8} Long Time No See
5 tahun yang lalu.
Salah satu meja yang ada di Caffe 4U dipenuhi begitu banyak anak muda. Bukan karena membuat ribut atau mengganggu ketenangan karena ramai, melainkan karena keadaan sedih begitu terasa di sana.
"Bro, lo bakal balik lagi kesini, 'kan?" tanya Bobby sambil menyandarkan kepalanya di punggung sofa.
Arsen tersenyum melihat tujuh temannya begitu menyayanginya seperti keluarga sendiri. Arsen lalu menjawab, "Pasti. Tolong tunggu gue, jangan lupain gue."
Kata-kata Arsen menambah tinggi atmosfer yang ada. Beberapa makanan dan minuman yang mereka pesan bahkan belum tersentuh sama sekali. Mulut mereka seakan tak bisa menelan apapun. Lidah juga begitu kelu untuk mengucapkan sepatah kata pun. Hanya mata yang terasa panas dan air mata yang siap meluncur yang mereka rasakan.
"Ngapain sedih, sih? Kita bakal ketemu lagi kok. Makan dong makanannya, 'kan gue yang traktir," gurau Arsen mencoba untuk mencairkan suasana.
Malam semakin larut, mereka memutuskan untuk mengakhiri perpisahan malam ini. Semua saling memberi semangat untuk Arsen; mereka memberi pelukan hangat dan kata-kata untuk motivasi.
Dita adalah orang terakhir yang belum memberi pelukan kepada Arsen. Teman-temannya sudah keluar dari caffe terlebih dahulu. Saat ini hanya ada Dita dan Arsen yang masih berdiri dan saling menatap satu sama lain. Mata Dita sudah terlihat berkaca-kaca, bahkan tangannya mencengkeram kuat tas yang ia pakai.
Arsen segera merengkuh tubuh kecil yang ada di hadapannya. Tangannya mengusak lembut surai panjang Dita. Tentu tangis Dita sudah pecah di dalam pelukan Arsen.
Mereka memang belum menjadi sepasang kekasih resmi. Tapi Arsen tahu bahwa Dita menyukainya, begitu juga sebaliknya. Sayangnya, Arsen bersikap seolah tak memiliki perasaan kepada Dita.
Arsen dan keluarganya akan pindah ke luar negeri. Tentu Arsen juga akan mencari kerja di sana juga. Dirinya juga tak tahu kapan akan kembali ke tanah kelahirannya lagi. Masa kecil hingga dirinya sudah beranjak dewasa seperti saat ini, ia habiskan di sini bersama dengan tujuh orang temannya. Tentu berat untuk meninggalkan sejuta kenangan yang ada.
Apalagi ada satu kemungkinan yang menjadi momok menakutkan bagi siapapun, yaitu lostcontact.
***
Hari ini, detik ini juga. Arsen kembali ke tanah kelahirannya.
"Semoga berhasil," ucapnya dalam hati seraya mengepalkan tangannya.
Arsen berjalan keluar dari bandara. Dirinya akan pergi menuju rumahnya dahulu. Dia berharap tak akan ada yang berubah, apapun itu. Tapi, di sisi hatinya yang lain berkata bahwa tak mungkin lima tahun yang lalu akan tetap sama dengan saat ini. Tentu ada yang berubah.
Arsen sama sekali tak memberi tahu teman-temannya bahwa dia berada di Indonesia. Arsen sengaja, untuk kejutan katanya. Malam ini, Arsen sempat bertanya dimana tempat Dita bekerja kepada salah satu tetangganya yang masih berjaga di depan rumah. Tetapi, ada kabar yang sedikit membuat Arsen sedih. Teman-temannya tidak lagi tinggal di komplek yang sama dengannya. Arsen tak tahu, dimana rumah baru Dita.
"Semoga masih ada angkutan yang melintas," harap Arsen yang duduk di salah satu halte yang tak begitu jauh dari komplek perumahannya.
Tak ada, Dita sudah tak berada di tempat kerjanya. Dua hari setelah itu, Arsen tetap berusaha mendatangi Dita di tempat kerjanya. Tapi sama saja, belum ada hasil. Mengapa Arsen tak mencoba menghubungi salah satu sahabatnya? Momok menakutkan itu terjadi, mereka sudah lama tak pernah menjalin komunikasi.
Malam ini, Arsen berjalan menuju tempat yang menjadi harapan terakhirnya. Caffe 4U.
Lima langkah menuju halaman caffe, Arsen menguatkan harapannya. Arsen menarik napas dalam, lalu melanjutkan langkahnya. Terlihat lampu-lampu tergantung cantik menyambutnya.
"Masih sama," gumamnya dan terlihat begitu jelas senyum manis terukir di wajah Arsen.
Usaha Arsen tak sia-sia. Terlihat begitu jelas ketujuh sahabatnya, di meja yang sama. Mereka menoleh serentak saat kaki Arsen baru saja memasuki ambang pintu. Raut wajah yang tak dapat dijelaskan terlihat jelas di wajah ketujuh orang itu.
"Dita," panggil Arsen di tengah-tengah makan mereka.
"Iya?" jawab Dita.
"Terima kasih udah mau nunggu aku sampai saat ini," tutur Arsen halus. Arsen menghembuskan napas pelan, lalu meletakkan sendok yang ada di tangannya. "Perasaanku sampai saat ini tetap sama Dit kayak lima tahun yang lalu."
Dita terlihat sedikit bingung, dan juga salah tingkah secara bersamaan. Tapi, Dita mencoba tetap terlihat tenang dan bertanya, "Iya, terus ada apa Sen?"
Arsen mengeluarkan sepasang cincin yang masib tersimpan di dalam sebuah kotak kecil.
"Aww," teriak teman-teman mereka serentak.
"Kalau perasaan kamu masih sama, tolong terima cincin ini Dit. Ya, aku ngelamar kamu." Walau Arsen terlihat begitu tenang. Tapi percayalah, degub jantung Arsen berpacu begitu cepat.
Dita tampak berpikir sejenak. Tangan Dita terulur untuk mengambil salah satu cincin yang ada di sana. Perasaan lega bercampur dengan kebahagiaan menjadi satu di dalam tubuh Arsen.
Sontak senyum dan teriakan satu meja itu membuat caffe semakin ramai.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro