Bab 13
"Kenapa lo mengajukan pertanyaan seperti itu kepada Ustad Ezzan?" tanya Naura, sambil mengernyitkan dahinya.
"Kemarin pagi lo tanya kepada Ustad Ezzan tentang hijrah, bagaimana mungkin lo lupa. Benar-benar lalai," ujar Naura.
Dinda terdiam sejenak, mencoba mengingat apa yang ditanyakan oleh Naura. "Oh, itu," kata Dinda setelah mengingatnya, "Gue hanya penasaran dan ingin tahu jawaban yang akan diberikan oleh Ustad Rezzan. Ternyata tidak sesuai ekspektasi, tapi Gue mengerti."
"Lalu apa yang mendasari pertanyaan lo?" tanya Naura lagi.
"Nggak ada, hanya ingin tahu saja," jawab Dinda.
"Sungguh?" Naura memperbaiki posisi duduknya, "Serius, Dinda!"
Dinda menatap mata Naura yang penuh rasa ingin tahu, tapi ia enggan menjawab sesuatu yang menurutnya terlalu serius.
"Iya, benar gue," ujar Dinda.
"Bulan puasa, berbohong dapat membatalkan puasa lo," kata Naura tiba-tiba. Dinda langsung terdiam.
"Nah, lo tiba-tiba diam, pasti lo boong. Jelaskanlah alasan yang mendasari pertanyaan itu!" desak Naura.
"Dan apa yang mendasari lo untuk bertanya hal yang tidak penting seperti ini?" balas Dinda.
Naura mengubah wajahnya menjadi masam, seolah-olah merasa dipermainkan. "Hanya itu yang lo jawab, coba jelaskan," ejek Naura.
Dinda kembali terdiam, merasa bahwa Naura benar-benar penasaran.
"Gue suka Ustad Rezzan."
Ada dua insan yang langsung terdiam, mendapati ucapan dari Dinda, yang satu berada di depan Dinda, dan yang satunya berada di balik pintu kamar.
"Maksud lo?" Naura sedikit grogi.
"Iya gue suka sama dia.Makannya gue nanya gituan, mau tau jawaban dia apaan. Dan lo tahu kemarin guengomong kalo mencintai ciptaan terlebih dahulu harus mencintai penciptanya. Yague cuman pengen yang di atas tahu kalau gue bener-bener suka sama ustad Rezzankarna Allah, bukan yang lain. Dan baru kali ini gue jatuh cinta kepada seorangpria yang buat gue semakin taat agama, tapi bukan mendasari karena dia banget, tapi gue merasa Allahmemberi hidayah ke gue lewat perantara dia," ungkap Dinda serius.
Naura merasakan ada yang aneh setelah mendengar penjelasan dari Dinda secara langsung. Ada sesuatu yang merusak hatinya, sesuatu yang membuatnya sedikit terluka.
"OMG! DINDA! ASTAGHFIRULL-"
Dinda spontan menutup mulut Naura dengan tangannya. "Jangan keras-keras! Nanti kakak gue tahu!" tegur Dinda.
"Apa lo benar-benar menyukai ustad? Wajar sih, siapa yang tidak akan terpesona oleh Ustad Ezzan," kata Naura sambil membenarkan jilbabnya, "Kalo uatad Ezzan punya nama yang spesial dalam doanya? Dan itu bukannama lo gimana?" tanya Naura.
Dinda, yang sebelumnya sudah tenang, kembali termenung. Sebenarnya, cukup berat mencintai seseorang secara diam-diam, terutama ketika orang yang dicintai sama sekali tidak mengenal siapa nama atau kehidupan yang mencintainya.
"Gue punya nama dia yang selalu gue sebut dalam doa gue, dan lo ingat nggak perihal doa yang diucapkan oleh ustad Rezzan?" Dinda menatap Naura dengan serius.
"Apa?" tanya Naura.
Dinda beranjak dari duduknya, lalu berpindah duduk di samping Naura, "Kalo gue memang bukan jodoh dia, gue berharap Allah jauhin gue ama dia dengan cara yang baik, dan kalo emang jodoh, gue harap secepatnya didekatkan," ujar Dinda halus, "Dan itu hal yang buat gue harus yakin atas niat gue!"
Naura menatap Dinda dengan tatapan yang tajam, tak pernah sebelumnya ia melihat temannya begitu serius.
"Bagaimana dengan lo? Apa ada orang yang sedang lo suka?" tanya Dinda balik.
Naura mengangkat alisnya mendengar pertanyaan dari Dinda. Siapa yang Naura sukai? Tentu saja belum ada, namun saat ini Naura sedang dijodohkan, dan ia tidak tahu siapa yang akan dijodohkan dengannya.
"Gue akan dijodohkan," ucap Naura.
"Ha! Serius?" kali ini reaksi Dinda lebih histeris daripada Naura sebelumnya.
"Jangan berisik!" Naura meremas paha Dinda dengan pelan, "Iya, benar, Gue akan dijodohkan," lanjut Naura.
"Lalu dengan siapa?"
Pertanyaan itu tidak bisa dijawab karena Naura sendiri tidak tahu jawabannya.
"Entah, Gue juga nggak tahu," ucap Naura dengan suara pelan.
"Lah, bagaimana bisa? Kok lo sendiri nggak tahu?" tanya Dinda heran.
"Lo kan tahu gimana Ayah Gue, dia sangat keras, Gue harus patuh!" ujar Naura.
"Memang benar juga sih. Naura, apa lo ingin tahu kenapa Gue belum menikah selama ini?"
"Mengapa?"
"Ayah G pernah ingin menjodohkanku, tapi ibuku tidak memberikan izin. Apakah kamu tahu mengapa?"
"Lebih baik langsung jelaskan!" tantang Naura.
"Kamu tidak sabaran sekali, aku ingin membuatnya terasa dramatis,"
"Cepat jelaskan!"
Dinda mengambil nafas dalam-dalam, kemudian mengeluarkannya dengan perlahan, "Karena aku tidak diizinkan melangkahi kakak perempuanku," ucap Dinda.
Naura baru menyadari bahwa Alfatih belum menikah dan belum memiliki pasangan hidup, tapi mengapa belum? Padahal Alfatih adalah tipe pria yang seharusnya mudah mendapatkan hati seorang wanita. Tapi mengapa? Rasa keingintahuan Naura semakin bertambah.
"Bagaimana Gue bisa menikah, ketika orang yang Gue sukai pun akan dijodohkan," gumam seseorang di balik pintu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro