Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

50. What Happen to Me? (2)

Aku langsung disambut oleh pelukan pinggangku begitu aku masuk dua langkah ke dalam ruangan Sean.

"Maafkan aku, Kelly. Maaf kalau kemarin aku membuatmu kesal. Maaf." Ucapnya, atau lebih tepatnya ia berbisik di telingaku.

Aroma Sean yang biasanya menenangkanku dan sering ku ciumi setiap aku tidur di pelukannya, kini membuatku mual. Lebih mual dari telur buatan Mommy tadi.

Aku mendorong dada Sean sekuat tenagaku lalu Sean terkejut.

"K-kau kenapa, Kelly?" Sean baru akan mendekat, tapi aku sudah merentangkan tanganku dan berjalan mundur.

"Jangan mendekat!" Suaraku kembali meninggi dan aku kembali menyesal.

"Kelly, i said i'm sorry. Kau mau aku berlutut? Aku akan lakuka-"

"Berhenti. Kau berlutut, aku akan menendangmu!" Ancamku yang juga membuatku terkejut mendengarnya.

"Kelly..." ia memanggil dengan nada memelas. "Apa yang terjadi padamu?" Tanyanya putus asa.

"Aku tidak tahu, tapi aku mohon berdiri dengan jarak 5 meter dariku. Maaf. Aku... mungkin aku sedang sensitif menjelang siklus bulananku." Aku mencari alasan yang memungkinkan. Alasan itu juga yang sedang kucoba yakini selain alasan aku jenuh pada Sean.

Sean mengangguk dan melangkah mundur mengikuti kemauanku. Sudut kecil hatiku merasa kepuasan saat melihat Sean mengabulkan permintaanku ini.

"Apa itu artinya kau tidak akan kembali pulang bersamaku lagi hari ini?" Tanyanya dengan raut wajah sedih.

"Maafkan aku." Hanya itu yang bisa ku katakan.

"Kalau makan siang, kau mau menemaniku, kan?" Tanyanya masih berharap, tapi kemudian aku menggeleng. "Sampai kapan?" Tanyanya sangat putus asa. Aku jadi merasa sedih karenanya sekarang.

"Hanya untuk sementara, Sean. Aku juga tidak tahu kenapa aku..."

"Baik, aku mengerti." Selanya seperti mencoba mengerti keadaanku. "Apa kau akan marah kalau aku memintamu ambil cuti sampai kau pulih? Aku rasa beban pekerjaan ini yang membuatmu jadi sensitif."

Aku mempelototi Sean. Dia gila? Acara dalam hitungan hari dan dia memintaku ambil cuti?

"Baik, tidak usah kau jawab. Aku tahu kau keberatan." Ia menghela nafas pasrah. "Just... jangan membuat dirimu kelelahan, Kelly." Pintanya berharap. Sorot matanya menatapku dengan lembut.

Aku menarik senyumku kemudian mengangguk. "Sekali lagi maafkan aku."

"Berjanjilah kalau ini hanya sementara, dan kau akan kembali menjadi Kelly yang ku kenal lagi secepatnya."

Aku terkekeh dan mengangguk yakin. Aku juga yakin ini hanya sementara, karena hatiku masih bergetar setiap kali melihat senyumannya.

***

Aku kembali lagi ke Apartemen keluargaku malam ini. Tapi tidak seperti kemarin, malam ini Ruangan yang biasanya lenggang itu mendadak ramai dikunjungi oleh seluruh anak juga cucu Mommy dan Daddy. Tidak ketinggalan, Bibi Rere dan Om Alvero juga Alexis ikutan meramaikan Penthouse keluargaku.

Aku mendadak pusing melihat keramaian kecil ini.

"Apa ada yang berulang tahun hari ini?" Tanyaku begitu masuk ke ruang keluarga.

"Kelly, ayo duduk. Sudah lama aku tidak melihatmu." Kak Kenneth tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya memanggilku.

Memang sudah lama aku tidak bertemu dengan kak Kenneth. Semenjak hari lahiran kak Alle, kurasa.

Dan setelah Sean mengatakan peranan kak Kenneth dalam mengalihkan perusahaan kepadaku, aku juga belum pernah lagi menemuinya untuk meminta penjelasan karena sudah membodohiku.

Kak Kenneth seakan mengerti arti tatapanku, maka iapun terkekeh kecil saat aku menghampirinya

"Jadi bagaimana, Nona pemilik KK Jewelry?" Ia berbisik di telingaku lalu terbahak melihat wajah merahku. Ternyata memang kak Kenneth tahu!

"Kau...!" Aku menatapnya penuh ancaman.

"Jadi benar, Kelly? Kau sudah punya kekasih?" Kak Keira menyela sambil menyikutku. "Kenapa kau tidak pernah memberitahu kami? Dan kenapa Kak Kenneth bisa tahu lebih dulu?"

Aku menatap kak Kenneth lagi, namun yang kutatap hanya menggidikkan bahu melepas tanggung jawabnya.

"Kau sudah punya pacar? Kenapa tidak pernah di bawa pulang?" Tanya Daddy ingin tahu. "Siapa? Daddy kenal?"

"Mungkin Daddy pernah melihatnya dulu di pernikahan kami. Karena kebetulan, Sean teman kami." Kak Alle menjawab sambil tersenyum kepadaku. Tangannya menggendong Ethan yang masih tertidur pulas ditengah kebisingan keluarga kami.

"Kenapa tidak pernah kau perkenalkan pada kami?" Desak Mommy ingin tahu? "Terlalu tampan sampai kau simpan sendiri?"

Tawa orang-orang di sekitarku meledak.

Aku semakin sakit kepala.

"AHHHH! Jangan-jangan laki-laki asia tampan yang dulu pernah kesini untuk memberimu bunga saat kau sakit dulu, ya?!" Mommy memekik tiba-tiba, mengejutkan semua orang disana. Bahkan Ethan saja sampai terbangun dan menangis.

"Kalau yang mommy katakan adalah laki-laki Asia, maka kurasa iya. Mungkin yang Mommy lihat adalah Sean." Kak Kenneth yang menjawab pertanyaan itu.

"Wah... selamat, Kelly. Akhirnya kau punya pacar lagi. Semoga kali ini berjalan lancar, ya." Kak Keira menyelamatiku. Tapi yang kurasa adalah ia sedang menyindirku karena percintaanku yang terakhir dengan suaminya yang sekarang tidak lancar sama sekali. Ugh!

Nicholas seperti merasakan sindiran itu, karena setelahnya, ia mencubit pinggang kak Keira hingga kak Keira bungkam.

"Lalu apa Alexis sudah tahu? Kau kan yang paling dekat dengan Kelly. Pasti Kelly selalu bercerita padamu, kan?" Mommy bergantian menanyai Alexis yang dari tadi diam di tempatnya dan hanya tersenyum sekenanya.

"Ya... kurang lebih begitu." Jawabnya yang langsung membuatku menuai protes dari keluargaku.

"Jadi kapan kau berencana memperkenalkan kekasihmu itu? Daddy mau bicara padanya." Tanya Daddy. Tangannya dilipat di dada, menandakan kuasanya yang tidak mau terbantah.

"Secepatnya, Dad. Kami masih sibuk dengan pekerjaan kami." Kilahku.

Kak Kenneth menyeringai, "aku juga ingin bicara dengannya. Kali ini bukan sebagai rekan kerja, melainkan kakak yang memperingati kekasih adiknya untuk tidak menyakiti adik kesayanganku yang satu ini."

Aku merinding. Aku tahu, 'memperingati' dalam kamus kak Kenneth itu tidak pernah berarti baik.

"Sebenarnya..." aku melirik kearah Alexis ragu. "Sebenarnya Sean juga ingin segera kemari bertemu kalian. Dia ingin... ehm... ingin membicarakan rencananya untuk mengajakku menikah..."

Hening.

Satu detik.

Dua detik.

Kemudian keriuhan dimulai kembali.

"Bagaimana bisa memikirkan hal itu sebelum menemui kami?!" Protes Daddy.

"Kau masih terlalu muda sepertinya, Kelly. Paling tidak, tunggulah 2 tahun lagi." Usul Mommy.

"Terlalu muda." Tambah kak Keira.

"Sangat muda! Hei, aku saja menikah dengan Alleira saat aku berumur 26 tahun!" Protes kak Kenneth. "Kau baru 22, Kelly. Kakak akan meninju Sean kalau sampai berani menikahimu secepat ini."

Mommy meraih bahuku dan menatapku serius. "Kau tidak hamil kan, Kelly?"

Aku meneguk ludahku lalu menggeleng.

"Aku akan mengirimnya ke peti mati kalau berani menyentuhmu, Kelly." Ancam kak Kenneth. "Aku mengijinkannya mendekatimu bukan untuk menyentuhmu dan merusak masa depanmu."

"Kenneth." Kak Alle menyentuh bahu kak Kenneth untuk menenangkannya.

Sedangkan aku diam-diam meneguk ludahku lagi.

"Sudah, bicarakan pernikahan ini lain kali. Bawa Sean pulang. Daddy mau bertemu dan bicara dengannya." Potong Daddy menghentikan kericuhan yang terjadi.

Bagaimana ini? Aku saja sedang alergi pada kehadiran Sean. Bagaimana aku bisa mengaja Sean kesini? Aku membatin panik.

"Aku juga ingin bicara dengannya." Suara Alexis memecahkan keheningan yang terjadi. Ia menarik senyumnya saat tatapan kami terarah kepadanya. "Aku juga perlu menyumbang sepatah dua patah kata, kan?"

Ah... kepalaku pusing.

***

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro