[4]
Bunda ...
Jemari lembutmu merengkuhku kala tangis pertamaku
Untaian kata cinta tak mampu lukiskan desau bahagiamu
Binar girang mata indamu mengiringi langkah pertamaku
Melihat pertumbuhanku dalam detik yang terus berlari tak akan membuang waktumu
Bunda ...
Kini sang waktu telah menelan hari lalu
Kau telah menjadi sang malaikat pelindung
Meski peluh menjalar disertai hati lelah menahan pilu
Pedih bergeleyar manis kala aku menjadi sang pembangkang
Bunda ...
Terkadang tangis menelusup kala aku menyebut namamu dalam untaian doaku
Teringat dosa tak terhintung saat-saat aku mengabaikan segala nasehat darimu
Penyesalan terkadang menghujam hati saat melihat kau tetap sabar dalam senyummu
Kini, ingun aku menghapus dukamu dan membanggakanmu
Bunda ...
Tak terperi rasa syukurku pada Sang Pencipta karena memberi ibunda sehebat dirimu
Melihatmu tersenyum dengan mengacungkan kedua ibu jari saat melihatku meraih gelar sarjanaku
Kini, aku sudah dewasa dengan segala ilmu kehidupan yang kau ajarkan
Aku, anakmu, dengan penuh cinta berjanji untuk selalu membahagiakanmu dengan baik lakuku
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro