6} Dengan Takdir
Pria bak anime hidup itu tak pernah absen datang ke taman kecil yang ada di depan kampus, tentu untuk menemui kekasihnya. Laki-laki itu selalu menutupi wajah untuk menjaga privacy-nya; memakai masker, memakai topi, kadang juga mengenakan kacamata. Walau seperti itu dia selalu memakai pakaian santai. Sedangkan kekasihnya hanyalah seorang gadis biasa. Tidak seperti Kai.
Jeni menunggu Kai dengan duduk di salah satu kursi berwarna putih—kursi yang biasa ia duduki dengan Kai—yang ada di taman itu. Tentu badan Jeni sore ini masih terbalut dengan baju yang ia kenakan pagi tadi. Jeni terlihat begitu cantik berbaur dengan bunga-bunga; angin sepoi-sepoi membuat surai Jeni seakan menari bebas, matanya yang bulat, juga senyum manis di bibir merahnya ikut mengembang saat ia mendapat pesan dari Kai.
"Udah lama?" tanya Kai yang baru datang. Tidak, Kai sebenarnya sudah datang lebih dulu sebelum Jeni. Tetapi Kai sengaja menjauh dari bangku itu untuk mengambil foto kekasihnya. Lalu datang lagi seolah-olah dirinya sedikit terlambat.
"Baru dateng, kok." Senyum Jeni kembali mengembang membuat Kai tak kuasa menahan senyum dan rasa gemasnya—walau Jeni tak adapat melihatnya karena tertutup masker. Kai segera duduk di samping Jeni lalu mencium kening kekasihnya itu.
"Lihat nggak penampilanku kemarin di Musik Bank?" tanya Kai sambil terkekeh.
"Nggak, aku udah bosen lihat wajah kamu," goda Jeni sambil menunjukkan ekspresi yang menyebalkan.
"Aku ngambek, nih!" canda Kai sambil memanyunkan bibirnya.
"Iya, iya," balas Jeni sembari memegang wajah Kai dengan kedua tangannya. Lalu Jeni berkata, "Jangan ngambek dong sayangnya Jeni."
Tentu hubungan ini mereka simpan rapat-rapat. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui hubungan mereka. Bahkan teman-teman Jeni sama sekali tidak ada yang tahu apalagi orang tuanya.
Saat teman-temannya bertanya, "Kenapa kamu selalu duduk di ditaman itu?"
Jeni selalu menjawab, "Aku nunggu jemputan dari Ayah."
Dari pihak Kai sendiri hanya manager, dan juga anggota EXO yang tahu. Ya, Kai adalah salah satu anggota dari boy grup internasional yang berada di bawah naungan agensi SM Entertaiment.
Sore ini pertemuan mereka berakhir saat bus yang biasa Jeni tumpangi untuk pulang berhenti di depan halte yang tak jauh dari taman itu—halte dan taman hanya berjarak sepuluh meter. Sedangkan Kai datang dan pergi hanya menggunakan sepeda karena jarak apartement yang ia tinggali tak jauh dari kampus Jeni.
***
Postingan foto dari salah satu akun berita selebriti Korea membuat gempar pagi ini. Komentar-komentar positif dan negatif berkumpul menjadi satu. Banyak sekali fans yang memulai demo di depan kantor SM Entertaiment untuk meminta klarifikasi atas hubungan Kai dan Jeni.
Sepertinya kemarin sore adalah pertemuan terakhir Kai dengan Jeni. Foto saat ia duduk berdua, memegang tangan Jeni, juga saat mengusap surai kekasihnya sudah tersebar begitu cepat saat ini. Sudah menjadi hal wajar jika tiba-tiba berita seperti ini muncul, karena tentu saja jika media tak akan pernah jauh dari seorang selebriti.
Kai sudah menghubungi Jeni saat mengetahui berita ini mulai tersebar. Tentu Kai juga sangat terkejut, khawatir, juga sedih bercampur menjadi satu. Walau begitu dirinya harus bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. Dirinya memastikan bahwa Jeni tidak akan terlalu setres dengan kabar ini dan dia juga berusaha menyelamatkan hubungannya. Apakah Kai takut berita ini akan mengancam karirnya? Tentu saja! Karir yang sudah ia bangun sejak delapan tahun tidak boleh hancur begitu saja. Perjalanan hidupnya masih sangat panjang.
Kai dan staf agensi segera bersiap untuk membuat klarifikasi di depan publik.
"Selamat pagi semua," sambutan Kai yang kini sudah rapi duduk di depan puluhan reporter yang siap merekam dan memberi pertanyaan mengenai berita dirinya itu. Walau hatinya begitu kalut saat ini, tetapi nada suara dan senyumnya tetap ia pertahankan di depan publik. Dia tak ingin fans kecewa atas kabar ini.
Satu per satu pertanyaan yang diajukan dijawab dengan hati-hati oleh Kai. Hingga sampai di pertanyaan yang membuatnya mengingat perjuangan saat dirinya pertama kali mengungkapkan perasaannya kepada Jeni.
"Apakah orang yang ada di foto ini adalah anda? Karena saat di salah satu variety show anda pernah mengatakan bahwa anda pernah mengirim bunga yang begitu banyak saat perayaan hari Valentine kepada wanita yang anda sukai?" tanya salah satu reporter sambil mengangkat sebuah foto yang di dalamnya terdapat seorang laki-laki membawa bunga mawar yang begitu banyak.
Kai tersenyum dan menjawab, "Iya."
Sebenarnya pria dalam foto itu bukanlah dirinya, melainkan kurir yang ia kirim untuk mengantarkan bunga ke rumah Jeni. Untung saja itu adalah rumah Jeni yang dulu, saat ini Jeni sudah pindah dari daerah itu sejak beberapa bulan yang lalu. Kai khawatir jika para fans mengetahui rumah Jeni dan teror dengan berbagai ancaman akan diterima kekasihnya itu.
Akhir dari acara ini adalah saat perwakilan dari pihak agensi menyatakan bahwa hubungan Kai dan Jeni sudah kandas beberapa minggu lalu. Untuk foto yang beredar itu pihak agensi menyatakan bahwa foto itu adalah kejadian lama. Ya, memang itu bukanlah kebenarannya. Tapi untuk menyelamatkan karir artisnya, itu sangat diperlukan saat ini.
Ternyata klarifikasi saja tak cukup untuk menenangkan penggemarnya. Saat mengadakan acara jumpa fans Kai sempat mendapat surat ancaman dan boneka yang sudah dilengkapi dengan kamera untuk memata-matai Kai. Tak jarang juga ada fans yang tak layak untuk disebut fans atau yang biasa dijuluki dengan sasaeng(사생). Biasanya orang-orang ini terobsesi dengan kehidupan idolanya, mereka melakukan hal-hal yang melewati batas dan selalu ingin mencari privacy hidup idolanya.
Entah karena apa Kai begitu kuat menerima itu semua. Mungkin karena Jeni yang selalu ada untuknya? Bisa saja itu benar. Kata siapa mereka berdua putus? Bukankah itu hanya kata agensi untuk menyelamatkan karir Kai?
Seharusnya fans itu mendukung idolanya, mendukung keputusan idolanya, dan tidak meninggalkan idolanya di saat menghadapi situasi yang sulit seperi ini.
***
Sepuluh tahun sudah berlalu. Hubungan Kai dan Jeni juga akan segera dilanjutkan ke jenjang yang lebih serius.
"Jangan nervous dong," ejek Jeni yang duduk di kursi pelaminan sambil memegang tangan Kai yang ada di sampingnya.
"Apaan, enggak kok. Kamu tuh mungkin yang gugup," elak Kai.
Tiba-tiba pukulan dari tangan Jeni mendarat di punggung Kai. Tidak terllau keras, hanya saja sukses membuat Kai mengerang kesakitan. Kai menatap Jeni sinis, tapi setelah itu mereka tertawa bersama-sama.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro