1_Bersama Kenangan
Ting!
Drrttt.... Drrttt.... Drrttt....
Suara ponsel yang terus berbunyi itu mengusik ketenangan seorang gadis yang tengah bergelut dengan tugas-tugas kuliahnya.
"Aihh, ini siapa sih yang nelpon malam-malam begini."
Walau mengomel, tangan gadis itu tetap meraih dan melihat layar ponsel yang menampilkan nama 'Kak Cleo (Senior rese)'. Sontak saja mata gadis itu membulat sempurna. Nama itu entah sudah berapa lama berdebu di dalam kontaknya. Bahkan Ia melupakan kalau nama itu ternyata masih di simpannya.
"Apa ini mimpi? Atau aku sedang mengigau?"
Karena terlalu lama memandangi ponselnya, panggilan tersebut tiba-tiba mati. Buru-buru gadis itu membuka room chat dan matanya kembali terbelalak saat membaca pesan yang paling atas dengan nama yang serupa dengan yang barusan meneleponnya.
💬 [Hai, Alora.]
💬 [Bagaimana kabarmu?]
Tanpa sadar setetes air turun tanpa permisi membasahi kedua pipi Alora. Tak lama kemudian Alora tersenyum bersama dengan tangisannya yang kini mulai pecah. Ia membalas pesan tersebut dengan tangan yang gemetar.
[Hai, masa lalu]
[Sudah lama ya semenjak kepergian mu yang hilang entah kemana. Sekarang balik lagi dan menanyakan kabarku.]
[Biar aku kasih tau, disini aku baik-baik saja.]
Alora tak tahan lagi. Rasanya sekarang campur aduk. Antara sedih, senang, lega, kesal, dan ingin berteriak sekencang-kencangnya. Dadanya tiba-tiba terasa menyakitkan. Apa ini karena luka lama yang masih membekas? Padahal beberapa menit sebelumnya saat Ia sedang serius mengerjakan tugas kuliahnya semua baik-baik saja. Lalu mengapa sekarang dadanya begitu ngilu, seperti ada yang menusuk di dalamnya. Tentu saja itu karena dia yang pergi tanpa pamit dan menyisakan kenangan manis yang sulit tuk di lupakan.
"Kemunculan kamu yang tiba-tiba kenapa malah bikin aku merasakan sakit yang sama seperti dulu? Kamu apain aku sebenarnya, Kak Cleo."
Padahal hanya lewat massage, tapi mampu menghantam debaran jatung Alora.
💬 [Masa lalu? Apa kamu juga menamai ku dengan itu di kontakmu?]
💬 [aku minta maaf, Alora, maaf untuk semuanya.]
💬 [Besok apa kamu ada waktu? Mari kita bertemu.]
[Tidak. Namamu di kontaku masih sama seperti 4 tahun yang lalu.]
[Kebetulan besok aku senggang.]
💬 [Makasih karena masih menyimpannya. Ku pikir mengapa tadi kamu tidak mengangkat telponnya karena nomorku asing]
💬 [aku ingin bertemu denganmu. Ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu.]
[Atur saja tempatnya.]
💬 [Di cafe yang dulu sering kita kunjungi. Jam 15.30]
[Oke.]
Alora memandangi layar ponselnya begitu lekat, oh ralat lebih tepatnya Ia memandang nama yang tertera di situ. Alora tidak tahu ekspresi apa yang harus Ia tunjukkan saat bertemu dengan orang yang dulu pernah Ia sukai, dan sekarang pun masih sama. Hanya menyebutkan namanya saja membuat Alora mengingat akan masa lalunya bersama Cleo. Kisah mereka sewaktu jaman SMA dulu.
***
Kalbar/ 16-12-2019
"Kak Cleo ngapain sih ngikutin aku terus?"
"Supaya bisa jagain lo."
"Aku udah besar, gak perlu di jagain lagi. Lebih baik Kak Cleo pulang, jangan ngikutin aku terus."
"Gue gak akan berhenti ngikutin lo sampai lo mau nerima perasaan gue."
"Yaudah terserah. Walau Kak Cleo gangguin aku terus, tetap hati aku gak akan goyah. Karena aku memang tidak bisa jatuh cinta sama Kakak."
Kemudian Alora berbalik arah dan pergi meninggalkan laki-laki yang sudah dua minggu ini mengganggu ketenangannya.
"Oke gapapa! Gue juga bakal berusaha bikin lo jatuh cinta sama gue."
Alora menggeleng kepalanya, melangkah lebih cepat, berharap laki-laki di belakang tidak mengikutinya lagi.
Ternyata dirinya salah telah melawan Cleo saat membela sahabatnya di kantin dua minggu yang lalu. Nyatanya, laki-laki itu malah tertarik pada Alora dan baru dua kali bertemu, Cleo sudah langsung menyatakan perasaannya. Alora menolak dengan sopan, namun kelamaan Alora terus menolaknya tegas karena Cleo tidak berhenti menyerah. Setiap hari Alora harus mendengar pernyataan cinta dari laki-laki yang menyandang status sebagai seniornya, dan di cap berandal hampir satu sekolah.
"Ra!"
Alora menghembuskan nafasnya kesal, meyakinkan dirinya untuk jangan menoleh lagi ke belakang.
"Alora! Hei, yang ini ketinggalan." Mendengar kalimat terakhir itu sontak membuat Alora langsung menoleh ke belakang dengan kening mengkerut.
Cleo tersenyum manis masih berdiri di posisinya tadi sambil menatap lekat manik hitam milik Alora.
"Apa yang ketinggalan?"
Bukannya menjawab Cleo malah terkekeh geli, kemudian Ia memegang sebelah dadanya.
"Disini. Hati gue, lupa lo bawa."
"Hah? Apasih gak jelas!" Bentak Alora dan langsung membalikkan badannya pergi. Sedangkan Cleo di belakang sana tertawa puas karena berhasil membuat gadis itu kesal.
***
"Mau sampai kapan kakak ngejar aku terus?" tanya Alora yang mulai geram.
"Sampai gue bosan. Eh, tapi gue gak yakin bakal bosan mencintai lo."
Gadis itu menghembuskan nafasnya setelah tadi menghirup banyak udara. "Sekarang aku tanya, apa kak Cleo gak capek?"
Alis Cleo naik sebelah. Laki-laki itu melipat kedua tangannya di depan dada.
"Capek? Ehm... Mungkin iya, tapi itu gak jadi masalah."
"Kak, stop aja ya? udah berkali-kali aku nolak kakak, harusnya Kak Cleo paham dan mundur. Berhenti berharap aku akan nerima kakak." Ucap Alora menegaskan.
Cleo tersenyum simpul, "kalo gue gak mau gimana?"
"Kak...."
"Kalo gue minta lo aja yang nyerah dan nerima gue, apa lo mau?"
Alora menggeleng. "Aku gamau. Dari awal aku kan udah bil–"
"Sama dong, gue juga gak mau." Sela Cleo membuat Alora bergeming.
"Gue serius suka sama lo, Ra. Walau ribuan kali di tolak, gue tetap gak akan berhenti mencintai lo." Ucap Cleo menatap serius pada mata hitam pekat gadis di hadapannya.
"Jadi tolong berhenti nyuruh gue mundur, Ra. Karena gue gak bisa. Gue akan terus maju, sampai suatu saat lo bisa menyukai gue juga." Alora bergeming di tempatnya. Ia bingung dengan Cleo, sebenarnya apa yang membuat laki-laki itu begitu menyukainya? bagi Alora tidak ada yang menarik di dirinya, tapi entah mengapa Cleo sampai seperti itu padanya.
Alora dapat melihat tatapan serius dari mata laki-laki itu. Sudah seperti ini, lalu apa yang harus Ia lakukan? Tetap pada prinsipnya untuk tidak luluh pada Cleo atau menerimanya saja?
"Baiklah. Terserah kak Cleo aja!" Tegas Alora kemudian berlari membelakangi Cleo.
Cleo menatap punggung Alora yang kini mulai menghilang dari pandangannya. Tiba-tiba setetes air turun dari langit. Cleo mendongak beralih memandangi langit yang tampak gelap di tutupi awan hitam yang saling menggumpal.
Jress!
Hujan. Seakan semesta tahu dengan kesedihannya dan sengaja menyuruh hujan turun untuk menutupi kesedihan yang dia sembunyikan. Cleo tersenyum simpul kala hujan datang menemaninya.
"Dari banyaknya manusia di bumi ini, kenapa hati gue malah memilih Alora? Kenapa mata ini malah tertarik sama Alora. Cewek yang jelas-jelas gak mau menerima kehadiran gue." Monolog Cleo sembari mengusap wajahnya yang sudah basah. Bahkan tubuhnya sudah basah kuyup. Laki-laki itu membiarkan tubuhnya di basahi oleh hujan. Cleo hanya menyukai saat hujan memeluknya.
***
Alora berjalan menyusuri koridor sambil membawa tumpukan buku tugas yang akan Ia antar ke meja wali kelasnya. Tiba-tiba saat hendak berbelok Alora di kejutkan dengan kemunculan Cleo di hadapannya. Hampir saja buku-buku itu terlepas dari genggamannya kalau saja Cleo tidak menahannya.
"Hati-hati, Ra. Kalau berat bagi dua aja, biar sebagiannya gue yang bawa." Tutur Cleo sambil mengambil alih setengah buku tersebut dari tangan Alora.
"Eh, Kak Cleo gak usah. Taruh lagi sini kak, aku bisa sendiri kok."
Alih-alih merespon ucapan Alora, Cleo malah berjalan lebih dulu meninggalkan Alora.
"Kak Cleo!!" Alora berjalan cepat untuk menyamai langkah Cleo.
"Kenapa jalan duluan? Udah aku bilang biar aku aja yang bawa. Lagian kak Cleo gak tau kan itu mau di bawa kemana. Udahlah siniin bukunya."
"Kenapa lo cerewet banget sih?" balas Cleo tanpa menoleh ke Alora.
"Hah?"
"Ke meja wali kelas lo, kan?" tanya Cleo dengan senyum tipisnya. Sedangkan Alora melengkungkan bibirnya ke bawah, tanda ia tengah cemberut.
Setelah meletakkan buku-buku itu di atas meja wali kelas Alora—pak Akbar, mereka berjalan sejajar. Cleo tidak ada henti bercerita ke Alora tentang hari-harinya. Namun, Alora sama sekali tidak menggubrisnya.
"Nanti pulang sekolah bareng gue ya, Ra."
Alora menggeleng. "Gak mau."
"Harus mau pokoknya."
"Kok maksa sih, kak?"
Cleo terkekeh kecil lalu pergi meninggalkan Alora tanpa berniat membalas perkataan Alora lagi.
***
Langit sore yang mendung dan dingin, membuat kedua insan yang masih mengenakan seragam sekolah berlarian kecil dan berhenti di salah satu minimarket.
"Kenapa lari sih, Ra?"
"Mau hujan, Kak. Liat tuh langitnya gelap banget, padahal baru jam setengah empat sore."
"Ya, tapi kan hujannya belum turun, kenapa harus lari-lari. Tadi gue khawatir lo jatuh loh."
"Belum hujan gimana? Gak kerasa apa rintik-rintiknya."
"Kan belum deras."
Alora mendengus kesal, berbicara dengan Cleo tidak akan ada habisnya. Laki-laki itu tidak mau mengalah kalau soal perdebatan.
Jresss
Rintik-rintik tadi kini kian menderas. Beberapa orang yang berlalu lalang ikut menepi untuk meneduh. Tidak sedikit juga orang-orang meneduh di minimarket tempat Alora dan Cleo singgahi.
"Tuh, kan udah deras. Untung tadi kita cepat-cepat neduh."
Cleo mengalihkan pandangannya ke atas, memandangi langit yang semakin deras menuruni hujan.
"Lo suka hujan gak sih, Ra?" tanya Cleo kemudian beralih menoleh ke Alora.
"Kenapa tiba-tiba nanya?"
"Gak apa-apa, gue cuma pengen tau, cewek yang gue sayangi ini suka sama hujan apa enggak."
Walau dalam hatinya Alora enggan menjawab pertanyaan Cleo, namun mulutnya berkata lain.
"Enggak."
"Kenapa?"
"Hujan hanya bikin sakit. Makanya aku gak suka hujan."
Cleo bergeming beberapa saat, sampai detik berikutnya dia tersenyum.
"Lo mengartikan hujan kayak gitu ternyata."
"Emang kamu sendiri gimana, Kak?" tanya balik Alora.
"Gue... Suka sama hujan."
"Lo mau tau gak, Ra, hujan itu bisa nenangin perasaan kita di kala sedih."
"Sekaligus penghantar luka untuk sebagian orang." Lanjut Alora memotong perkataan Cleo.
"Kenapa lo nganggap hujan sebagai luka?" tanya Cleo.
"Gak kenapa-napa." Jawab Alora enggan menjelaskannya.
Cleo menghembuskan nafas panjang kemudian mendongak menatap langit sambil mengadahkan sebelah tangan dan menikmati setiap rintikan hujan yang membasahi telapak tangannya. Laki-laki itu tersenyum kecil, lalu menoleh ke gadis yang berdiri di sebelahnya.
Alora tidak lagi berbicara, dan Ia pun tidak ingin tahu alasan mengapa laki-laki itu suka dengan hujan. Alora memandangi langit yang menggelap. Gadis itu menggerutu menyalahkan kehadiran hujan yang datang tiba-tiba membuat Ia harus terjebak bersama Cleo.
"Ra," panggil Cleo. Alora menoleh ke Cleo dengan kening mengkerut tanpa minat menyahut laki-laki itu.
"Kalau suatu saat gue pergi dan lo kangen sama gue. Lo nantikan aja hujan datang. Karena gue nitip rindu melalui hujan." Ucap Cleo dengan senyum yang belum luntur.
Alora mendelik tajam. "Apa-apaan sih, Kak. Emang aku bakal kangen sama kak Cleo? Gak usah ge'er deh."
"Ya, siapa tau kan lo bakal kangen sama gue."
"Gak akan."
🌧️☔🌧️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro