Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2_Bersama Angan

Tin!

Tin!

Suara klakson mobil itu memekikkan telinga semua orang. Gadis yang hendak menyebrang terkejut saat mobil itu melaju kencang.

"Alora awas!"

Cleo langsung menarik lengan kanan Alora dan mendekapnya sembari menutup kedua telinga Alora. Alora tertegun sejenak dengan perlakuan tiba-tiba Cleo. Cowok itu menyelamatkan nyawanya tapi tidak dengan jantung Alora yang malah berdegup kencang.

Bruakk!

Semua orang berteriak histeris saat mobil yang melaju kencang tadi menabrak tiang listrik dan membuat kerusakan di sekitarnya. Bahkan bagian mobil itu sudah hampir hancur.

"Kak Cleo, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Alora masih dalam dekapan Cleo.

Tangan Cleo masih menutupi kedua telinga Alora agar gadis itu tak dapat mendengar tabrakan yang terjadi di depan matanya. Cleo tahu bahwa Alora mempunyai trauma dalam kecelakaan, dan dia tidak ingin gadis yang dia cintai menyaksikan sebuah kecelakaan lagi.

"Lebih baik seperti ini Alora. Gue gak mau ngeliat air mata lagi di pipi lo." Lirih Cleo.

***

"Kita ngapain sih kak ke cafe?"

"Lo tadi hampir aja di tabrak, gue cuma mau mastiin kalau sekarang lo baik-baik aja. Lagian cafe ini nyaman kok, lo bisa nenangin diri dulu disini."

Alora memutar bola matanya dengan malas. "Aku mau pulang aja. Kak Cleo bisa liat sendiri kalau aku udah gak apa-apa."

"Emang keliatannya lo gak apa-apa, Ra. Tapi mana gue tau yang sebenarnya lo rasain kan?"

"Ck, tapi kak...."

"Nurut Alora."

Alora bergeming saat Cleo menyebut namanya dengan nada sedikit membentak dan tatapan yang tajam. Jarang sekali Alora melihat laki-laki ini jadi menakutkan. Seketika Alora mengangguk-angguk sambil menunduk. Sedangkan Cleo yang merasa bersalah karena nada bicaranya tadi membuat Alora jadi ketakutan.

"Maaf, Ra. Gue gak bermaksud ngebentak lo tadi. Bentar gue pesankan minum dulu sama sekalian cake, lo suka kan sama cake?" tanya Cleo kini dengan nada yang sangat lembut dan penuh perhatian.

"Iya suka, Kak." balas Alora tanpa membantah lagi. Cleo lebih senang dengan sikap Alora yang ini.

"Lo mau rasa apa, Ra? semua rasa cake disini enak-enak sih."

"Aku lebih suka yang strawberry, Kak Cleo."

Beberapa menit kemudian pesanan mereka datang. Keduanya menikmati makanan dan minuman dengan tenang. Cleo tersenyum kecil melihat wajah Alora sekarang jauh lebih baik karena gadis itu begitu lahap dengan cake nya.

"Lo laper apa doyan, Ra? Makannya lahap banget."

"Bener kata kak Cleo. Cake disini enak-enak. Kayak punya rasa tersendiri gitu, nanti kapan-kapan aku mau mampir ke sini lagi."

Cleo tidak sanggup menahan ketawanya. Dia senang jika pujaan hatinya juga senang.

"Habisin Ra nanti kalau kurang kita pesan lagi. Oh ya, kalau lo mau kesini lagi jangan lupa ngajak-ngajak gue."

"Dih, ngapain aku harus ngajak kak Cleo?"

"Kan gue yang ngenalin cafe ini ke lo."

"Ck, terserah."

Cleo terkekeh geli. "Oh iya, pekan depan gue udah mulai ujian. Kayaknya kita bakal jarang ketemu deh, Ra. Palingan kalau pas-pasan di sekolah doang."

"Oh, baguslah." Ucap Alora sambil memakan sisa-sisa cake nya.

"Kok responnya kayak gitu? Lo gak rindu sama gue nanti?"

Alora menggeleng. "Gak lah, buat apa aku rindu, toh di sekolah masih bisa ketemu. Kak Cleo pasti bakal datang tiba-tiba tanpa aku minta."

"Yakin, Ra? coba deh nanti sekali-kali gue pengen ngerasain di cari sama lo." Ucap Cleo setengah meledek.

"Males."

"Oh gitu ya, oke. Awas kalau nanti nyari-nyari gue."

***

Hari dimana anak-anak kelas akhir melaksanakan UAS pun tiba. Dan mereka yang kelas sepuluh dan sebelas diminta untuk tidak berisik saat melewati koridor kelas dua belas, agar tidak menggangu konsentrasi kakak kelas mereka.

Pada saat itu sedang jam istirahat, Alora berjalan bersama teman sebangkunya pergi ke perpustakaan. Karena mereka harus melewati koridor kelas dua belas, keduanya pun berjalan dengan hati-hati dan berusaha untuk tidak menimbulkan suara bising. Saat melewati kelas 12—IPS 3 mata Alora tak sengaja berpas-pasan dengan Cleo yang ternyata juga memandanginya. Alora sempat melihat senyum sekilas milik Cleo. Senyum yang sudah satu minggu ini jarang Ia lihat lagi. Alora pikir karena Cleo sibuk mempersiapkan ujiannya. Namun, entah kenapa Alora merasa ada yang berbeda saat tidak ada Cleo yang sering mengusiknya. Rasanya sepi dan.... Rindu.

Jika setiap malam Alora selalu mendapatkan pesan dari Cleo, kali ini laki-laki itu tidak lagi mengiriminya pesan. Bahkan pesan singkat tidak juga Alora terima, padahal Ia pikir Cleo akan mengirimkannya pesan atau sekadar mengucapkan 'selamat malam, selamat pagi, semangat terus' dan berbagai macam pesan sapaan lainnya seperti dulu yang laki-laki itu lakukan.

Sekarang Alora menyesali semua perbuatannya terhadap Cleo. Sejak kejadian saat Cleo menyelamatkan dirinya, semenjak itu pandangan Alora terhadap Cleo perlahan berubah. Saat Cleo mendekapnya Alora merasakan hal yang aneh. Suatu perasaan yang sulit untuk Ia jelaskan. Ingin sekali Alora menemui Cleo dan mengungkapkan semua isi hatinya.

Alora termangu sembari menyenderkan tubuhnya di pembatas jendela. Meratapi langit sore yang kini mulai meredup dan berganti malam. Ketika Alora hendak menutup jendelanya tiba-tiba setetes air turun mengenai ujung jarinya. Alora mendongak ke atas melihat langit yang ternyata mulai gelap. Ia pikir sebentar lagi akan malam ternyata langitnya sedang mendung. Alora melirik jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 17.00 WIB.

"Mau hujan ternyata..." Gumamnya dan kembali melanjutkan menutup jendela. Belum sepenuhnya tertutup tiba-tiba Alora teringat perkataan Cleo dulu padanya.

"Kalau suatu saat gue pergi dan lo kangen sama gue. Lo nantikan aja hujan datang. Karena gue nitip rindu melalui hujan."

Kembali Alora membuka seluruh jendelanya dan menatap hujan yang kini semakin banyak turunnya.

"Kak Cleo, kalau kamu nyuruh hujan datang buat ngilangin rasa rindu aku ke kamu. Aku bakal berterimakasih kepada hujan. Dan apa boleh aku nitip hujan agar menyampaikan ke kamu kalau aku ingin bertemu." Ucap Alora sendu.

***

Alora berjalan menyusuri koridor sambil menggenggam kedua tali tasnya. Ia memasuki kelas dan duduk di bangkunya. Matanya terpejam beberapa saat kemudian membukanya kembali. Alora terus melihat keluar kelasnya, harap-harap seseorang yang dia tunggu muncul di depan pintu kelas.

Namun, ternyata masih sama seperti kemarin. Alora seakan berangan pada bayangan yang ia ciptakan sendiri.

"Sebenarnya kamu kemana, Kak? kenapa di saat aku sudah mencintaimu malah kamu yang menggantung perasaan ini? kamu sendiri yang yakin kalau aku bisa jatuh cinta sama kamu. Sekarang kamu kemana? Apa kamu cuma mempermainkan aku." Alora menghapus jejak air mata di ujung matanya. Alora menggenggam sebuah gelang yang merupakan pemberian dari Cleo. Saat itu Cleo menyuruhnya untuk mengenakan gelang yang dia berikan setiap hari, namun Alora mengabaikan dan hanya menyimpannya sebagai bentuk menghargai pemberian laki-laki itu. Dan kini Alora memakai gelang tersebut kemanapun ia pergi.

"Kalau akhirnya bakal gini, dari awal harusnya aku gak mengharapkan apa-apa dari kamu. Udah aku bilang jangan bikin aku jatuh cinta sama kamu, karena aku gak mau ngerasain yang sekarang aku rasakan."

"Tapi percuma. Karena aku udah terlanjur jatuh cinta." Alora melipat kedua tangannya dan menenggelamkan kepalanya ke dalam sela-sela tangan.

***

Kalbar, 22-12-2022








Tring🔔

Dencingan lonceng dari pintu masuk cafe itu berbunyi. Seorang gadis berparas cantik nan anggun berjalan masuk sembari melihat-lihat suasana cafe yang sudah jarang Ia kunjungi. Wajahnya tampak berseri-seri dengan lengkungan bulat sabit yang menambah kecantikannya.

Alora duduk di salah satu meja nomor 2, tempat yang masih sama dengan empat tahun yang lalu. Bahkan letak meja dan kursinya masih sama, walau dekorasinya sedikit berbeda. Ambu kopi yang menusuk indra penciumannya membuat Alora kembali teringat akan masa lalunya.

"Alora Anindya," Merasa namanya di sebutkan Alora menghadap ke arah sumber suara.

Keningnya mengernyit bingung.

"Iya?"

Pria itu tersenyum kecil kemudian ikut duduk. Alora merasa tidak mengenali pria yang saat ini sudah duduk di depannya, tetapi tahu darimana pria itu namanya? membuat tanda tanya di dalam otak Alora.

"Sebelumnya terimakasih sudah datang. Dan perkenalkan nama saya Dion Bagaskara."

Alora terkejut saat pria itu memperkenalkan diri dengan nama belakang 'Bagaskara'. Tiba-tiba mata Alora terasa perih dan mulai berkaca-kaca. Alora merasa ada yang aneh dan entah mengapa jantungnya kini berdebar.

"Maaf, tapi yang seharusnya saya temui itu kak Cleo. Saya masih tidak paham kenapa anda yang datang dan bukan kak Cleo. Kemana dia?" tanya Alora dengan bibir sedikit bergetar.

Pria itu menghembuskan nafas panjang lalu kembali bersuara.

"Saya abang kandung Cleo. Boleh saya menceritakan sesuatu ke kamu?"

Alora mengangguk dengan kening yang masih mengkerut. Bahkan matanya masih berkaca-kaca. Ia takut mendengarkan sebuah fakta yang melukai hatinya. Namun, Alora ingin mengetahui semuanya.

"Empat tahun yang lalu saat Cleo selesai menjalankan ujiannya, dia jatuh sakit..." Alora membulatkan matanya.

"... sebenarnya sebelum dia ujian juga dia sedang sakit. Saya sudah menyarankan dia agar tidak bersekolah dulu untuk penyembuhannya, tapi dia tetap kekeuh ingin terus masuk sekolah. Selama ujian Cleo berapa kali mimisan tapi dia masih mau menjalankan ujiannya. Hingga selesai ujian dia di larikan kerumah sakit. Agar penyembuhan Cleo lebih baik, dokter disini menyarankan untuk membawanya ke rumah sakit terbaik di luar negeri."

Pria itu kembali melanjutkan ceritanya setelah tadi terdiam sejenak. "Cleo mengalami koma sampai menjelang kelulusannya. Kami sekeluarga terus merasa cemas, di hari kelulusan harusnya dia tersenyum lebar bersama teman-temannya dan sibuk memilih kampus yang dia inginkan. Namun Cleo harus berdiam diri di rumah sakit selama berbulan-bulan. Saat itu dia sudah sadar dari komanya."

"Maaf, kalau saya boleh tau penyakit apa yang di derita kak Cleo?" tanya Alora.

"Tumor Otak." Seketika seluruh tubuh Alora terasa lemas. Selama Ia mengenal Cleo, Ia sama sekali tidak tahu bahwa laki-laki itu menyembunyikan penyakitnya.

"Apa kamu baik-baik saja? Kalau kamu tidak sanggup, saya tidak akan melanjutkannya."

"Tidak. Lanjutkan saja. Saya ingin mengetahui semuanya." Ucap Alora.

"Baiklah. Tiga tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 03 Agustus 2020 Cleo meninggal dunia." Ucap pria itu sembari menundukkan kepalanya.

"Orang yang tadi malam mengirimmu pesan adalah saya. Sebelum mendiang Cleo pergi, dia menitipkan ini agar dikasihkan pada gadis bernama Alora Anindya." Pria itu mengeluarkan sebuah flashdisk berwarna hitam pada Alora.

"Saya mengenali mu karena dulu saat menemani Cleo di rumah sakit, anak itu sering menceritakan tentang kamu termasuk cafe ini. Bahkan dia juga menunjukkan fotomu. Karena itu saya dapat bertemu denganmu sekarang."

"Kenapa anda tidak memberitahu saya dari dulu? Kenapa baru sekarang?!" tanya Alora dengan air mata yang sudah turun dari tempatnya.

"Maafkan saya, ini semua permintaan Cleo. Sebenarnya saat itu Cleo tidak membolehkan saya memberi tahu kamu soal penyakitnya. Tapi, saat saya sedang bertugas minggu lalu, saya melihat kamu dan teringat dengan Cleo. Saya rasa ini waktunya untuk menjelaskan ke kamu apa yang terjadi pada Cleo."

"Saya rasa kamu adalah orang paling istimewa di hati Cleo." Lanjut Dion seraya tersenyum tipis.

Alora tidak sanggup lagi menahan air matanya. Ia menangis tersedu-sedu sambil menggenggam erat flashdisk tadi. Hatinya terasa di tusuk-tusuk oleh belati. Kenyataan yang ada di depan matanya sungguh menyakitkan batinnya.


🌧️☔🌧️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro