
WIWY 5
Jam dinding bergerak cepat menunjukkan pukul sembilan malam. Jasmine yang sudah kelaparan semakin gelisah karena Jere yang belum pulang dari sekolah.
Kalau tidak mengingat dirinya yang belum mengkonsumsi nasi seharian, Jasmine sudah pasti menyantap mie instan saja tanpa harus menunggu Jere.
Kenapa sekarang Dia jadi suka pulang malam? tanya Jasmine sambil mengelus perutnya.
Suara pintu yang berbunyi membuat Jasmine berlari menyambut Jere.
Bingung!
Kata itu yang mewakili Jasmine saat ini. Paksanya, Jasmine tidak melihat Jere membawa apapun selain tas. Biasanya, sepulang sekolah tangan Jere sudah penuh dengan beberapa makanan untuk disantap.
"Kamu enggak beli makanan?"
Jere menggelengkan kepala-meninggalkan Jasmine tanpa mengatakan apapun.
Aneh!
Jasmine berjalan menyusul Jere ke kamar.
Dengan perasaan takut, Jasmine memberanikan diri mengetuk pintu kamar Jere.
Jasmine membuka pintu perlahan, mengintip kegiatan yang sedang dilakukan oleh Jere.
Terlihat Jere yang sedang memainkan ponselnya, tanpa memperdulikan Jasmine yang sudah masuk ke dalam kamar, dengan pintu yang sengaja dibuka lebar.
"Jer ... Aku belum makan nasi hari ini. Boleh enggak Aku beli dulu?"
"ENGGAK BOLEH!! Kamu susah dibilangin, ya. Kamu enggak boleh keluar!"
Lagi-lagi Jasmine terkejut mendengar nada suara Jere yang naik.
"Kamu kenapa, sih?" Kesal Jasmine.
Jere menggelengkan kepala menatap Jasmine. "Kamu makan roti atau mie instan aja sana. Aku mau tidur! Jangan ganggu!"
Jasmine lebih memilih menurut dari pada dibentak lagi oleh Jere. "Selamat malam," ucap Jasmine sebelum keluar dari kamar.
Jere benar-benar berubah setelah Jasmine menolak untuk dipeluk.
Apa pelukan itu sangat berarti untuknya? Gumam Jasmine
Jasmine menghembuskan napas kasar. "Terpaksa Aku makan mie instan. Maafkan, Jasmine, ya perut," ucap Jasmine sambil mengelus perut ratanya.
Kembali, Jasmine terkejut saat Jere tiba-tiba menghentikannya untuk membuka bungkus mie instan. "Tunggu sebentar, biar Aku beli. Ingat! Jangan makan apapun sebelum aku kembali."
"Enggak papa, Aku makan ini aja." singkat Jasmine menolak Jere.
Mendengar penolakan, Jere menatap Jasmine tajam. Membuat Jasmine akhirnya menyerah dan memilih menunggu Jere.
Jere pergi setelah memastikan Jasmine mematikan api kompor, lalu duduk di kursi samping meja makan.
"Dia kenapa, sih? Buat bingung aja," kesal Jasmine.
Setengah jam berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam, tapi tanda-tanda Jere kembali belum terlihat. "Lama banget...." keluh Jasmine.
Jasmine kembali bersemangat setelah mendengar suara pintu yang berbunyi. Jere membawa dua bungkus makanan dan meletakkan di meja makan.
Jere menahan Jasmine yang ingin beranjak untuk mengambil piring serta sendok. Jasmine kembali diserang rasa bingung saat Jere mengambil piring dan sendok untuknya. Cowok itu juga membukakan makanan untuk Jasmine lalu menyuapinya.
"Jere..." panggilnya pelan.
Jere tersenyum sangat manis. "Maaf, ya. Aku enggak maksud kasar. Aku cuma sedikit...."
"Enggak papa, Jer" jawab Jasmine memotong perkataan Jere.
Jere tersenyum, "Makasih ya udah ngerti." Kemudian Jere kembali menyuapkan nasi ayam goreng pada Jasmine. Sangat cepat Jasmine melahap semuanya hingga tidak bersisa.
"Bagaimana rasanya? Enak?" Jasmine mengangguk semangat dengan senyuman lebar.
🌼🌼🌼
"Selesai makan tidak boleh langsung tidur," tegur Jere saat melihat Jasmine yang merebahkan diri di sofa depan televisi.
Gadis itu memperbaiki posisinya menjadi duduk lalu menampilkan senyum gigi pada Jere. Dia tersenyum melihat kelakuan lucu gadis yang berada di sampingnya itu. Ntah kenapa, Jere sangat senang saat Jasmine tersenyum padanya.
'Jere ingat tujuanmu, batin Jere.'
Mereka menonton film bagian barat yang sedang menayangkan adegan menegangkan. Jasmine yang sedikit tegang membuat Jere terus-menerus mengelus kepalanya lembut sambil menonton film.
Awalnya Jasmine terkejut dengan perlakuan Jere, tapi perlahan Jasmine menerima dan membiarkan Jere selama itu tidak berlebihan menurutnya.
🌼🌼🌼
Terik matahari yang hadir menusuk mata Jasmine. ketika sadar Dia langsung berlari menuju kamar Jere untuk melihat apakah Jere sudah pulang atau belum.
Kecewa.
Itu yang Jasmine rasakan setelah melihat kamar Jere yang masih kosong, padahal sudah tiga hari sejak Jere tidak pulang.
Kamu kemana sih, Jer? tanya Jasmine pada diri sendiri.
Jasmine berjalan menuju dapur untuk memasak sarapannya. Sudah tiga hari semenjak Jere menghilang. Jasmine hanya memakan mie instan serta roti lapis yang tersedia di kulkas, tanpa nasi sedikit pun. Selain dia berharap Jere pulang-juga berharap perutnya akan baik-baik saja.
Dia duduk di meja makan sembari menyantap makanannya. Pikirannya kembali mengingat kejadian tiga hari lalu saat Jere hampir menciumnya, tapi yang Jasmine lakukan menampar Jere dengan sangat kuat dan pergi ke kamar meninggalkan Jere sendiri.
Jasmine terus menelpon Jere, tapi tidak ada jawaban darinya.
Hingga, malam Jasmine uring-uringan memikirkan kemana perginya Jere.
Jasmine merasa sudah jengah dengan sikap Jere. Yang membuatnya berpikir untuk mengemas semua barangnya dengan niat ingin pergi besok pagi tanpa menunggu kepulangan Jere.
Dia meregangkan badan merasa sangat lelah setelah mengemas barang. Jarum jam yang menunjukkan pukul dua belas malam membuat Jasmine memilih untuk tidur.
Pukul dua pagi Jasmine terbangun saat mendapati Jere berada di sampingnya, dengan tangan yang memeluk pinggang Jasmine.
Setelah melepaskan tangan Jere yang berada di pinggangnya, Jasmine sedikit menjauh dari Jere. "Jer, kamu ngapain?"
Jere kembali meraih Jasmine dan kembali memeluknya dengan erat. Hingga, tangan kanan Jere menampar pipi Jasmine yang terus menolaknya.
Jasmine pasrah dengan apa yang terjadi padanya.
Malam itu, keperawanan Jasmine resmi hilang karena hasrat seorang Jere.
Sinar Matahari sudah hadir berusaha membangukan Jere yang masih terlelap dengan nyaman.
"JERE BAJINGAN!!!" teriak Jasmine yang terus menangis dengan tubuh polos disamping Jere.
Dia benar-benar membenci laki-laki yang sedang tidur di sebelahnya itu.
Takdir apa ini ya, TUHAN?
Apa aku tidak pantas bahagia?
Jasmine terus menjambak rambutnya kuat dengan perasaan marah yang sudah tercampur dengan penyesalan. "JERE BANGSAT!!" teriaknya lagi.
Teriakan itu sukses membuat Jere terbangun. Terlihat jelas senyuman terbaiknya menatap Jasmine yang masih menangis senggugukan.
"Kok nangis? Kamu nyesal, ya?" tanya Jere sambil memegang keras rahang Jasmine yang membuatnya mengaduh sakit.
"Aku masih SMA, Jere. Kenapa kamu setega itu?" adu Jasmine sambil menolak Jere menjauh darinya.
Jere duduk dihadapan Jasmine sambil mencengkram lengannya kuat. "Hidup kamu udah hancur dari dulu!! Enggak ada yang beda dari hidup mu yang dulu sama sekarang. Yang membedakan hanya karena kamu tidur dengan cowok kaya dan tampan."
Dia semakin menangis karena merasa ucapan Jere benar. "Kau harus tanggung jawab, Jere." lirihnya sebelum jatuh pinsan di pelukan Jere.
Jere mengelus lembut kepala Jasmine sambil menggumamkan kata maaf. Jere menidurkan Jasmine lalu menyelimuti tubuh polosnya.
Setelah menatap Jasmine yang masih tertidur Jere berlalu ke kamar mandi membersihkan diri.
Jeans pendek dan kaos hitam yang Jere kenakan membuatnya semakin terlihat tampan. Sebelum pergi membeli sarapan, Jere menyembunyikan uang seratus ribu lima lembar dalam tas ransel Jasmine.
Mengingat Jasmine yang bisa pergi kapan saja. Jere membuat note kecil di atas nakas berisi ancaman untuk Jasmine.
"Kalau kamu berani kabur. Aku akan kasih tau satu sekolah tentang apa yang terjadi sama kamu sekarang dan yang kita lakukan. Aku punya foto kamu dengan tubuh polos indah itu."
"Sebentar ya, Jas," ujarnya lembut mengelus kepala Jasmine.
Jasmine terbangun karena merasa kedinginan. Dia berusaha duduk sambil memegang kepalanya yang pusing.
Jasmine mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kamar karena tidak melihat keberadaan Jere disana.
Jasmine mencoba menurunkan kakinya dari ranjang. Walau sangat sakit, Jasmine tetap memaksakan agar dia mampu. Mata Jasmine menangkap note dari Jere. Senyuman kecut menghiasi wajahnya selesai membaca pesan dari Jere.
Jere Bajingan, umpatnya melempar note tersebut ke lantai.
Dia berdiri dengan perlahan-berjalan selangkah, terus berusaha agar dirinya dapat mencapai kamar mandi.
Sudah satu jam sejak Jasmine selesai mandi yang dia lakukan hanya meringkuk di atas tempat tidur yang menjadi saksi kehancuran hidupnya.
Semoga, aku baik-baik saja, ucap Jasmine kembali memejamkan mata.
😭😭😭😭
Luka yang kau ciptakan bukan hanya dikenang untuk sementara, tapi selamanya!!
Bolehkah aku meminta pada, Tuhan? Tolong! Kirimkan Aku orang yang bisa membuatku terluka, dan mengobatinya tanpa bekas.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro