Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

59. Goodbye.

Kan udah aku bilang akj 24-25 ga bisa update Kelly 😂 kok masih di tagihin toh?

Untuk yang nanya mana story Alexis, LOVE BY ACCIDENT itu storynya Alexis. Udah bisa di cek di Work aku.

ITU SLOW UPDATE SAMPAI KELLY END (Mungkin beberapa chapter lagi.)

Oke sekian dan terima kasih.😂😂😂

***

Minggu-minggu setelah keluargaku menerima kabar kehamilan juga pernikahanku dengan Sean, berjalan mulus. Semuanya berjalan seperti biasa. Matahari masih terbit dari timur dan terbenam di barat, Mommy masih membuat telurnya gosong, calon anakku masih membuatku mual akan hal-hal kecil, dan Sean juga selalu lembut dan manis seperti biasanya meskipun ia harus berada di Korea selama 3 minggu.

Namun satu hal yang tidak biasa dari itu semua. Tingkah Alexis.

Semenjak malam itu, Alexis secara tidak langsung menghindariku. Aku harap itu hanya perasaanku saja, karena mungkin Alexis sedang sibuk dengan pekerjaannya hingga telepon dan pesan dariku, juga ajakanku untuk bertemu selalundi abaikannya.

Tapi ternyata bukan hanya aku yang merasakan keanehan itu, melainkan Bibi Rere dan Paman Alvero juga merasakannya.

Aku mungkin memang akan segera menikah dalam hitungan minggu lagi, tapi aku tidak akan menikah tanpa restu dari Alexis.

Biar bagaimanapun, dia adalah laki-laki terpenting dalam hidupku setelah Daddy dan kak Kenneth. Jangan tanyakan Sean, karena posisi Sean spesial.

Dan disinilah aku, di depan pintu kamarnya. Aku sengaja tidak memberitahu kedatanganku karena kedatanganku memang diminta oleh bibi Rere yang mengatakan kalau Alexis tidak makan dengan teratur belakangan ini. Bahkan laki-laki itu cenderung mengurung dirinya di dalam kamar setelah pulang kerja.

Kedatanganku juga untuk mengabarinya kalau aku memutuskan untuk ke Korea bersama Sean minggu depan, juga mengenai pernikahan kami yang akan di adakan di sana karena kesehatan ayahnya Sean tidak memungkinkan beliau untuk ke Amerika.

Dengan keputusan ini, aku juga sudah memutuskan untuk menghadapi secara langsung ketidak ahlianku dalam berbahasa Korea.

Ini bencana.

Tanpa mengetuk pintu, aku membuka perlahan pintu kamar Alexis. Mataku dan matanya bertemu beberapa detik sebelum ia kembali melengos dan menatap layar laptopnya lagi.

Sebegitu tidak maunya ia melihatku? Aku membatin tapi aku berusaha mengabaikan ketidak acuhan Alexis barusan

"Grandpa." Panggilku. Tubuh Alexis sedikit menegang saat aku memanggilnya. Aku memilih melanjutkan karena aku yakin ia sedang mendengarku sekarang. "Bibi bilang kau tidak makan teratur belakangan ini. Kau ada masalah?" Aku berjalan mendekatinya yang masih terlihat sibuk dengan layar laptopnya.

Alexis masih terlihat acuh saat aku sudah berada di dekatnya. Ia bahkan tidak menjawab pertanyaanku barusan. Aku menghela nafas dan memutuskan untuk memberitahunya kabar yang ingin aku sampaikan. "Minggu depan aku akan ke Korea, Lex. Sean ada tidak bisa berlama-lama disini karena ayahnya masih sakit. Pernikahan kami juga akan diselenggarakan disana."

Aku bisa melihat gerakan tangan Alexis berhenti. Ia kemudian menoleh kearahku dengan matanya yang memicing. Tatapannya kemudian turun kearah perutku yang sudah tidak serata dulu lagi dengan usia kandunganku yang akan memasuki bulan ketiga. Laki-laki itu terlihat melamun menatap perutku.

"Lex." Aku mengguncang bahu Alexis, menyadarkan laki-laki itu dari lamunannya.

"Ya?" Alexis tersadar dan mengerjap, lalu menatap mataku. "O-oh, selamat kalau begitu... sekali lagi." Ujarnya gagap. Aku mengernyit mendengar kegugupan keluar dari mulut Alexis barusan. Tidak seperti malam itu di rumah sakit, saat Alexis mulai menjauhinya, kali ini Alexis nampak aneh dan tidak bisa kujelaskan.

"Kau kenapa?" Tanyaku.

Alexis menggeleng dan terenyum yang menurutku terpaksa. Tangannya meraih puncak kepalaku untuk ia belai kemudian. Terasa hangat dan nyaman seperti biasanya.

"Bagaimana rasanya? Mengandung?" Pertanyaan Alexis secara tiba-tiba itu terdengar terbata. Pikiran mengenai rasa kecewa Alexis karena aku telah mengkhianati kepercayaannya mulai mengambil posisi. Mungkin itu yang membuat Alexis menjauhiku. Karena laki-laki itu berharap aku menemukan cintaku dengan cara yang benar?

"Awesome!" Aku tersenyum lembut seraya membelai perutku "Aku tidak menyangka akan ada kehidupan di dalam sini." Jawabku lalu aku tersenyum lebar pada Alexis. "Meskipun badanku lelah dan jadi pegal-pegal juga mudah mual, tapi tidak masalah. Sean juga selalu mendampingiku mejalaninya meski ia di Korea."

Alexis tersenyum dan mengangguk. Ia kembali terdiam dan pandangan matanya kosong menatap perutku.

Aku tidak memikirkan konsekuensi saat melakukannya dengan Sean dulu. Aku tidak pernah menyangka kalau hal itu bisa menimbulkan sebuah nyawa yang nantinya akan menjadi tempat kasih sayang kami berada, aku juga tidak memikirkan perasaan orang-orang sekitarku kalau mengetahui perbuatanku yang menggoda Sean hingga kami berada di titik ini. Aku tidak memikirkan kekhawatiran Alexis.

Aku meraih tangan Alexis dan menggenggamnya erat, "kau tenang saja. Sean adalah laki-laki terbaik yang akan membuatku bahagia. Dia tidak akan menyakitiku." Aku terdiam sejenak. Topik pembicaraan ini memang selalu kami bicarakan sebagai bagian dari sebuah candaan. Aku tidak pernah menyangka kalau aku akan mengatakan hal ini akan aku katakan secara serius kali ini.

Aku meneguk ludahku sebelum melanjutkan ucapanku. "Kau carilah kebahagiaanmu mulai sekarang. Jangan mengkhawatirkan aku lagi." Menit-menit selanjutnya terasa seperti neraka saat Alexis terdiam.

Bahkan saat ia memelukku, rasanya sangat berbeda. Masih senyaman dulu, tapi kali ini rasanya berbeda. Mungkin karena Alexis tidak memelukku seerat dulu lagi.

***

Aku tengah memberesi koper ketika pintu kamarku dibuka oleh kak Kenneth.

Satu lagi manusia yang menghindariku selain Alexis.

"Boleh kakak masuk?" Tanyanya. Aku mengangguk dan kak Kenneth sudah menghampiriku yang sedang duduk di lantai bersama barang-barang yang berserakkan.

Aku mengira kak Kenneth akan segera berbicara dan mengatakan ketidak setujuannya lagi atas rencana pernikahanku, melanjutkan nasihatnya yang tertunda malam itu. Tapi tidak.

Aku menyusun beberapa barang kedalam koperku dengan tidak tenang. Mungkin karena aku merasakan aura menusuk dari belakangku yang dihasilkan oleh tatapan tajam kak Kenneth.

"Kau tahu," aku tidak bisa menyembunyikan tubuhku yang tiba-tiba menegang saat kak Kenneth tiba-tiba berbicara setelah hening cukup lama. "Sejak 22 tahun lalu kau lahir hingga sekarang, aku tidak pernah berpikir kalau kau akan mengalami hal seperti ini."

Aku berbalik hendak memprotes ucapan kak Kenneth. Ia mengatakan seakan-akan kehamilan dan keadaanku adalah hal yang sangat salah untuk terjadi.

"Setidaknya satu-satunya orang yang aku kira akan menjadi ayah dari anakmu kalau kau terlibat dalam keadaan seperti ini adalah Alexis." Kak Kenneth dengan cepat menyela sebelum aku memprotes.

Aku mendengus akhirnya. "Karena kami selalu bersama?" Tanyaku, memutuskan untuk menelan protesanku dan kembali membereskan barang-barangku yang berserakan.

Kak Kenneth hanya terdiam. Dehaman juga helaan nafasnya sangat bisa kudengar. Kemudian hal tidak terduga terdengar dari mulutnya. "Maaf... Aku tahu kalian pernah saling mencintai. Atau bahkan Alexis juga masih mencintaimu." Tanganku mendadak kaku dan berhenti bergerak. "Kalian memutuskan untuk tidak bersama karena Kakak dan Alleira. Kakak tahu itu."

Aku menahan nafasku. Hal itu memang sudah bisa kami terima sejak dulu. Tapi mendengar permintaan maaf kak Kenneth, entah kenapa membuat dadaku menjadi sesak.

"Mungkin itu alasannya aku mengijinkan Sean untuk mendekatimu. Karena aku tidak mau kalian terus menyesali keadaan yang hanya akan membuat kakak merasa bersalah karena kalian tidak bisa bersama." Sambung kak Kenneth. "Tapi kakak tidak pernah mengharapkan hal ini terjadi."

Aku berbalik. Mataku sudah terasa panas, tapi aku memilih menahan airmataku. Setidaknya aku tidak mau membuat kak Kenneth semakin menyesali keputusannya. "I've told you, big brother. Aku yang menggoda Sean. Sean sudah sekuat tenaga menahan dirinya, tapi..."

"Tapi dia tidak seharusnya termakan godaanmu, Kelly. Kakak bisa menahan nafsu kakak dari godaan Alleira selama ini, tapi kenapa laki-laki itu tidak bisa menahannya sedikit?" Nada bicara kak Kenneth sudah kembali meninggi, menandakan tingkat emosinya yang kembali naik.

Apa akan bijak kalau aku mengatakan kondisi yang sebenarnya terjadi saat itu? Dimana aku ingin menggodanya dan membuatku harus bertelanjang bulat di depan matanya?

Tiba-tiba aku merasakan pelukan kak Kenneth saat aku sadar dari lamunanku. "Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu." Ujarnya kembali membuat dadaku sesak. "Berjanjilah kau akan memberi tahuku kalau Sean membuatmu menangis atau dia memperlakukanmu dengan tidak baik nanti."

Akhirnya pertahanan airmataku runtuh. Aku selalu bersama Alexis dan Alexis yang selalu menjagaku selama ini. Aku juga kak Kenneth tidak terlalu dekat, sedekat aku dan Alexis. Tapi aku sadar kalau kak Kenneth selama ini berusaha menjagaku dengan caranya sendiri.

Aku membalas pelukan kak Kenneth. Dengan suara yang bergetar karena isakkan, aku menjawab permintaan kak Kenneth. "Kakak tenang saja. Kakak tidak akan mendengar kabar itu dariku karena Sean akan menjagaku, juga mencintaiku sebagaimana kakak terhadapku."

"Bagaimana kakak bisa tenang kalau adik kakak yang paling kakak sayang akan tinggal jauh nanti?" Gumam kak Kenneth. Kemudian ia melepas pelukannya dan mengusap airmataku yang mengalir. "Kunjungi kami sesering mungkin. Kalau Sean tidak mengijinkanmu pulang, biar kakak yang menjemputmu kesana dan membawamu pulang sendiri."

Aku tergelak mendengar keposesifan kak Kenneth yang sejujurnya... tidak pernah ku dengar.

"Jangan tertawa, karena kakak serius!" Gerutunya menjawil pipiku. "Kau harus bahagia, atau kakak sendiri yang akan membawamu pulang lalu kakak akan menikahkanmu dengan Alexis."

Aku tersenyum kecil dan mengangguk. "Aku mengerti, Kak." Lalu aku kembali memeluk kak Kenneth dengan lebih erat. Karena mungkin saja kesempatan seperti ini tisak akan datang lagi begitu aku pindah ke Korea, kan? "Terima kasih..." terima kasih karena kakak sudah membuat Sean dan aku bertemu.

***

Tbc

Semoga gak membosankan ya 🙏 sudah mendekati ending.

Seperti judulnya, dan isinya. Persiapkan hati kalian untuk mengucapkan selamat tinggal dan melepas Kelly ke pintu kebahagiaannya ✌✌

Author kece badai tsunami pamit ke lapak sebelah untuk update!

EH YA! YANG PENASARAN SIAPA CEWEK DI LOVE BY ACCIDENT, KUY MERAPAT! 😉

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro