Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

KENIKMATAN TERLARANG 7

Arzein tersenyum membalas teriakan gadisnya. "Inilah saatnya, aku mengambil peran, sayang. Akan aku berikan seluruh pengalaman ini hanya untukmu."

"Hah?"

Namun selang berapa detik, Syelen kembali bisa merasakan tubuhnya saat ini benar-benar terasa amat sangat penuh. Perlahan, sesuatu yang memenuhinya itu, mulai bergerak maju kemudian mundur, memompa miliknya, memberi sensasi yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Bahkan rasa yang Syelen rasakan saat ini, tidak bisa dijelaskan dengan materi yang pernah dia dapatkan semasa sekolah. Gerakan tubuh kakak ipar-nya, dari yang tadinya perlahan, kini mulai terasa lebih cepat. Pria itu, pria panas yang telah memasukinya itu, seperti ingin mengamuk di dalam memek Syelen.

Setiap gerakan yang diambil pria panas ini, begitu penuh, dan juga ketat. Tubuh Syelen menggelinjang, tangannya kemudian menarik kepala Arzein, mencium bibir sialan yang terus tersenyum melihat ekspresi Syelen.

Namun, celakanya, pilihan Syelen justru semakin membuat pikirannya bertambah kacau. Tubuhnya benar-benar terasa sangat menyatu, dan melekat pada tubuh Arzein. Gerakan kontol Arzein yang memompa memek Syelen, semakin berganti waktu, semakin cepat juga yang Syelen rasakan.

Terus seperti itu, sampai sesuatu dari dalam dirinya seperti ingin meledak, mengamuk, meronta, ingin keluar dari dalam perut Syelen. Syelen pernah merasakannya, itu adalah sensasi seperti dia akan buang air kecil. Tapi kali ini, dia yakin, itu bukan hal itu.

"Ahhh Ini membuatku gila, Zein!!!"

"Yah.. panggil namaku, Sayang."

"Aahhh Zeinhh!"

"Enak sayang?"

Syelen tidak munafik, dia yang tadinya menyesali perbuatannya karena telah membiarkan Arzein merobek, menghancurkan dinding selaput dara miliknya. Sekarang dia justru terlihat yang lebih menikmatinya, tangannya bahkan terus menarik tubuh Arzein, dia ingin begitu rapat dengan Arzein, dia ingin menyatu dengan Arzein, dia begitu menginginkan.

"Yeahhhh! Please, lebih keras Zein, lebih dalam... aahhh!" racau Syelen menggila.

Tusukan demi tusukan terus menghujani memek Syelen, sampai membuat tubuh Syelen bergetar. Kedua kakinya yang tertekuk, kini perlahan mendorong membuat pantat sintalnya terangkat. Melihat itu, tangan Arzein pun menarik pinggul Syelen, mengajaknya dalam pertempuran yang sejak tadi dia mainkan.

Syelen kira, pilihannya mengangkat pinggulnya, bisa menghilangkan rasa gila dalam kepalanya. Namun, itu justru semakin menarik kesadarannya, tubuhnya meronta, menggila, bersama dengan setiap gerakan Daddy-nya.

Entah sudah berapa lama mereka melakukan gerakan yang begitu intens itu. Karena yang Syelen rasakan, yang Syelen pikirkan, dia hanya ingin terus dan terus melakukan ini. Jika sang waktu akan memisahkan mereka, Syelen bahkan rela waktu membeku, menyisakan dirinya dan sang Daddy yang terus bergumul dalam kegiatan penuh nikmat ini.

Tapi, sebuah dorongan yang begitu dari dalam perut rata Syelen seperti tidak bisa dia tahan lagi. "Zein... aku mau pipis..."

"Bareng ya sayang."

Hanya perintah itu yang dikeluarkan oleh Arzein. Syelen tidak paham akan apa yang dimaksud 'bareng' oleh Arzein. Namun dia yakin pada tubuh mereka yang menuntun Syelen dalam rasa terbang yang begitu tinggi.

Rasa terbang yang terus menusuk langit, melawan setiap ketinggian yang tidak pernah bisa diukur oleh alat apapun. Hingga tepat ketika mencapai puncaknya,....

"Ahhh Arzeeein!!" teriak Syelen.

"Aahhh Syelen!!"

Tepat ketika mereka mengatakan itu, semburan dari masing-masing tubuh mereka saling mencurahkan. Syelen bisa merasakan sesuatu yang sangat panas, keras, dan besar itu bahkan berdenyut lebih dulu, sebelum kemudian menyemburkan lahar yang amat sangat panas dan banyak. Cairan kental itu bahkan sampai terasa memenuhinya.

Sampai pada semburan terakhir, tangan besar Arzein menarik Syelen dalam cumbuannya. Bibir mereka saling bertaut, dia begitu bahagia, bahagia karena ... apa?

"Kamu sudah lelah?" tanya Arzein, yang memilih mengabaikan perasaan aneh barusan.

"Iya, Mas. Aku boleh tidur di sini dulu kan?" tanya Syelen.

"Tidurlah, aku pulang dulu---"

"Mas bisa temenin aku di sini? Aku takut tidur di tempat asing sendirian," jujur Syelen.

***

"Lepas, Mas. Mbak Fara pasti udah nyariin kita," ucap Syelen.

Pagi ini, oh bukan tapi siang ini, terlihat Syelen harus menyingkirkan lengan kokoh yang memeluk tubuhnya dari belakang. Syelen tidak menyangka permintaannya semalam, tentang Arzein tidur di ranjang yang sama dengan Syelen, bisa dilakukan oleh Arzein.

"Sebentar saja, Syelen," pinta Arzein.

Syelen ingin protes, tapi melihat wajah tampan Arzein tampak kelelahan. Syelen pun kembali membalas dekapan Arzein, membiarkan tubuh polos mereka saling menempel.

"Mas, apa habis ini aku nggak boleh tidur sama Mas lagi?" tanya Syelen.

"Boleh. Kata siapa tidak boleh?" balas Arzein.

"Tapi gimana sama Mbak Fara? Aku takut, Mas," ucap Syelen.

"Fara bakal ke rumah orang tuaku. Dan kalau Fara pulang, kamu bisa tidur di rumah Mas yang satunya," ucap Arzein.

"Tapi Mas, tolong jangan sampai cerai sama Mbak Fara ya. Mbak Fara orangnya baik, justru aku yang jahat karena main sama Mas."

Detik itu juga, Arzein membuka matanya, menatap wajah cantik Syelen yang tidak memakai riasan apapun.

"Kalau aku maunya cerai bagaimana?"

"Tolong Mas! Kasihan Ellea, dia butuh sosok ibu kayak Mbak Fara."

"Ayo bangun, kamu pasti belum makan."

Arzein tidak membalas ucapan Syelen. Padahal Syelen bener – benar tidak mau kalau Arzein bercerai dengan Fara. Tapi disisi lain, Syelen ingin bersikap sedikit egois dengan tetap bercinta dengan Arzein.

Setidaknya sampai Syelen bisa menemukan sosok untuk dinikahi.

Beberapa jam kemudian, Syelen sampai di rumah lebih dulu, dia bisa melihat koper besar milik Fara sudah terparkir di depan pintu. Syelen pun segera mencari keberadaan Fara, ingin menanyakan tentang rencana keberangkatan Fara.

"Mbak? Jadi berangkat?" tanya Syelen, ketika melihat Fara turun dari tangga.

"Jadi dong, pesawatnya juga 2 jam lagi," ucap Fara.

"Sayang, nanti kamu di rumah sama Tante Syelen yang pinter ya. Kalau kangen Mama, telpon Mama aja, okey?" ucap Fara pada Ellea.

"Iya, Mama. Nanti Mama kalau pulang bawa mainan ya," ucap Ellea.

"Siap, Sayang."

Syelen pun menggandeng Ellea, karena tugas Syelen adalah menjaga Ellea. Mereka bertiga berjalan menuju pintu, terlihat ada Arzein di sana. Fara segera mendekati suaminya, mengecup pipi Arzein.

Syelen yang melihat itu hanya bisa tersenyum miris, karena dia telah berani bermain api dengan kakak ipar tampannya. Di sisi lain, Arzein menatap ke arah Syelen, mengamati reaksi Syelen yang seperti cemburu.

"Berapa hari kamu di sana?" tanya Arzein.

"3 bulan, Mas," ucap Fara.

"Lama sekali? Apa perlu aku antar ke sana?" tanya Arzein.

"Terus nanti yang cari uang siapa?"

"Yasudah, kalau sudah selesai urusan di sana, segera pulang," perintah Arzein.

"Iya, Mas."

"Mama berangkat dulu ya, Els," ucap Fara pada Ellea, kemudian mengecup kening Ellea.

"Titip Ellea dan Mas Arzein ya, Syelen," ucap Fara pada Syelen.

"Iya, Mbak."

Fara pun masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan, sedangkan Syelen memilih untuk membawa Ellea masuk ke dalam rumah. Syelen sendiri juga harus mengetahui jadwal kegiatan Ellea, karena Ellea sudah sekolah dan memiliki jadwal les.

"Ayok Els," ajak Syelen.

"Iya, Tante."

Arzein mengamati kedekatan Syelen dan Ellea, tapi pria itu tidak berniat untuk mengganggu Syelen. Karena Arzein juga memiliki kesibukan di ruang kerjanya, ada dokumen dari proyek yang perlu dia periksa sendiri.

Beberapa saat kemudian, Arzein yang begitu fokus pada layar laptop. Sampai tidak menyadari kalau ada aroma kopi datang ke ruang kerja.

"Taruh kopinya di meja sana aja, Mbak," perintah Arzein, tanpa melihat pembantu yang mengantar kopinya.

"Kenapa, Mbak?" tanya Arzein yang merasa, kalau pembantunya belum juga keluar dari ruangannya.

"Aku kangen Mas, Mas nggak kangen aku?"

Detik itu juga, Arzein mengangkat kepalanya, menatap sosok yang masih terbalutkan dress rumahan pemberian Fara untuk Syelen. Tatapan Arzein yang semula hanya fokus pada pekerjaan, ini justru mulai memiliki percikan gairah ingin kembali menerkam adik iparnya.

"Kemarilah, ruangan ini kedap suara," perintah Arzein.

Bersambung

Mau tambah panas? Yukk... ke KaryaKarsa. Link ada di bio ya.

Cium Lody.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro