Part 1: Neomarica Candida
Pelajaran olahraga selesai setengah jam lebih awal, Pak Wahyu membubarkan kelas 6 Borobudur. Setelah mengganti baju olah raga dengan seragam batik, Keo berlari mendahului Toby dan Sebastien ke kelas. Ia tidak ingin kedua sahabatnya tahu apa yang menunggu di bangkunya. Keo menduga, kursinya tidak kosong lagi. Dan benar, ada sekuntum iris. Pasti diletakkan di sana saat kelas sedang kosong.
Si Misterius beraksi lagi. Misterius yang lain. Bukan yang mengiriminya SMS kaleng setahun lalu. Itu sih sudah terpecahkan, dan tidak mungkin keisengannya terulang dengan cara ini.
Sekarang, entah siapa lagi, sedang hobi meletakkan bunga di tempat duduknya. Ini sudah bunga ke-10. Macam-macam. Mawar, anggrek, krisan, lavender, azalea, dan sekarang iris putih biru. Nama latinnya, Neomarica Candida.
Keo tertegun. Bunga dan namanya terlalu familiar.
Ha! Kamu pasti berharap Noa yang melakukannya. Noaki Neomarica. Lalala.... SPARK terbangun dan menertawakannya.
Enggak. Ngaco kamu. Keo bersungut-sungut. Noaki memilih pindah ke kelas 6 Eiffel daripada sekelas dengannya. Tindakan itu saja sudah berbicara banyak. Keo mengerti. Mana mungkin Noaki mengacaukan lagi situasi di antara mereka dengan memberinya bunga. Lagian yang seperti ini bukan karakter Noaki.
Ya, kepala kamu mengerti. Tapi hati kamu beda cerita. Pasti berharap banget. Iya, kan?
Sok tahu!
SPARK tahu, dong! Nah, sekarang kamu lagi mikir, apa ini bisa jadi alasan untuk ke kelas Noa, kan? La la la....
Shut up!
SPARK kan cuma baca pikiranmu!
Hei, SPARK! Kalau begitu, baca yang kupikirkan sekarang!
Hmm... Karena SPARK sedang jadi bunga mekar, kamu ingin merobek satu demi satu kelopaknya lalu dicocol ke sambal dan dikremus jadi lalapan. WHOAAA, sadis!
Keo tertawa puas. Rasakan!
SPARK terdiam. Dan buru-buru Keo menghapus cengirannya karena teman-teman mulai berdatangan. Seperti bunga-bunga sebelumnya, iris itu ia selipkan juga di antara halaman buku. Lalu Keo duduk seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Mengambil botol air minum dan menenggaknya nyaris habis. Ia lebih haus karena memikirkan bunga ketimbang bermain basket.
Toby duduk di bangku di depannya. Meski basah dengan keringat dan air, rambut anak itu tetap jigrak. Menoleh kepadanya dengan alis terangkat. "Ada apa?"
Keo melotot. "Apanya yang ada apa?"
"Kamu lari duluan ke kelas kayak dikejar tawon dan sekarang sok tenang kayak enggak terjadi apa-apa. Jadi, ada apa?"
SPARK tertawa kecil di dalam sana. Everyone knows you so well, Keo.
Keo menggeleng. "Enggak ada apa-apa. Aku cuma haus."
"Ada air minum di lapangan basket. Juga di ruang ganti." Alis Toby bertaut.
"Eh, aku belum ingin membicarakannya sama kamu."
"Itu jawaban yang lebih baik," kata Toby, tersenyum. Lalu duduk dan membuka buku di atas meja.
Keo menyemburkan napas. Sebetulnya kenapa ia tidak mau membicarakan soal bunga itu dengan Toby? Bukankah Toby bisa membantunya? Seb juga. Si genius itu pasti langsung berubah jadi detektif dan menemukan si Misterius dengan mudah.
SPARK tahu! SPARK tahu! SPARK bisa jawab.
Aku tidak tanya sama kamu.
Karena bunga-bunga itu sudah berbunga rasa.
What?
Bunga berbunga rasa. Ada rasa yang muncul dari bunga-bunga itu.
Tentu saja. Rasa penasaran. Rasa kesal. Rasa tak berdaya. Dan aneka rasa lain kayak kolak campur. Keo meradang, jengkel sendiri.
Kamu tahu maksud SPARK. Rasa itu berkaitan terutama dengan Neomarica Candida.
Keo mengabaikannya, karena saat itu terdengar seruan Seb dari belakang kelas.
"Menuju hutan belantara!" Dan sebuah pesawat kertas kecil menukik lewat di atas kepala Keo lalu mendarat di rambut Toby.
"Yes! Pendaratan yang mulus, Kapten Traver." Seb bersorak.
Toby menjentik pesawat itu jatuh dari rambutnya. Lalu lanjut membaca, tak acuh.
Keo berbalik dan melihat Seb berdiri di atas kursi dengan satu tangan penuh pesawat kertas kecil-kecil. Di kursi sampingnya, berdiri Angkasa, teman sekelas mereka yang menderita sindrom asperger. Kedua anak itu sangat dekat akhir-akhir ini. Sejak kemarin, Angkasa terobsesi dengan pesawat kertas. Sering frustrasi karena pesawatnya tidak bisa melayang indah. Dan Seb membantunya membuat pesawat sambil mengocehkan teori aerodinamika dan matematika dalam origami. Angkasa bisa mengerti dan menyambung kata-kata Seb. Senang sekali Seb, karena ada teman yang tidak membungkam mulutnya, mau mendengarkan, bahkan mengajak diskusi.
"AX 271 bersiap. Tujuan hutan belantara. Meluncur." Angkasa berteriak dan melepaskan pesawatnya.
Mata Keo mengikuti pesawat kertas itu menukik cepat... dan tuk! Mengenai tengkuk Toby. Kedua anak itu menjerit kayak balita, lalu tergelak-gelak.
Keo menggeleng-geleng. Minta tolong Seb menyelidik? Yeah, right! Sebastien Kresna Traver sedang lucu-lucunya. Kelakuannya kalau tidak kayak balita ya kayak orang dewasa sekalian. Seb seperti lupa hal-hal yang biasanya dilakukan anak usia 11.
Satu pesawat lagi mendarat di rambut Toby. Dan satu lagi jatuh di mejanya. Keo tidak ingin jadi Sebastien sekarang, saat Toby tiba-tiba berdiri dengan kaku dan memutar badan.
"SEBASTIEN KRESNA TRAVER!" Toby berteriak. Wajahnya angker. Keo sampai terkesiap.
Dengungan anak-anak yang mengobrol pun senyap seketika.
Seb dan Angkasa masih berdiri di atas kursi. Serta merta menjatuhkan pesawat dari tangan masing-masing untuk menghilangkan bukti. Lalu saling tunjuk. Meringis sok imut. Keo nyaris terbahak, tapi lebih aman tidak ikut campur. Walau tampang Toby, dengan satu pesawat kertas yang mencuat di antara rambut jigraknya, bikin dia susah payah menahan tawa. Sampai terdengar suara-suara aneh lolos dari tenggorokannya.
Tapi mendadak air muka Toby berubah. Alisnya datar lagi dan mata sipitnya bersinar ramah. Senyumnya terkembang lebar. Keo melongo.
"Seb, it's okay." Toby melambaikan tangan santai. "Oh ya, aku berubah pikiran. Tutup botol Cola Bear vintage itu, kupikir mau kukoleksi sendiri saja."
"WHAT?" Seb langsung melompat turun. "No. No. No. Tobyyyyyyy!"
Toby melangkah keluar kelas tanpa menoleh. Bel istirahat baru saja berbunyi.
Seb berdiri terpaku di dekat bangku Keo. Bahunya melorot. "Toby enggak serius kan dengan ancamannya?" tanyanya.
Keo angkat bahu. Adegan terakhir itu tidak ia mengerti. "Tapi Toby selalu serius."
"Whuaaaa!" Seb meratap. "Tolong aku, Keo. Aku harus mendapatkan tutup Cola Bear vintage itu. Cuma Toby yang punya. Ibby pernah punya, ada dua malah. Dijadikan mata patung beruang yang dibuatnya dari barang bekas. Salah satunya aku cuplik lepas, terus hilang. Itu sebabnya aku harus ganti. Kalau enggak, patung itu jadi Cyclop. Terus mengejarku sampai ke mimpi. Tadinya Toby mau menukar Cola Bear miliknya dengan buku. Tapi kenapa tiba-tiba batal? Padahal aku sudah bilang Ibby. Ibby mau kasih aku yoyo antiknya kalau mata beruang utuh lagi. Yoyo antik dari kayu buatan pemahat maestro Bali. Kamu harus lihat... ouch! Ouch! Keo, kenapa jitak aku?"
"Kamu enggak berhenti ngomong kalau enggak dijitak." Keo besedekap. "Daripada ngoceh enggak jelas, sana kejar Toby! Minta yoyo vintage-nya. Tukar sama Cyclop. Atau Cola Bear antik buatan maestro Bali. Whatever! Buruan selesaikan. Kamu kan enggak mau dikejar Ibby sampai ke mimpi."
Sebastien malah melongo menatapnya.
"Apa?" Keo mengangkat alis. Tapi perhatiannya langsung teralihkan saat namanya dipanggil. Suara yang sangat akrab di telinga. "Oh, hai, Noa! Masuk."
Noaki tersenyum, memperlihatkan lesung pipit.
SPARK mendadak terjungkir di dalam sana. Hati-hati, Keo!
"Di sini saja. Aku cuma mau ambil novel yang kamu janjikan kemarin. Enggak lupa bawa, kan?"
"Enggak dong." Keo mengambil buku dari lacinya dan menemui Noaki di pintu. "Mau ke kantin?"
"Ya, sama teman-teman," kata Noaki, menunjuk serombongan anak perempuan yang berjalan mendahului. "Terima kasih, ya. Tebal juga. Aku pinjam ini tiga hari, deh."
"Take your time. Akhir pekan juga enggak apa-apa. Nanti aku ambil ke rumah."
Tapi Noaki sudah berlari menjauh, ditelan keramaian lorong saat istirahat. Entah mendengar kata-katanya atau tidak. Keo mengembuskan napas.
Take your time. Akhir pekan juga enggak apa-apa. Nanti aku ambil ke rumah. Hmm.... Take your time. Akhir pekan juga enggak apa-apa. Nanti aku ambil ke rumah. Wah! Take your time. Akhir pekan juga enggak apa-apa. Nanti aku ambil ke rumah. Ya ampun. Take your time. Akhir pekan juga enggak apa-apa. Nanti aku ambil ke rumah... Hahaha.
Shut up, SPARK! Enggak lucu, tahu?!
Kamu tahu apa yang lucu, Keo?
What?
Bunga iris itu kamu selipkan di novel yang sekarang ada di tangan Noaki.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro