Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 13

Warning 17+

Minal aidzin walfaizin untuk semua pembaca Bang Sat..🙏
Mohon maaf lahir batin yaaa...

Yg kangen sama Bu guru silakan merapat 🤭🤭, hanya bisa memberikan update aja yaa...

🌷🌷🌷

Satria pelan-pelan mendorong tubuh Rafaila ke bangku yang berada di ruang tamu. Rafaila terduduk di bangku single. Ia mendongak melihat Satria yang masih menatapnya dengan tajam.

Satria mengurung badan Rafaila yang hanya setengah dari badannya. Ia memperhatikan manik mata Rafaila yang mulai merasa ketakutan. Satria mulai menurunkan badannya. Ia membuka paha Rafaila lebih lebar sehingga roknya terangkat setengah pahanya. Satria menempatkan dirinya di tengah kaki Rafaila. Ia masih memperhatikan Rafaila dengan tajam. Satria menunduk dan menempatkan wajahnya di leher mulus Rafaila dengan tangan yang berada di kedua sisi bangku. Ia menghirup aroma Rafaila dengan sangat rakus dan dalam. Satria sangat merindukan aroma Rafaila. Dulu aroma Rafaila masih ada sedikit bau minyak kayu putih. Tapi sekarang sedikit banyak aromanya berubah. Lebih feminim dari parfum yang dipakainya dan dapat membangkitkan gairah Satria dengan mudah.

Napas Rafaila memburu dan jantungnya berdetak dengan cepat. Tubuhnya menjadi lebih kaku lagi. Ia tidak pernah di perlakukan seperti ini oleh tunangannya mau pun laki-laki lain. Ia merasa cemas, apa yang akan dilakukan Satria kepadanya. Rafaila menahan dada Satria yang semakin menghimpitnya.

"K-kak," kata Rafaila dengan suara terbata  yang bergetar.

"Dengarkan aku, bila kamu mendengarkan semua penjelasanku, aku akan melepaskan dekapanku," bisik Satria yang sudah tidak berbicara formal di kuping Rafaila.

Rafaila menganggukkan kepalanya dengan kaku. Sebelum melepaskan dekapannya Satria mengecup leher dan kuping Rafaila. Dengan perlahan dan enggan Satria menjauhkan tubuhnya sedikit dari Rafaila. Ia menggenggam tangan Rafaila dengan erat.

Satria menghembuskan napasnya sebelum berbicara.

"Dulu, sejak melihat kamu pertama kali yang ingin menyebrang ke arah sekolahmu, aku sudah mulai menyukaimu, maka ak---."

"Cukup jelaskan kenapa kamu meninggalkanku, Kak, bukan saat kita pertama kali bertemu, kamu sudah sering bercerita tentang itu," potong Rafaila malas.

Satria hanya terkekeh melihat raut wajah Rafaila yang terlihat enggan mendengarnya lagi. Dulu ia juga sering bercerita bagaimana Satria melihat Rafaila yang waktu itu masih memakai seragam putih biru dan kenekatannya mendekatinya.

"Baik-baik kita lanjut lagi, selama hampir satu tahun kita pacaran dan aku mulai mengajakmu untuk mengenal teman-teman dan lingkungan pertemananku, saat itu aku melihat teman-temanku menerima kamu dengan baik, perasaan aku tenang dan aku makin bahagia, tapi semua itu berubah ke besok harinya aku bertemu mereka di kampus, mereka bertanya lebih detail hubungan kita, dan mereka mencemoohku karena berpacaran dengan bocah SMP atau bisa di bilang bocah bau kencur, mereka mengganggap kamu lebih pantas menjadi adikku dari pada menjadi pacarku, tadinya aku tidak perduli tapi lama-lama aku jenuh selalu di olok-olok oleh mereka, aku merasa harga diri aku sebagai pria jatuh, kamu tahu kan ego seorang pria yang saat itu masih berumur 21 tahun?" jelas Satria mengadahkan wajahnya untuk melihat Rafaila.

Rafaila hanya menganggukkan kepalanya. Ia melihat kejujuran dari sepasang mata berwarna agak coklat milik Satria.

"Aku merasa tidak tahan lagi karena selalu menjadi bahan lelucon mereka, saat itu aku menghadiri pesta salah satu temanku, aku melihat Rianti untuk pertama kali di sana, dia membuatku sangat tertarik dengannya. Dia cantik dan seksi, pria mana yang tidak menyukainya?" kata Satria tersenyum tipis.

Rafaila hanya mendengus membenarkan perkataan Satria. Matanya melirik Satria yang tiba-tiba saja mengerutkan dahinya melihat cincin yang berada di jemari Rafaila. Satria memegang cincin Rafaila dan melihatnya memutar.

"Lalu?" tanya Rafaila yang membuat perhatian Satria teralihkan.

Satria mendongakkan wajahnya. Ia tersenyum tipis.

"Rianti lah yang membuatku jarang menjemputmu, mengabarimu, mengajakmu untuk bertemu, dan mulai melupakanmu," kata Satria memelankan suaranya di akhir kalimatnya.

Rafaila hanya menampilkan wajah datar. Ia tidak berkata apa-apa.

"Lanjutkan," perintah Rafaila.

"Rianti menyukai dunia malam karena dia bekerja menjadi seorang model walau baru memulainya, ia sudah sering mendapatkan endorse dari sosial medianya, karena itu kami sering pergi ke bar untuk senang-senang ataupun ke pesta. Suatu malam sehabis kami dari pesta, aku maupun Rianti mabuk berat, kami memutuskan untuk pergi ke apartemen Rianti yang tidak jauh dari tempat pesta karena tidak mungkin aku menyetir dengan keadaan seperti itu, di sana lah awal aku mempunyai Sahityo," terang Satria menutup ceritanya. Ia masih memainkan cincin yang berada di jemari Rafaila.

"Kesimpulannya kamu malu menjalin hubungan denganku dan kamu juga berselingkuh," tebak Rafaila dengan nada tenang.

Satria melingkarkan kedua tangannya di pinggang ramping Rafaila dan merebahkan kepalanya di dada Rafaila. Ia hanya menjawab berupa gumaman. Satria benar-benar sangat menyukai aroma tubuh Rafaila. Ia memejamkan matanya, merasakan perasaan damai seperti menemukan rumah. Membuatnya betah berlama-lama di dekat Rafaila.

"Cincin yang kamu pakai dari siapa, Ila? Tumben kamu pakai perhiasan? Bukannya kamu dulu pernah bilang tidak terlalu menyukai memakai perhiasan?" tanya Satria yang berupa gumaman. Matanya terbuka pelan-pelan. Rafaila mendengar pertanyaan Satria tapi ia enggan untuk menjawabnya.

"Aku akan cari tahu sendiri bila kamu tidak mau menjawab," kata Satria yang menjawab pertanyaannya sendiri.

"Sekarang niat kamu apa sama aku, kak?"

"Untuk kembali bersama."

"Kamu pikir aku mau?"

"Harus mau!" tegas Satria mempererat pelukannya.

"Aku masih tidak bisa benar-benar memaafkanmu."

"Aku akan terus meminta maaf sama kamu sampai kamu bosen, Ila."

"Sudah aku duga." Rafaila memutar kedua bola matanya malas.

Satria terkekeh mendengar perkataan Rafaila yang sudah sangat mengenalnya.
Rafaila melirik ke bawah tubuhnya melihat Satria yang sangat nyaman menidurkan kepala di dadanya.

"Singkirkan kepalamu, Kak! enak banget kamu nyender," ketus Rafaila menyingkirkan kepala Satria.

Satria berdecak dan dengan tidak rela mengangkat kepalanya lalu mulai menjauh dari tubuh Rafaila. Secara refleks Rafaila membenarkan roknya yang tadi terangkat.

"Enaklah kan empuk," jawab Satria sekenanya.

"Bukannya lebih empuk punya pacar kamu kak?" Rafaila menaikan alisnya dan tersenyum sinis.

"Pacar siapa?"

"Pacar kamu lah."

"Aku enggak punya pacar, kok."

"Lah, yang di mal jalan bareng, di gandeng mesra banget sama kemarin cewek yang jemput kamu di rumah, siapa?lagian kata Tyo juga itu pacar kamu, kok, kan sering datang ke rumah kamu buat mesra-mesraan," jelas Rafaila yang mengerutkan dahinya.

"Bukan, ah, fitnah itu," elak Satria dengan raut wajah serius.

"Bobo bareng pasti udah ya?"

"Udah, sih," cicit Satria pelan. Ia memberikan cengiran lebar membuat giginya yang rapih dan lesung pipinya terlihat jelas saat melihat Rafaila melototkan matanya.

Rafaila hari ini banyak menarik napas dan menyabarkan dirinya. Ia merasa tenaganya sudah terkuras banyak hari ini. Besok hari Jumat tidak mungkin ia ke sekolah karena Rafaila tidak sedang ada di Jakarta.

"Kamar aku di mana, Kak?" tanya Rafaila bangun dari duduknya dan melangkahkan kakinya lebih ke dalam rumah karena ia dan Satria dari tadi berada di ruang tamu.

"Di pintu ke dua, sebelah kiri dari kamar aku, kalau mau tidur sama aku juga boleh," tunjuk Satria.

Rafaila langsung membalikan badannya dan mengepalkan tangannya ke arah wajahnya. Memberi isyarat kalau Rafaila akan menghajar Satria bila nekat mengajaknya tidur bersama.

Melihat kepalan tangan Rafaila yang mengarah kepada Satria membuat pria itu tertawa keras.

"Ndasmu Amoh (kepalamu Rusak)," umpat Rafaila dengan bahasa Jawa. Ia memasuki kamar yang tadi di tunjuk Satria dan meninggalkan pria itu yang tertawa lebih keras karena mendengar umpatannya.

🌷🌷🌷


Repost Jakarta, 26 April 2023

~ Cindy Arfandani ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro