WIWY 4
Sambil menunggu kepulangan Jere. Jasmine memilih membersihkan apartemen dan mencuci pakaian kotor Jere yang menumpuk.
Hampir tiga jam Jasmine berkutat dengan isi apartemen yang membuat tubuhnya sangat lelah. Awalnya Jasmine berpikir ingin mandi karena tubuhnya yang berkeringat, tapi rasa lelah yang mendominasi tubuhnya membuat ia memilih berbaring di sofa hingga tertidur.
🌼🌼🌼🌼
Sore hari Jere baru kembali dari sekolah. Membuka pintu apartemen dengan perlahan berniat memberi kejutan pada Jasmine. Suara televisi yang cukup keras membawa langkah Jere menghampiri sofa yang ada di depan televisi. Langkah Jere kembali pelan karena ingin mengejutkan Jasmine, tapi niatnya terhenti ketika melihat wajah damai Jasmine yang tidur, memperhatikan setiap inci wajah Jasmine-berhenti pada bibir ranum Gadis itu. Gerakan Jasmine yang tiba-tiba membuatnya salah tingkah dan bingung harus bersikap seperti apa.
"Kamu udah pulang?" tanya Jasmine membenarkan posisi menjadi duduk.
"Eh, iya. Maaf, ya aku pulangnya lama. Kamu pasti bosan di rumah terus," ujar Jere. Sembari mengambil posisi duduk di samping Jasmine.
"Enggak kok. Aku cuma ngantuk aja."
Jere mengelus kepala Jasmine dengan lembut. "Ayo makan. Tadi aku beli nasi buat kita."
Dia mengangguk lesu mengikuti perintah Jere. Jasmine mengambil alat makan untuknya dan Jere. Sedangkan Jere, membuka semua bungkus makanan dan memindahkan ke piring. Membuat Jasmine semakin menatap ngiler.
"Enak enggak?" tanya Jere memperhatikan Jasmine yang melahap makanan dengan cepat.
"Enak banget, Jer" jawab Jasmine tetap fokus pada makanannya.
"Btw, kenapa kita enggak beli bahan makanan aja, Jer? Biar aku yang masak," tanya Jasmine penasaran.
"Enggak papa, Jas. Beli aja. Nanti kamu kecapean lagi."
"Ya, ampun ... Masak aja enggak ada capeknya, Jere. Aku juga udah biasa."
Jere menggelengkan kepala. "Enggak! Beli lebih cepat," putus Jere tegas.
"Ya, udah. Terserah kamu aja." balas Jasmine kembali fokus pada makanannya.
Jere berdehem seraya menatap Jasmine. "Kalau kamu butuh sesuatu ngomong ya, Jas."
Dia mengangguk, "Makasih banyak ya. Kamu baik banget."
Jere menggenggam jemari Jasmine-mengelusnya dengan lembut. Menatap manik mata Jasmine dengan penuh kepercayaan diri.
Uhukk...
Uhukk...
Batuk Jasmine menghentikan suasana romantis yang telah tercipta. Dengan sigap Jere memberikan minum pada Jasmine. "Makannya pelan-pelan aja, Jasmine."
Ini juga karena lo Jer, ucap Jasmine dalam hati. Menampilkan senyuman kikuk menanggapi ucapan Jere.
Sesudah makan. Jere memutuskan bermain game hingga malam. Sedangkan Jasmine memilih belajar dengan meminjam buku pelajaran Jere.
Jarum jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi Jere belum juga selesai dengan gamenya. Jasmine menggelengkan kepala melihat kelakuan cowok di hadapannya itu.
"Jer, mandi dulu kali. Ntar, dilanjut lagi."
"Udah selesai kok." setelah mengatakan itu Jere bangkit dari tempatnya menuju kamar.
🍎🍎🍎🍎
Memasak sarapan Jere setiap pagi sudah menjadi kebiasaan Jasmine.
Jasmine akan selalu mengingatkan Jere untuk sarapan walau terkadang sulit. Saat ini Jasmine membuat telur dadar mie sebagai menu sarapan Mereka, karena berpikir Jere akan bosan jika sarapan dengan mie goreng setiap hari.
"Jere, nanti kamu pulang jam berapa?" tanya Jasmine sambil membersihkan piring makanan Jere.
Jasmine menunggu jawaban dari Jere yang sedang minum dengan menatapnya tanpa henti.
"Mungkin malam? Nanti aku ada kerjaan yang harus diselesaikan."
"Apa aku boleh keluar sebentar?"
"ENGGAK!!!" betapa terkejutnya Jasmine ketika mendengar teriakan Jere saat menjawabnya.
"Maaf buat kamu terkejut. Emangnya kamu mau kemana?" tanya Jere dengan lembut.
"Cu ... cuma mau beli roti lapis di supermarket bawah"
Jere menghela napas, "Maafin aku ya. jangan takut plis ...."
Jasmine mengangguk mengerti. "Enggak papa kok. Aku cuma terkejut aja."
"Aku aja yang beli enggak papa, kan? Kamu tunggu di apartemen aja."
Dia mengangguk tidak ingin memperpanjang masalah. Toh, dia memang hanya ingin roti lapis.
"Ya udah aku sekolah dulu. Kamu baik-baik di rumah." lagi-lagi Jasmine mengangguk sebagai jawaban.
Jere mengeluarkan uang pecahan seratus ribu dari sakunya kemudian memberikan pada Jasmine. "Buat disimpan. Mana tau sewaktu-waktu kamu butuh."
Jasmine sempat menolak, tapi dipaksa oleh Jere.
"Terima kasih, Jer."
Cowok itu hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan Jasmine yang masih setia berdiri menatap kepergiannya.
Kenapa sekarang aku merasa takut? Gumam Jasmine pada diri sendiri.
*dikantor polisi
"Pak, tolong temukan anak Saya...." mohon Yuli Mama Jamine.
"Kami pasti akan menemukan anak Ibu. Kami akan mengabari jika ada perkembangan mengenai keberadaan anak Ibu."
"Apa tidak bisa di perce...." belum selesai Yuli berbicara polisi itu sudah pamit undur diri karena ada kasus yang harus diurus.
Yuli bersama Agung yang sedang menggendong Yuan keluar dari kantor polisi dengan perasaan kecewa yang sangat besar.
"Ini sudah dua hari setelah kita melaporkan Jasmine hilang, tapi mereka belum juga menemukannya."
"Kita harus sabar, Ma. Mama kan tahu proses hukum di Indonesia bagaimana."
"Mama khawatir dengan Jasmine, Pa" lirih Yuli nyaris menangis.
Agung mengelus punggung Yuli dengan tangan kanannya. "Doakan saja tidak terjadi apa-apa padanya. Kita pulang sekarang, ya."
Yuli mengangguk sebagai jawaban dan berjalan bersama Agung meninggalkan kantor polisi.
*di apartemen
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi Jere belum juga kembali. "Dia kemana sih?" gerutu Jasmine sambil memasak mie kuah.
Suara pintu yang berbunyi membuat Jasmine akhirnya menghembuskan napas lega. Jasmine merasakan sebuah tangan memeluknya dari belakang. Napas Jere sudah terasa di lekukan lehernya.
Benar-benar membuat Jasmine tidak nyaman. Jasmine menjauhkan tubuh Jere darinya.
"Jer, aku takut," cicit Jasmine.
Jere semakin erat memeluk Jasmine. "Enggak ada yang perlu ditakutin, Jasmine."
"Jere, aku benar-benar enggak nyaman!!" tegas Jasmine.
Jere melepas pelukan lalu meninggalkan Jasmine menuju kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Kamu kenapa sih, Jer? Gumamnya.
Jasmine terduduk dimeja makan sambil memikirkan ada apa dengan sikap Jere.
🌼
Sudah terhitung seminggu Jasmine tinggal bersama Jere. Tapi, tanda kalau dia akan sekolah kembali belum terlihat.
Rasa penasaran dan keinginan yang besar untuk sekolah lagi membuat Ia memutuskan bertanya pada Jere. tapi, bukannya jawaban, Jasmine malah mendapat cacian dari Jere.
Flashback On
Jasmine mengetuk pintu kamar Jere beberapa kali, tapi tidak ada jawaban. Jasmine membuka pintu sedikit, melihat Jere yang sedang bermain game di ponselnya.
"Jer, aku masuk ya." terdengar suara deheman Jere yang membuat Jasmine memutuskan masuk ke dalam kamar tanpa menutup pintu.
"Aku mau nanya tentang sekolah."
Tidak ada jawaban dari Jere membuat Jasmine sedikit kesal. "Jer ... bagaimana? Kapan aku mulai sekolah?"
Jere berdecak kesal melempar handphonenya asal. "Berisik!!" bentak Jere
Jasmine yang di bentak mundur sedikit karena terkejut. "Aku kan nanya baik-baik, Jer."
Dia bangkit dari duduknya dan menatap tajam Jasmine. "Enggak lihat aku lagi sibuk? Besok bisa, kan? Udah keluar sana!" usir Jere pada gadis di hadapannya itu.
"Baiklah, maaf aku ganggu kamu." jawab Jasmine segera berlalu dari hadapan Jere tidak lupa menutup pintu.
Flashback Off
Dia menghela napas saat mengingat kejadian yang cukup menyesakkan itu.
Saat itu Jasmine berusaha sabar karena berpikir Jere sedang lelah, tapi ntah kenapa, semakin lama dirinya bersama Jere, semakin dirinya merasa tidak nyaman.
🌼🌼🌼🌼
Nyaman adalah alasan kita untuk tetap tinggal. Namun, Jika nyaman itu perlahan hilang. Salahkah aku jika pergi perlahan?
~Sejo
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro