Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 2

Hai 👋👋
Untuk pembaca baru sabar ya nunggu UPnya, aku bakalan up 2x selama 1 mnggu dan kalau kalian merasa bertanya² Krn merasa janggal. Tolong baca dulu baru berkomentar karena gak mungkin aku menulis tanpa riset dan bertanya sama penulis senior. Aku memberikan clue² jawabannya d part² selanjutnya. Kalau aku kasih jawabnna d 1 part jd gak seru dong...😌

Happy reading...

🌷🌷🌷

Rafaila sudah berada di ruang guru karena waktu mengajar akan segera habis.

Terdengar suara Tanti masuk ke dalam ruang guru sambil mengomel dan menceritakan kelakuan Sahityo yang selalu bikin ulah.

"Jadi di kasih surat cinta lagi, Bu?" tanya Rafaila.

"Iya, Say. Mau gimana lagi? Ada aja tingkah anak ganteng saya, Bu," jawab Tanti sambil mengoleskan minyak kayu putih di dahinya. "Sampai pusing kepala saya," lanjut Tanti.

Rafaila hanya meringis dan tersenyum ke arah Tanti.

Tidak lama terdengar suara bel tanda berakhirnya sekolah. Rafaila dan guru-guru yang lain bersiap-siap untuk kembali ke rumah masing-masing.

Rafaila dan Kania berjalan bersama menuju gerbang sekolah karena Rafaila menumpang naik motor yang dibawa oleh Kania.

"Bu Kan, aku tunggu di depan gerbang aja ya?"

"Iya, Bu Afa."

Rafaila kembali berjalan ke depan gerbang sekolah. Matanya melihat Sahityo yang sedang berdiri dan bermain ponsel.

"Tyo, belum pulang, Nak?"

"Eh, Ibu di kira siapa. Nunggu Ayah yang jemput, Bu," jawab Sahityo tersenyum lebar.

Ini anak bener-bener kurang perhatian orang tuanya. Di jemput sama Ayahnya udah seneng banget.

Rafaila mengganguk dan bertanya kembali, "Udah sampai mana Ayah kamu, Nak?"

Sahityo melihat sekelilingnya dan melihat ada mobil yang sangat dikenalnya.

"Itu udah datang, Bu," tujuk Sahityo ke arah mobil BMW keluaran terbaru yang pelan-pelan mulai mendekat karena banyaknya siswa yang keluar dari gerbang sekolah. Ada yang menunggu jemputan ataupun menunggu ojek.

"Ayo, Bu Afa," panggil ibu Kania yang ternyata sudah ada di depannya dan memberikan helm berwarna pink.

"Oh, iya Bu." mengambil helm dan Rafaila memakainya.

"Ibu duluan ya, Nak," pamit Rafaila ke arah Sahityo yang memperhatikannya.

"Iya Bu, hati-hati." Sahityo melambaikan tangannya. Rafaila naik ke boncengan Kania dan motornya mulai melaju meninggalkan sekolah.

Terdengar ada suara bass yang memanggil nama Sahityo.

"Ayaaaahhhh...," panggil Sahityo riang saat menoleh dan melihat Satria yang masih mengunakan setelan kerjanya sedang memperhatikannya.

Mendengar nada bahagia anaknya membuat Satria yang berdiri di samping pintu mobil berdecak.

"Nak, kamu udah besar loh. Kok, masih kaya anak kecil gitu," tegur Satria malas. "Tinggi kamu aja udah sama kaya Ayah," lanjut Satria yang tidak mengerti akan tingkah anaknya.

"Kan Ayah jarang jemput, Tyo," jelas Sahityo yang tersenyum lebar.

Satria menghembuskan nafasnya merasa bersalah karena tidak ada waktu untuk bersama Sahityo.

"Ya udah, masuk Tyo," ajak Satria yang membuka pintu mobil. Sahityo menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam mobil. Duduk di sebelah ayahnya yang sedang memakai sabuk pengaman.

"Tadi kamu bicara sama siapa Tyo?" tanya Satria menoleh memperhatikan anaknya.

"Sama guru Tyo, Yah."

"Oh, guru."

"Emangnya kenapa, Yah?" tanya Sahityo yang melihat ayahnya seperti sedang melamun.

"Hm, enggak apa-apa, kok, Nak." Satria menggelengkan kepala dan memberikan senyumnya. Ia mulai menyalahkan mobil.

Postur tubuhnya mirip seperti wanita itu. Wanita yang ingin sekali saya temui. 

Setelah lama hanya ada kesunyian di dalam mobil tersebut tiba-tiba saja Sahityo berkata, "Ayah, aku dapat surat panggilan lagi."

"Apa, Nak?" tanya Satria yang tidak yakin  dengan pendengarannya.

"Dapat surat panggilan lagi, Ayah," jawab Sahityo mengulang perkataannya dan memberikan amplop surat ke ayahnya.

"Ya tuhan, Nak. Di panggil lagi?" pekik Satria kaget menoleh ke Sahityo.

"Sama kaya Ayah waktu muda 'kan," cibir Sahityo menaik turunkan alis tebalnya.

Satria memukul lengan anaknya kesal yang dibalas tawa kencang Sahityo.

"Jangan ditiru dong, Tyoooo," keluh Satria mengacak rambutnya gemas. Untung saja di depan sana sedang lampu merah kalau tidak, bisa saja dia menambrak pengendara yang lain.

******

Rafaila menyerahkan helm berwarna pink ke Kania.

"Makasih Bu, mau mampir dulu?" tanya Rafaila menawarkan Kania untuk ke rumahnya.

Kania melihat rumah munggil yang terlihat sangat asri karena terdapat beberapa pot bunga dan pohon buah. Sangat terlihat kalau Rafaila merawat tanamannya dengan sangat baik.

"Enggak deh Bu, lain kali aja, nanti aku mau pergi sama pacar," jawab Kania dengan wajah yang berseri-seri.

"Malam minggu masih lama, udah pacaran aja sih," decak Rafaila tersenyum menggoda Kania.

"Yah Ibu, namanya juga anak muda kan," kekeh Kania menepuk tangan Rafaila ringan, "Ibu kapan punya pacar?" lanjut Kania.

"Belum ketemu sama jodohnya."

"Mudah-mudah cepet ya Bu, jodohnya datang."

"Amin."

"Ya udah Bu, aku pulang dulu," pamit Kania yang sudah bersiap menyalahkan motornya.

"Iya Bu Kan, hati-hati di jalan," jawab Rafaila melambaikan tangannya.

Melihat Kania sudah tidak terlihat lagi. Rafaila berjalan untuk membuka pintu rumahnya. Meletakkan tas di sofa yang berada di ruang tenggah dan menghempaskan tubuh lelahnya.

Seorang pacar?

Rafaila melihat jari manisnya yang masih melingkar cincin emas dari seorang pria yang sangat dicintainya. Rafaila tersenyum sendu mengingat sang pemilik cincin.

Mungkin kah? Ada sesorang yang nanti akan sepertimu?

Tanpa sadar Rafaila meneteskan air matanya saat semua kejadian pada masa lalu melintas di kepala tanpa henti.

Rafaila segera menghapus air mata yang menetes di kedua pipi. Dia beranjak dari duduknya dan memasuki kamar untuk membersihkan badan yang terasa sangat lengket.

Sehabis mandi dan sudah berpakaian rapih. Rafaila menuju dapurnya yang mungil dan membuat masakan yang sangat sederhana karena dia hanya tinggal sendiri. Orang tuanya tinggal di Bogor dan kakak-kakaknya sudah menikah semua. Tinggal dirinya yang belum menikah. Bukan kemauannya yang tidak mau menikah di umur yang sudah 30 tahun karena sang kekasih yang telah pergi untuk selamanya. Saat itu ia masih berumur 25 tahun. Sampai sekarang ia belum menemukan laki-laki yang kelak akan menjadi belahan jiwanya.

🌷🌷🌷

Republis Jakarta, 22 Januari 2023

Cindy Arfandani.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro