Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4} Membuang Sampah Menjilat Ludah

Yeri terduduk lemas di kursi panjang yang ada di dalam ruangan rapat, bahkan air matanya sudah kering tak dapat keluar lagi. Pikirannya sudah tak ada di raganya lagi. Atmosfer ruangan juga begitu tegang.

Perusahaan yang menaungi Yeri akan segera membuat klarifikasi di hadapan publik mengenai informasi dan video yang menjadi topik panas minggu ini. Ya, video Yeri beradu mulut dengan Dery kini menyebar luas. Ditambah dengan informasi pribadi Yeri yang bocor mengenai dirinya yang tinggal berdua di apartement dengan Arnold dan Yeri yang meminta beberapa uang dari kekasihnya. Padahal saat itu, kekasihnya sendiri yang menawari Yeri saat dia masih menjadi traine di salah satu agensi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Banyak sekali fans yang mulai menyerang Yeri dengan kata-kata menyakitkan di media sosial. Perusahaan juga terus mencoba mengahapus video dan informasi yang menyebar saat ini.

Yeri tak bisa tinggal diam. Dia berlari keluar menuju sebuah bar yang merupakan tempat sehari-hari Dery berkumpul dengan teman-temannya.

"Dery!" teriak Yeri sambil melepas paksa headphone yang ada di telinga kekasihnya. Dery yang menyadari hal itu seketika mendongak melihat siapa yang beraninya melepas headphone saat ia sedang bermain game.

"Kamu, 'kan yang—" ucapan Yeri terpotong saat Dery menutup mulut kekasihnya itu dengan tangganya dan menyeret Yeri menuju tempat yang lebih sepi.

"Kenapa kamu bawa aku ke sini? Malu kamu kalau aku ngomong fakta di depan banyak orang?!" amuk Yeri.

"Yeri, Yeri. Lo tuh udah gila beneran ya, mana mungkin orang sekaya gue mau punya kekasih miskin kayak lo! Ya, gue cuma main-main pacaran sama lo, Yer!" balas Dery.

"Masa bodoh sama itu semua, Ry! Gue udah nggak peduli sama hubungan kita lagi. Yang gue perlu saat ini adalah klarifikasi dari lo. Gue yakin lo yang udah nyebarin informasi pribadi gue ke media, 'kan?" geram Yeri.

"Ya, emang gue pelakunya. Lo nggak terima sama itu?" Suara tawa ejekan terdengar jelas di telinga Yeri.

"Lo boleh putusin gue semau lo! Tapi jangan sekali-kali lo berani rusak karir gue!"

Yeri meninggalkan Dery begitu saja setelah apa yang ia ucapkan. Hatinya sudah tak kuat menerima ini semua. Tentu hubungan mereka kini bukan sepasang kekasih lagi.

Mulai detik ini, banyak sekali fans yang mulai meninggalkan Yeri. Bahkan mereka yang dulunya begitu mengagumi kemampuan bernyanyi Yeri, kini mereka menjadi haters Yeri.

Yeri memutuskan untuk tidak menjalani pekerjaan di layar televisi untuk beberapa saat ini. Dirinya memutuskan untuk menjaga mentalnya terlebih dahulu.

***

"Mau kemana? Baru juga sampai," tanya Arnold—manager Yeri—yang berada di dapur sambil memotong beberapa buah.

"Mau keluar sama Dery bentar," jawab Yeri tergesa-gesa sambil melanjutkan langkahnya keluar apartement.

Yeri dan Arnold baru saja sampai di apartement mereka—apartement yang disediakan oleh perusahaan—setelah menyelesaikan shooting di salah satu stasiun televisi. Tetapi Yeri saat ini sudah akan keluar lagi menemui kekasihnya dengan begitu tergesa-gesa.

Yeri berjalan keluar menuju caffe yang ada tak jauh dari apartement-nya. Jalanan yang ramai membuat Yeri yang bekerja sebagai publik figur harus menutupi dirinya dengan memakai masker, jaket, topi, hingga sepatu yang ikut membalut tubuhnya. Yeri berjalan begitu tergesa-gesa, dia tidak ingin kekasihnya itu menunggu dirinya lebih lama lagi.

Baru saja sampai di depan pintu caffe, Yeri sudah dapat melihat Dery duduk di meja pojok dekat jendela sambil meminum kopi. Tentu tenaga Yeri yang seolah sudah habis ia kerahkan untuk bekerja, kini kembali terisi melihat seseorang yang ia sayangi ada menunggunya. Yeri berlari kecil membuka pintu caffe, lalu menuju meja Dery.

"Malam," sapa Yeri sembari membuka masker, lalu menunjukkan senyum mengembang  di bibirnya.

Dery yang awalnya bermain ponsel, mendongakkan kepalanya. Lalu Dery menjawab, "Malam, duduk."

Dery sedikit beranjak dari duduknya untuk mengusap rambut Yeri dengan kedua tangannya lalu mencium kening Yeri. Yeri membalas itu dengan mencium pipi kanan dan kiri Dery. Setelah Yeri memesan minumannya. Dery mulai membuka percakapan.

"Yer, malam ini aku mau bicara serius sama kamu," ucap Dery serius.

"Iya," jawab Yeri singkat sambil menyeruput expresso yang ia pesan.

"Kayaknya hubungan kita sampai di sini aja Yer. Maaf, aku nggak bisa selamanya sama kamu." Dery menggenggam tangan Yeri di hadapannya yang ada di atas meja.

"Ha? Apa Ry?" Mana mungkin Yeri bisa percaya tiba-tiba? Hubungan yang ia mulai sejak lima tahun yang lalu kandas begitu saja. Bahkan, akhir-akhir ini Yeri begitu sibuk bekerja di stasiun televisi juga jarang bertengkar dengan Dery.

"Maaf, Yer." Hanya itu yang keluar dari mulut Dery.

"Nggak, nggak Der. Aku ada salah sama kamu? Oke, aku minta maaf apapun itu." Dapat terdengar dari nada suara Yeri yang nampak begitu tak percaya akan yang ia alami saat ini.  Suara Yeri bergetar, matanya sudah terasa begitu panas. Tapi tidak, Yeri tidak bisa menangis sekarang.

Ponsel Dery yang diletakkan di dekat minumannya memperlihatkan kontak yang ia beri nama  'Sila' menelepon dirinya. Sontak pandangan mata Yeri dan Dery bersatu di ponsel itu. Dery segera menjawab panggilan itu dengan berjalan sedikit menjauh dari Yeri.

Beberapa menit kemudian, seaat Dery kembali ke meja mereka berdua. Yeri bertanya, "Siapa? Penting banget kayaknya."

"Kamu nggak perlu tau." Singkat, padat, dan jelas yang sukses membuat air mata Yeri hampir luruh.

"Udah malem Ry. Aku pulang dulu, ya. Jangan lupa kabarin kalau udah sampai rumah," pamit Yeri bermaksud untuk mengakhiri pertemuannya kali ini. Daripada topik pembicaraan ini semakin membuatnya salah paham.

"Aku serius, Yer," sahut Dery yang masih setia duduk di kursinya.

"Kasih aku alasan yang jelas, Ry!" pungkas Yeri yang membatalkan untuk pulang terlebih dahulu.

"Kamu sadar nggak sih, Yer? Kamu selalu aja sibuk kerja, kerja, kerja. Kamu nggak ada waktu buat aku!" jelas Dery.

"Berarti yang aku lakuin selama ini nggak ada apa-apanya buat kamu? Aku pulang kerja, selalu nyempatin buat ngasih kabar ke kamu Der, bahkan aku juga selalu nyempatin buat nemuin kamu kayak gini! Walau aku lelah seharian kerja Dery!" Yeri juga ikut menaikkan nada bicaranya. Hingga mereka berdua tak sadar jika saat ini menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung caffe.

"Tapi aku nyari pasangan yang bisa selalu ada buat aku, Yer! Percuma hubungan kita kalau kamu selalu sibuk kayak gini!" bentak Dery.

"Oh, iya. Aku memang bukan berasal dari keluarga kayak raya kayak kamu, Der! Karena itu, aku kerja keras sampai aku ada di titik ini!" Air mata Yeri mulai mengalir di pipinya.

Dery berkacak pinggang dan menunjukkan senyum miring yang menyungging di bibirnya. Dery tak membalas ucapan Yeri. Dery langsung pergi begitu saja. Sejujurnya, di lubuk hati Dery dia merasa tak tega melihat Yeri menangis di depannya.

***

Entah mimpi apa yang Yeri alami semalam. Sudah satu tahun dirinya tidak lagi muncul di layar kaca. Kini ttitik terang mulai mendatangi Yeri lagi.

Pagi ini, mantan kekasih Yeri tertangkap oleh polisi setempat karena pencemaran nama baik dan penyebaran berita bohong. Dery tidak bekerja, dirinya hanya bisa menghamburkan uang perusahaan orang tuanya. Selain menyebar berita mengenai mantan kekasihnya sendiri, Dery juga sudah berulang kali menyebar berita bohong dengan berbagai topik.

Selama ini Yeri memilih keputusan yang benar untuk membuang sampah seperti Dery dari hidupnya. Sebenarnya, semalam sebelum dirinya tertangkap. Dery sempat menelepon dan mengirim beberapa pesan kepada Yeri. Dery ingin hubungannya kembali lagi seperti dulu dengan Yeri; Dery ingin menjadi kekasih Yeri lagi. Tentu Yeri menolak dengan keras semua itu.

Tawaran kontrak kerja untuk Yeri begitu banyak pagi ini. Penggemar yang dulu meninggalkan dan menghujat Yeri, kini kembali memuji-muji Yeri. Perjuangan selama tujuh tahun Yeri di dunia entertaine tidak sia-sia hanya karena lelaki tak punya hati. Dunia memang begitu kejam. Tapi tidak untuk orang-orang yang sudab berjuang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro