Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

IPARKU KEKASIHKU 7

Kemarin ngide pengen bikin film. Bagaimana dengan sekarang? Yukk langsung baca aja...

Selamat membaca

Setiap sudut kamar hotel menjadi tempat kami memadu asmara bak pengantin baru. Nafsu yang membelengguku juga tak kenal waktu tuk terus menggagahi lembah kewanitaan Rara. Seperti orang kecanduan, aku benar-benar dibuat mabuk walau tahu Rara sudah kehabisan tenaga melayaniku.

Gadis itu terpejam dengan napas naik turun begitu teratur ketika aku sedang menikmati vaginanya yang basah. Sesekali dia mengerang sambil memanggil namaku. Aku tersenyum bangga mengabadikan raut indah Rara yang hanyut dalam mimpi.

Aku menegakkan punggung, mengangkangi dan menggesek-gesekkan kontolku di lipatan memeknya. Rara menggeliat seraya mendesah pelan kemudian mengerjapkan mata.

"Belum capek?"

Aku menggeleng.

"Nanti dicariin Mbak Lita gimana?"

"Dia pulang malam kok," jawabku hapal betul kapan istriku balik ke rumah. "Mau nen lagi, Sayang," godaku menyentil klitorisnya.

"Sshh ... Mas, jangan digituin," rengek Rara. "Diisep aja nggak apa-apa."

Lagi-lagi aku menggeleng kemudian merebahkan tubuhku. "Kalau mau diisep, kamu ngangkang di atas wajah Mas."

Rara meyengguk begitu saja selanjutnya memosisikan diri sembari melembarkan kakinya. Kusambut vaginanya dengan lidahku dan Rara menyambar ponsel tuk merekam aksiku menikmati memeknya.

"Ssh... Mmph..." Rara mengerang pelan merasakan lidahku menggoda memeknya.

Tanganku mengocok kontol begitu cepat lalu Rara berbalik, menyandarkan ponsel di laci sebelum kembali menyajikan memeknya yang enak. Dia menunduk, melahap batang penisku serta menggantikan tanganku mengocok.

"Ah ... Ah ... Sshh ..." Rara menggoyangkan pinggul ketika lidahku menusuk-nusuk biji klitorisnya. Jariku tak tinggal diam, menelusuk masuk ke memek Rara dan menggerakkannya cepat. .

Sialnya, permainan kami terhenti kala Lita mendadak meneleponku. Rara dengan tenang menyerahkan ponsel itu kepadaku dan melanjutkan aksinya di bawah sana ketika suara Lita terdengar,

"Ada apa, Sayang?"

"Mobilku mogok, Mas. Pulangku agak telat ya, maaf..."

Aku mendongak, sebisa mungkin menahan intonasi suaraku tetap normal walau sejujurnya Rara sedang mendorongku ke dalam jurang kenikmatan.

"Iya nggak apa-apa," tandasku. "Udah nelepon bengkel terdekat?"

"Udah, sepuluh menit mereka bakal ke sini," jawab Lita. "Ohya, tadi Rara telepon katanya mau balik ke rumah. Nggak enak numpang di tempat kita terus."

Mataku membeliak saat Rara mengarahkan kontolku ke memeknya kemudian perlahan-lahan menggoyangkan pinggul.

"Iya, lagian kan dia ada usaha kue, masa mau absen terus?" Tanganku meremas payudara Rara.

"Masalah sama suaminya kayaknya udah selesai. Pas kami video call tadi, bocil itu senyum-senyum nggak jelas," sambung Lita cekikikan.

"Syukur deh, kalau dia udah baikan," kataku.

"Ya udah, Mas, nanti aku beliin nasi Padang ya. Kamu belum makan kan?"

"Belum," kataku. "Aku tunggu di rumah ya."

Setelah sambungan telepon terputus, kulempat ponselku dan melahap puting Rara.

"Nakal ya kamu, Mas," ledek Rara menyugar rambutku.

Aku menjulurkan lidah yang disambut Rara dengan lidahnya. Saling mencecap tanpa rasa bosan. "Kamu juga nakal. Katanya balik ke rumah malah ke sini."

"Yeee..." Rara mencolek puncak hidungku kemudian mendesis saat kusodok vaginanya. "Ah... Memekku lama-lama bisa longgar kalau kamu giniin terus, Mas."

Aku tertawa dan justru menaikkan tempo memasuki vagina yang lama-lama mencengkeram kontolku. Rara duduk mengangkang sambil menahan tubuhnya dengan kedua tangan di belakang, bibir tipisnya terbuka dibarengi desahan yang begitu indah di telinga.

Matanya merem melek menikmati milikku yang tidak henti-hentinya mengobrak-abrik liang senggamanya.

Tumbukan tubuh kami makin lama makin tak menemukan irama. Aku dibuat gila oleh memek Rara, belum lagi biji klitorisnya yang bengkak dan berdenyut di bawah sentuhan jariku menambah racauan di tengah percintaan kami.

"Ah... Ssh... Mas... Enak banget," Rara menggigit bibir bawah saat gadis itu nyaris orgasme. Matanya terpejam, hidungnya kembang kempis saat nyaris menggapai orgasme.

Kutarik kontolku lalu dia menungging lantas mengulumnya. Batang kenikmataan yang menjadi candu Rara diisap sampai tak tersisa walau sesekali tersedak. Bukan hanya itu saja, dia menjilati dua bola testisku sambil mengocok membuatku gelagapan.

"Ra... Ssh..." Kujambak rambutnya dan menahannya supaya terus berada di sana. Aku ingin menyemburkan pejuku tepat di lidah nakalnya itu. "Mas mau crot."

Dia kegirangan, makin cepat mengocok batang kontolku sambil membuka mulut lebar-lebar. Tak berapa lama, tubuhku menegang saat cairan spermaku menyembur mengenai wajah cantiknya itu.

"Mmphh, enak..." Rara memijat penisku.

"Sini, Mas jilat juga memekmu," tandasku.

Dia meyengguk, memosisikan diri berlawanan arah sehingga vaginanya menghadap ke wajahku dan penisku berada di mulutnya. Posisi favoritku selain menyodoknya dari belakang.

Lidahku membelai lipatan vaginanya yang masih basah disambung dua jari keluar masuk di sana. Kuraih ponselku tadi dan merekam betapa indah cantik memek Rara.

"Ah, Mas..." Dia melenguh saat kusedot dan kugigiti bibir memeknya itu. "Ssh... Nakal ya mulut kamu."

"Tapi, suka kan?"

"Suka soalnya enak. Pejunya apalagi."

"Ra, di kamar mandi yuk," ajakku kemudian menampar pantatnya.

###

Selesai membersihkan diri setelah sekian ronde percintaan yang panas. Aku mengemasi barang-barangku dan kembali menuju parkiran mobil. Sebenarnya aku tidak rela berpisah dari Rara apalagi dia sudah tidak tinggal di rumah. Namun, Rara meyakinkan diriku jika hal ini yang terbaik supaya Lita maupun tetangga lain tidak curiga.

"Nanti kalo mas kangen itil kamu gimana?"

Aku menyeret kakiku terpaksa sambil mengerucutkan bibir.

"Tinggal liat video kita," ujar Rara. "Kan semua ada di hape kamu. Nanti kirim ke aku dong lewat Google Drive. Siapa tahu aku pengen colmek."

"Sama Mas aja colmeknya," candaku yang dibalas pukulan di lengan. "Duh iya-iya bercanda doang."

Tidak ada pelukan maupun ciuman saat aku keluar dari kamar hotel. Bukan tak ingin, namun aku tidak mau ada jejak bau Rara yang menempel di baju yang nantinya bakal menimbulkan kecurigaan Lita.

Permainan ini tidak boleh berakhir dan tidak bakal kuakhiri. Aku menyukai Rara karena bisa memuaskan ku di ranjang tapi aku juga mencintai Lita sebagai istriku. Andai kata bisa memilih keduanya, kadang aku ingin kami bermain bertiga di atas ranjang tanpa embel-embel ipar atau saudara kandung. Toh mereka sama-sama menikmati kontolku yang perkasa ini dan aku mendapatkan keuntungan bisa menikmati dua lubang dengan sensasi yang berbeda.

Pipiku bersemu merah saat masuk ke dalam mobil dan menerima pesan dari Rara.

Rara : Jadi pengen dientot lagiiiiiii

Rara : kenapa sih kamu harus pulang ke rumah?

Rara : ke villa Trawas yuk! Tapi jangan ke tempat yang kamu sama mbak Lita nginep

Aku tersenyum lebar, membalas pesannya yang terkesan manja itu.

Dewa : kalau mau dientot lagi ke parkiran. Aku tungguin. Kita main di sini sebentar.

Rara : gila, nggak ah! Ada cctv nanti viral!

Dewa : ya udah pake dildo aja sementara sambil bayangin kontolnya Mas

Rara : enak yang asli ternyata. Bikin nagih!

Dewa : nakal ya kamu. Mas pulang dlu nanti Lita nyariin.

Dewa : aku sayang kamu

Rara : tapi jangan bilang siapa-siapa 🤭

Menekan pedal gas tuk membelah jalanan, aku bersiul membenarkan ucapan Rara. Pada akhirnya hubungan seksual itu menciptakan ikatan emosi yang tidak bisa dihindari. Kami saling suka walau harus menyembunyikan kenyataan ini dari dunia.

Betapa menyedihkannya harus bermain belakang di saat hatiku bertabuh ingin mengumandangkan ke semua orang bahwa kami adalah manusia yang tidak dapat dipisahkan.

Seenggaknya aku bisa melampiaskan libidoku kalau Lita menolakku bercinta lagi. Aku tidak bermain sendiri melainkan ada Rara yang siap melayani. 

Bersambung.

Nanggung banget ya...

Oh iya, hampir lupa, kalian bisa baca di KaryaKarsa. Di sana udah ending loh, dan ada bonus juga.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro