Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

KENIKMATAN TERLARANG 1

Selamat Membaca

"Babysitter? Mbak nggak lagi ngaco kan? Masa lulusan Teknik Sipil, yang biasanya bangun jembatan, gedung, bahkan bendungan, sekarang malah jadi ngurus anak kecil?" ucap Syelen yang tidak habis pikir dengan jalan pikiran mbak sulungnya.

Padahal, sudah sangat jelas kalau Syelen Kireina yang merupakan lulus teknik sipil dengan nilai ipk 3,71 tidak pernah sekalipun berurusan dengan anak kecil. Tapi sekarang justru ditawari menjadi babysitter? pengasuh anak! ngemong anak!

Mau disimpan di mana muka Syelen. Kalau sampai teman se-angkatannya tau, seandainya Syelen menerima tawaran itu? Bisa-bisa Syelen akan dipermalukan mereka, saat reuni angkatan. Lebih parahnya, bisa saja Syelen dijauhi mereka.

"Ya... dari pada kamu nganggur, jadi beban ibu dan beban negara? Lebih baik jadi babysitter Ellea aja kan?" saran mulus dari Fara.

"Nganggur? Aku nggak nganggur Mbak. Aku cuma sedang fokus ujian CPNS doang," elak Syelen.

"Fokus ujian apaan, Syelen? Kamu aja udah gagal 3 kali. 3 kali loh Syelen."

"Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, Mbak. Siapa tau aja tahun ini aku lolos," optimis Syelen yang semakin membuat Fara gemas.

"Iya kalo berhasil. Kalo nggak gimana? Kamu nggak mikir, kalau usia kamu semakin bertambah, kamu belum dapat kerja, dan lebih penting lagi... Kamu belum nikah."

"Masih ada tahun depan, Mbak. Jatahnya kan sampai usia 35 tahun. Nah, tahun ini aku baru 24 tahun. Masih panjang---"

"Terus, selama kamu masih fokus mencoba, biaya hidup kamu dari mulai makan, skincare, pembalut, sabun, dari mana Syelen? Kamu mau ngandelin Mbak terus emang?"

"Nggak. Aku selama ini nggak pernah dikasih uang sama Mbak Fara, yang ngasih uang ke aku itu ibu," bela Syelen.

"Ibu tidak kerja, Syelen. Selama ini ibu dapat uang dari mana, kalau bukan dari Mbak? Jadi secara tidak langsung, kamu makan pakai uang dari Mbak Fara."

Itu memang benar, selama ini uang yang dikirimkan Arzein untuk Fara, selalu dibagi untuk biaya anak, biaya Syelen, dan biaya ibunya. Meskipun Arzein tidak pernah mempermasalahkan hal itu, hanya saja, Fara tidak enak.

"OH! Jadi Mbak Fara nggak ikhlas? Terus sekarang mau itung-itungan sama aku?" balas Syelen.

"Bukan masalah tidak ikhlas, Syelen. Tapi kamu coba pikir, kalau seandainya dulu kamu mau terima tawaran Mbak, buat masuk ke PT. Narendra Jaya Teknik. Pasti kamu tidak akan mengalami hal ini," jelas Fara.

"Narendra lagi Narendra lagi. Mbak Fara nggak bosen apa, gunain orang dalam buat mencapai kesuksesan?"

"Bukan masalah gunain orang dalam, Syelen. Tapi..."

"Nggak. Aku bakal sukses dengan usahaku sendiri. Udah cukup Mbak Fara ngatur hidup aku. Aku dulu disuruh masuk sekolah negeri favorit, terus masuk jurusan teknik sipil yang bikin aku mual liat angka. Sekarang Mbak juga mau ngatur aku kerja di mana? Mbak itu cuma Mbak... Bukan ayah!"

"Cukup! Ini semua salah ibu," ucap Bu Sri.

Detik itu juga Fara dan Syelen tampak menghela napas. Jika ibu mereka sudah angkat suara, tentu saja mereka tidak boleh mementingkan ego mereka. Apapun keputusan ibu, sudah pasti mereka harus menurutinya.

"Fara, memangnya apa alasan kamu memilih Syelen untuk jadi babysitter? Dari segi ekonomi, ibu yakin kamu bisa menyewa babysitter terlatih."

Fara tampak berpikir, untuk memberikan jawaban yang pas. Sebab, Fara tidak ingin memberi beban berat untuk ibunya. Hanya saja, ini semua gara-gara Syelen yang keras kepala.

"Ayah mertuaku kena stroke, Bu. Dan ibu juga pasti tau, kalau ibu mertuaku udah kena gula, untuk jalan aja beliau kesusahan, apalagi harus merawat ayah," jelas Fara.

"Sewa perawat kan bisa? Mas Ipar kan orang kaya---" ucapan Syelen terhenti.

"Syelen!" Ingat Bu Sri.

"Mas Arzein nggak tau, kalau ayahnya masuk rumah sakit. Ibu mertua minta Mbak buat bantu jaga ayah," jelas Fara.

"Terus alasan kamu memilih Syelen apa, Fara?" tanya Bu Sri.

"Ellea akrab sama Syelen, Bu. Jadi aku lebih yakin menitipkan Ellea sama Syelen," akui Fara.

Suasana terasa hening sejenak, baik Fara maupun Bu Sri ingin mendengar jawaban dari Syelen. Fara sudah lelah berdebat dengan Syelen, yang begitu keras kepala. Meskipun menurut Fara, ucapan Fara tidak ada yang salah.

"Aku udah lama banget nggak ketemu sama Mas Arzein. Gimana kalo Mas Arzein nggak setuju? Dan marah-marah sama aku?" tanya Syelen.

Secarik senyum terukir di bibir Fara, begitu mendengar jawaban dari Syelen. Walaupun Syelen belum memberi jawaban pasti, tapi arah bicara Syelen mengarah untuk menerima permintaan Fara.

"Itu tidak mungkin, Syelen. Arzein tidak seburuk itu, dan dia pasti sangat setuju kalau adik satu-satunya Mbak tinggal di rumah."

"Idih... Apaan sih, Mbak," ucap Syelen terdengar ngambek.

"Setuju ya? Nanti Mbak bakal bantu carikan bimbel CPNS buat bantu kamu," ucap Fara.

"Iya deh, terserah Mbak aja."

Ibu Sri yang melihat dua anak perempuannya kembali damai, beliau ikut tersenyum bahagia.

"Terus kalian mau berangkat kapan? Biar ibu bawakan ikan panggang," ucap Bu Sri.

"Sekarang, Bu. Biar tidak kemalaman di jalan," ucap Fara.

"Hah? yang bener aja mbak??? Mbak pikir Pekalongan Semarang kayak dari Medono ke Alun-Alun Kajen?" protes Syelen, yang tidak habis pikir dengan ucapan mbak sulungnya.

"Lewat tol cepet kok," ucap Fara kelewat santai.

***

Syelen sampai tidak bisa berbuat apa pun, ketika dia bangun tidur. Ternyata saat ini tubuhnya udah berada di Kota Semarang. Penglihatan Syelen bahkan bisa menangkap tulisan Citraland BSB City.

"Citraland BSB City? Ngapain ke sini, Mbak?" tanya Syelen.

"Kamu tidur cuma 2 jam, tapi udah jadi pikun," pedas Fara.

"Bukan gitu, Mbak. Tapi... aku itu bakalan tinggal di rumah Mbak Fara kan?"

"Nah itu inget."

"Terus apa hubungannya kita ke BSB? Bukannya rumah Mbak Fara ada di Telogosari?"

Seingat otak kecil Syelen, meskipun Syelen tidak pernah mau ke rumah Fara. Tapi Syelen tau, kalau Mbaknya itu tinggal di Telogosari.

"Makanya, kalau disuruh main ke Semarang itu manut, Syelen. Jadi tidak kudet kayak gini."

Mobil Pajero putih milik Fara akhirnya bisa terparkir di depan rumah. Syelen ikut turun setelah melihat Mbaknya turun.

Lagi-lagi Syelen berhasil dibuat terpukau dengan ukuran rumah milik Mbak Fara. Rumah ini jauh lebih besar dibanding dengan rumah yang lain. Seolah ingin menunjukkan kalau pemilik rumah memang orang kaya raya.

"Tidak usah bengong. Yuk masuk," perintah Fara.

Syelen mengikuti perintah Fara, sambil menerima hormat dari para pelayan. Mereka berdua terus berjalan menaiki anak tangga, hingga langkah mereka membawa mereka pada kamar super luas.

"Kok diem? Ayok masuk, kamu harus milih baju dulu biar kamu bisa ganti baju," ucap Fara.

"Sabar kali Mbak. Aku kan lagi mencerna, ini rumah atau istana?"

"Haha... Iya boleh. Tapi sambil jalan ya cantik."

Mungkin Syelen harus mengabaikan sejenak ukuran rumah ini, karena di depan Syelen saat ini. Tepatnya ada di ruangan yang bisa disebut Walk in Closet. Ruangan ini dipenuhi dengan pakaian yang indah, dan tas - tas yang tertata rapi seperti akan dijual di toko.

"Gila,... aku nggak tau kalo Mbak Fara hidup sangat amat berkelimpahan," ucap Syelen.

Fara berjalan mendekati Syelen, memberikan sebuah dress rumahan, berbahan katun lembut, yang memiliki tali pengikat di kedua sisi bahunya.

"Pakai ini, mbak mau keluar sebentar. Mau manggil Ellea. Pasti Ellea seneng kalo tau kamu di sini," ucap Fara.

"Iya, mbak."

Tidak butuh waktu lama, bagi Syelen untuk memakai dress itu. Meski dress ini sedikit turun, dan membiarkan bagian dada Syelen sedikit mengintip. Tapi dress ini terasa nyaman di tubuhnya.

Kemudian Syelen berniat mencari keberadaan Fara. Syelen merasa tidak enak, kalau terus menerus berada di ruangan ini. Apalagi seluruh barang di sini, bukan milik Syelen.

Namun, belum sempat Syelen melancarkan idenya. Sebuah dekapan hangat dari sepasangan lengan kekar kecoklatan, membungkus tubuh Syelen dari belakang. Anehnya, bukanya Syelen teriak, Syelen tubuh membeku seolah otaknya tidak bisa memberi peringatan berbahaya.

"Akhirnya aku menemukanmu.

Bersambung.

Tebak menebak yuk, siapa yang berani peluk Syelen?



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro