rafaila duduk dan memberikannya senyum manis. Ia masuk ke arah dapur untuk meminta tolong asisten rumah tangganya untuk memberitahukan Sahityo akan ke datangan Rafaila. Ia kembali masuk ke kamar mengambil kaus dan mencuci wajahnya.

"Terima kasih, Pak," jawab Rafaila formal setelah Satria kembali menemaninya dan meletakkan segelas teh hangat. Ia duduk di ruang tamu dengan mata yang melihat sekeliling ruang tamu yang sangat mewah. Dengan adanya lampu kristal besar yang tergantung di atas ruang tamu dan guci-guci besar yang indah terlihat sangat mahal. Terdapat beberapa foto Satria dengan keluarganya. Ia juga melihat foto pernikahan Satria dengan mantan istrinya. Masih terpanjang di dinding dekat foto Sahityo yang terlihat masih bayi.

Melihat foto pernikahan Satria. Ia bisa menebak kalau Satria menikah tidak lama putus darinya. Rafaila tanpa sadar tersenyum tipis.

Satria yang melihat Rafailah mengamati sekeliling ruang tamunya hanya diam memperhatikan Rafaila lekat. Ia tahu sejak Rafaila melihat foto pernikahannya dulu dengan sangat lama. Ia pasti menebak-nebak kapan kira-kira Satria menikah. Terlihat dari dahi Rafaila yang mengkerut dan tersenyum tipis.

"Ila, ada yang mau a---," ucapan Satrio terputus dengan kedatangan asisten rumah tangganya.

"Pak, sarapannya sudah siap."

Rafaila menoleh melihat asisten rumah tangga wanita paruh baya yang baru saja datang. Ia melirik Satria yang tadi mau berbicara sesuatu.

"Kita sarapan dulu, sambil menunggu Sahityo turun dari kamarnya," ajak Satria yang sudah berdiri menunggu Rafaila mengikutinya.

Mulut Rafaila baru terbuka ingin menolak ajakan Satria terhenti mendengar suara gaduh dari Sahityo yang turun dari tangga terburu-buru.

"Maaf, Bu, aku enggak telat kan?" tanya Sahityo dengan nafas yang memburu karena berlari turun.

"Enggak, Nak, ini bekal yang kamu minta," tunjuk Rafaila ke tas bekal berwarna biru sama dengan tempat makannya.

"Rasanya dijamin enak enggak, Bu?" tanya Sahityo tidak yakin dengan masakan Rafaila. Menurutnya wanita yang belum menikah masakannya harus di curigai karena belum tentu rasanya enak.

"Buka saja, terus cicipi," kata Rafaila menantang Sahityo dengan tenang.

Satria yang mendengar percakapan guru dan anaknya mulai mendekat ke arah Sahityo. Ia penasaran dengan bekal yang di buat oleh Rafaila. Kira-kira seperti apa bentuknya.

Sahityo mulai membuka tas bekal dan mengeluarkan kotak bekal. Ia membukanya dengan pelan-pelan. Tercium bau harum yang membuat siapa pun yang menciumnya akan meneteskan air liurnya.

Masakan Rafaila sepertinya sudah lebih baik dari dulu saat ia membuatkan saya bekal.

Satria melirik Rafaila yang mengangkat alisnya menunggu reaksi dari Sahityo. Pandangannya hanya menatap lurus Sahityo.

Sahityo melihat bekalnya dengan rasa kagum karena Rafaila menghias bekalnya dengan bentuk karakter beruang yang terlihat lucu. Ia merasa bekal ini tidak cocok untuknya yang beberapa bulan lagi berumur 16 tahun. Namun, Sahityo menyukainya. Ia merasa sangat di istimewahkan.

Sahityo mengambil sendok makan dan mencicipinya sedikit. Matanya membesar karena terkejut dengan rasanya yang sangat enak. Ia memejamkan matanya dan mendesah karena merasa kalah taruhan dengan wali kelasnya. Seharusnya ia tidak menantang wali kelas barunya itu. Ia menutup kotak bekalnya dan berniat akan memakannya bila sudah sampai di sekolah.

Rafaila yang melihat reaksi Sahityo sudah menduga kalau ia yang menang. Ia tersenyum puas karena bisa mengakali anak nakal itu. Tidak sia-sia ia yang sering melatih kemampuan masaknya selama hampir 16 tahun ini.

"Jadi?"

"Iya, Bu, aku usahain tapi setiap hari selama sekolah Ibu harus buatin aku bekal."

"Bisa di atur sama Ibu, tapi enggak menjemput ya?" tawar Rafaila.

"Enggak bisa, Bu Ila tetap jemput anak saya biar enggak telat masuknya," potong Satria sebelum anaknya menjawab.

Sahityo menoleh ke arah ayahnya. Ia merasakan keanehan lagi akan sikap ayahnya. Ia juga mendengar beberapa kali ayahnya salah menyebutkan nama gurunya.

"Ayah, enggak siap-siap kerja? Biasanya di jemput kan sama Tante Nadine?"

"I-iya Ayah mau siap-siap, tapi Ayah enggak di jemput Nadine, kok. Dia bukan siapa-siapa, Ayah."

"Loh, bukannya Tante Nadine pacar Ayah ya? Akhir-akhir ini kan Ayah pergi berdua terus sama Tante Nadine," beber Sahityo terkejut. Karena ia tahu ayahnya sering berganti wanita dan sepertinya dengan Nadine yang paling lama mereka bersama.

"B-bukan kata siapa?" tanya Satria gugup. Matanya melirik Rafaila yang hanya memperhatikan percakapan ia dan Sahityo. Ia melebarkan matanya ke Sahityo agar tidak usah mengatakan apa pun yang dibalas dengan senyum menyebalkan putranya.

"Tyo, yuk kita berangkat, nanti telat," ajak Rafaila yang melihat jam tangannya. Sehingga memotong perdebatan ayah dan anak yang menurutnya itu tidak penting.

"Saya antar, ya?" tawar Satria memberikan senyum paling menawan miliknya.

"Lama, Yah, nanti telat kalau pakai mobil, lagian pasti Bu Afa blm sarapan, biar cepet naik motor aja sama aku," sanggah Sahityo malas yang melihat ke antusias ayahnya. Ia merasa kalau ayahnya sama seperti aktor tersongkang-songkang di drama korea yang sedang viral. Ia menarik tangan Rafaila agar mengikutinya.

Rafaila hanya mengangguk tanda berpamitan dengan Satria. Ia mengikuti langkah Sahityo yang seperti menyeretnya.

Satria hanya mendengus sebal akan tingkah putranya. Ia melihat Rafaila yang dibonceng Sahityo pergi sampai bayangan mereka menghilang di jalanan.

Seharusnya saya yang ngebonceng Ila.

Akhirnya dengan pasrah Satria masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap pergi ke kantor.

🌷🌷🌷


Republis Jakarta, 04 Febuari 2023
~ Cindy Arfandani ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro