Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kemarahan Bumi

NAMA saya Bumi, saya dilahirkan bermilyar tahun sebelum kalian. Saya memiliki teman sejati–suatu hal yang tidak kalian miliki–, ia selalu menemani saya dari dulu, hingga kini, beliau biasa dipanggil Bulan. Bulan sangat unik, ia cantik, dan dapat berubah bentuk sesuai yang ia mau, ia dapat berubah bentuk menjadi lingkaran, setengah lingkaran, dan bahkan sabit. Bulan memang sangat keren, tapi maaf, di sini saya tidak ingin menceritakan beliau.

Pertama kali saya berbicara dengan Tuhan ialah saat seorang malaikat menyampaikan pesan kepada kami, para planet untuk ikut serta dalam diskusi hangat mengenai penciptaan kalian, para manusia dan tempat kalian berada. Tuhan Maha Penyayang, kami kira kami akan diperintahkan untuk menghampiri singgasana-Nya yang sangat agung, dan ternyata tidak! Beliau yang malah menghampiri tempat kami yang jelek.

"Wahai Jupiter, bersediakah engkau apabila aku memerintahkanmu untuk menerima manusia di tubuhmu yang super itu?" Suara Tuhan sangat mengagumkan, suara-Nya membuat kami dengan secara otomatis menunduk saat mendengarnya–dan saya masih heran, kenapa masih saja ada salah satu dari kalian yang tidak tunduk dengan perintah-Nya?

Kami semua tahu Jupiter tidak akan sudi membagi tubuh supernya dengan kalian, kendati demikian ia tetap mengangguk sebagai balasan, "Saya bersedia, Ya Tuhanku."

Tuhan Maha Mengetahui, ia tahu apa yang berada dalam isi hati Jupiter, Jupiter agak enggan. Namun Tuhan pun Maha Pemaaf, ia tidak marah kepada Jupiter, bahkan sekecil debupun tidak. Beliau memakluminya.

"Lalu, bagaimana dengan engkau Saturnus? Tidakkah engkau ingin membagi keindahan cincinmu dengan manusia?"

Percakapan Tuhan kami dengan para planet bak kaset rusak yang menampilkan adegan yang sama berulang kali.

Sekali lagi, Tuhan Maha Mengetahui, saya bersedia menampung kalian. Mungkin badan saya tidak sebesar dan sekuat Jupiter, dan saya tidak secantik Saturnus dengan cincin besarnya, tapi saya pikir saya cukup cantik dengan warna hijau, biru, dan putih yang mendominasi.

Diskusi selesai saat saya dengan mantap meng-iya-kan, maka manusia pun tercipta.

—o—

Pertama kali ketika kalian diciptakan, saya sangat bangga dengan diri saya sendiri, saya yakin diri ini akan segera mempunyai sahabat lebih banyak, dan tidak hanya dengan Bulan.

Saya tak pernah menyadari, bagaimana buasnyanya kalian, bagaimana tak tahu malunya kalian. Namun, Bulan dengan sangat cepat menyadari itu. Suatu hari, ia pernah berkata, "Bumi, sadarkah engkau bahwa dirimu kini terlihat jelek? Maksudku, agak kurang sehat?"

Saya mengelak pertanyaan sekaligus pernyataannya, ya walaupun memang benar apa yang ia katakan, tapi saya tak mau membuatnya menilai jelek kalian. Tapi tetap saja ia berkata,

"Kurasa, manusia tak memperlakukanmu dengan baik."

Mendengarnya membuat saya marah, saya langsung memanggil awan untuk mengelilingi tubuh saya agar menghalangi jarak kami. Saya tidak suka apabila ada seorang yang berprasangka buruk terhadap kalian.

Sayangnya apa yang Bulan katakan seratus persen benar.

Jangankan terhadap saya, bahkan kalian tak tunduk atas perintah Tuhan, yang mana kami sangat takut dengan-Nya.

Saya selalu memperlakukan kalian dengan baik. Mulai dari contoh kecil, ketika kalian menanam bibit pohon, dan kondisi saat kalian lupa menyiram, saya akan memohon kepada Tuhan untuk menurunkan hujan. Tuhan memang Maha Mengetahui, namun terkadang Beliau menguji kalian dengan hal-hal yang sangat sepele.
Contoh lain, ketika selesai hujan, saya akan meminta persetujuan untuk menampilkan keindahan pelangi kepada kalian. Saya senang mendengar decak kagum kalian atas ciptaan-Nya.

Saya ingin sekali kalian menghargai saya, dengan menerima kondisi cuaca-pun saya sudah sangat senang. Tapi kenyataannya, kondisi cuaca-pun kalian keluhkan. Bahkan kalian mengeluh tidak atas nama saya, (misalnya seperti, "Bumi hari ini panas sekali."), namun atas nama Tuhan kalian sendiri! (ini yang membuatku kadang merasa benci dengan kalian, "Gimana, sih Tuhan. Masa hari ini hujan, sudah tahu ada rapat di kantor.")

Saya tak mengerti jalan pikiran kalian. Kalian hanya menumpang, tapi kalian berbuat seakan saya ini milik kalian seutuhnya. Kalian tidak memperlakukan saya sebaik saya memperlakukan kalian. Terkadang kalian secara tak langsung ingin menghancurkan saya dan kehidupan kalian sendiri dengan membakar sampah. Tidakkah kalian diajarkan di sekolah bahwa asap dapat menipiskan lapisan ozon yang merupakan pelindung kita?

Saya selalu menyampaikan perilaku kalian kepada Bulan, karena Bulan adalah teman sejati saya. Selama saya hidup, selama itu pula Bulan bersama saya, namun Bulan tak pernah merusak saya. Berbeda dengan kalian yang bahkan baru mengenali saya tapi dengan tidak tahu malu kalian merusak saya.

"Apa yang kukatakan benar, 'kan, Bumi? Mereka tak memperlakukanmu dengan baik, mereka tak pernah menyayangimu."

Kali ini saya tak marah dengan apa yang ia ucapkan, bahkan kali ini saya sangat setuju dengannya.

"Tahukah kau, Bulan? Akhirnya aku tersadar, bahwa manusia bukanlah teman yang baik."


---

hai kamu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro