12} Pilihan
Sore ini sepulang sekolah, Tiara dan Tara berkeliling kota dengan menaiki motor Tara. Saat mengantar Tiara pulang, Tara berniat untuk mengunjungi rumah kekasihnya itu.
Gerbang hitam kokoh terbuka sedikit demi sedikit. Tara segera masuk dan memarkirkan motornya di halaman rumah Tiara. Tiara turun dan memberikan helm yang ia pakai ke pemiliknya kembali.
"Yakin, mau ketemu sama Mama Papa?" tanya Tiara yang berdiri menghadap Tara yang masih duduk di motor sport hitamnya itu.
Tara melepas helm lalu menyisir sedikit rambutnya dengan tangannya. Jangan lupa, Tara juga memakai kaca mata transparan dan menyemprotkan sedikit parfum.
"Iya, dong. Udah ganteng belum?" tanya Tara dengan memperlihatkan senyum manisnya.
Walaupun Tiara sudah satu tahun lebih berpacaran dengan Tara. Tetap saja selalu salah tingkah saat Tara bersikap seperti itu. Oh, ayolah Tiara juga manusia biasa. Gadis mana yang tidak akan salah tingkah jika kekasihnya seperti itu?
Tiara memejamkan mata dan memegang dadanya. Lalu berkata, "Ganteng banget, sih!"
Tiara sudah tak bisa menahan pemandangan di depannya. Dirinya langsung memeluk Tara yang ada di depannya. Tara yang melihat ini hanya tersenyum menerima pelukan kekasihnya itu. Lalu mengusak sedikit rambut Tiara.
"Udah dong saltingnya. Masa udah setahun lebih masih salting, sih?" goda Tara.
"Ya, salah kamu. Kenapa tambah lama tambah ganteng sih?" balas Tiara sambil memukul sedikit lengan Tara.
"Udah, udah. Masuk aja ya," saran Tara sambil menggandeng tangan Tiara masuk ke dalam rumah.
"Doa dulu sebelum ketemu camer," goda Tiara.
Akhirnya pertemuan Tara dengan orang tua Tiara berjalan dengan lancar. Orang tua Tiara juga sudah menerima kedatangan Tara dengan baik.
Tiara memang sedikit berbeda dari gadis lainnya. Saat gadis lain akan berusaha menunjukkan sikap manisnya di depan sang kekasih. Berbeda dengan Tiara, dia lebih suka mengekspresikan apa yang dia rasakan. Saat dirinya salah tingkah, maka dia akan langsung menunjukkannya. Saat dirinya marah, dia tidak akan mendiamkan pasangannya melainkan akan mengutarakan semua perasaannya saat itu dan memberitahu apa kesalahan Tara hingga membuatnya marah.
Tiara bersikap seperti itu bukan tanpa alasan. Tiara memang cantik, tapi dirinya jarang sekali ada yang meminangnya. Bukan karena tak suka, melainkan banyak laki-laki yang menganggap dirinya belum pantas untuk mendampingi Tiara. Tiara itu cantik, pintar, baik, juga termasuk dari keluarga yang tercukupi.
Faktanya, Tiara itu selalu ingin memilki kekasih seperti teman-temannya. Dia jarang dekat dengan laki-laki. Sekalinya dekat, Tiara seperti mendapat anugerah dari Tuhan. Dia benar-benar bahagia. Ini juga yang membuat Tiara suka salah tingkah di depan Tara. Sebenarnya, Tiara tak tahu apa yang harus dia lakukan saat jalan berdua dengan Tara. Hingga satu-satunya pilihan adalah mengekspresikan apapun yang ia rasakan.
Ternyata sikapnya yang seperti itulah, yang membuat Tara semakin menyukai Tiara. Menurutnya, Tiara itu berbeda dari gadis lain.
Selama ini, Tiara hanya bisa berkhayal ingin memilki kekasih seperti yang ada di drama Korea dan aplikasi baca seperti Wattpad dan Webtoon.
***
"Ra," panggil Rianti---mama Tiara--sambil membawa sepiring cemilan dan tiga gelas jus apel.
Tiara yang fokus menonton acara kesukaannya di televisi bersama Tio--papa Tiara--sontak menoleh ke arah sumber suara.
"Iya, Ma. Ada apa?"
"Kamu udah yakin bakal bawa hubungan kamu sama Tara sampai ke pernikahan?" tanya Rianti sembari meletakkan nampan berisi makanan di atas meja dan duduk di sebelah Tiara.
"Semoga," balas Tiara singkat.
"Kalau Mama sama Papa udah pilihin Ara jodoh gimana?" Pertanyaan Ranti membuat Tiara berhenti mengunyah camilan yang ia makan.
"Enggak mau, ah Ma. Masa masih ada jodoh-jodohan, sih?" tolak Tiara langsung. Mood Tiara serasa langsung turun, demi menjaga emosinya Tiara segera meraih minum yang ada di depannya. "Mama sama Papa nggak nerima Tara? Tara padahal selalu buat Ara bahagia."
"Bukan gitu, Mama sama Papa udah bahkan seneng bisa ketemu sama orang yang selalu bikin putri Papa bahagia. Orang tua itu pasti punya feeling, dan feeling Mama sama Papa kamu lebih baik nikah sama Tiko. Mau kenal nggak sama Tiko? Kalau mau besok Papa suruh datang buat nemuin kamu kesini," tutur Tio.
"Kenapa harus tiba-tiba banget kayak gini?" tanya Tiara sambil menahan air matanya.
"Kamu nggak harus nerima Tiko sekarang, Ra. Kamu juga masih sekolah, 'kan? Masih ada beberapa tahun lagi buat kamu menikah. Kamu juga masih bisa lanjutin hubungan kamu sama Tara. Mama sama Papa juga nggak tau, apa yang akan terjadi kedepannya. Kita cuma takut kalau Ara sakit hati nantinya," timpal Rianti.
***
5 tahun kemudian.
Terlihat sebuah pelaminan yang begitu besar terpampang di depan mata Tiara. Kini, Tiara berjalan menuju pelaminan bersama dengan seorang laki-laki di sebelahnya.
Saat sampai di depan sang pengantin laki-laki, Tiara segera menahan agar air matanya tak luruh begitu saja. Mereka saling berhadapan dan menatap mata satu sama lain. Hingga berakhir dengan Tiara yang berada di pelukan Tara. Untuk yang terakhir kalinya.
"Jangan nangis, ayo bahagia bareng-bareng," ucap Tara sambil mengusap pelan rambut mantan kekasihnya itu.
Tiara sudah tak sanggup untuk berkata apapun saat ini. Kenyataan bahwa Tara menikah dengan perempuan lain, sungguh menyayat hatinya. Bukan karena Tiara tak mencintai suaminya. Tapi, kenyataan lebih menyakitkan. Mungkin ini yang dirasakan saat Tara melihat Tiara duduk di pelaminan dengan Tiko dulu.
"Tara ...," lirih Tiara sambil terisak di pelukan Tara.
"Iya, iya. Makasih buat semuanya, ya. Kamu itu sempurna Tiara, kamu cocok jadi pendamping Tiko. Aku juga udah dapetin Lidya, teman SMA kita dulu," tutur Tara sembari menepuk-nepuk punggung Tiara pelan.
Lima belas menit berlalu, Tiara baru bisa menghentikan air matanya untuk keluar dan melepas pelukan Tara.
"Jangan nangis lagi," pesan Tara.
"Iya," balas Tiara singkat.
"Harus janji," pinta Tara sambil menunjukkan jari kelingkingnya.
"Janji, Tara. Tiara nggak akan nangis lagi," jawab Tiara sembari menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingkin Tara. Ucapan Tiara sukses membuat Lidya, Tara, dan juga Tiko tertawa bersama.
Tiara dan Tara saat itu terpaksa memutuskan hubungan mereka. Karena ibu Tara mengidap penyakit keras dan memberi pesan sebelum meninggal untuk menikahi Lidya. Lidya sebelumnya adalah anak dari sahabat dekat ibu Tara, mereka sebekumnya juga sudah beberapa kali bertemu hingga meyakinkan ibu Tara bahwa Lidya adalah gadis yang cocok untuk menikah dengan anaknya.
Memang benar, jodoh itu nggak ada yang tahu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro