Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

47. Another Trouble.

Aku terbangun saat merasakan remasan kecil di dadaku. Aku terkejut hendak berteriak, namun saat mendengar dengkuran kecil di belakangku, aku urung.

Malam kemarin adalah malam terliar dihidupku. Aku yakin aku akan di gantung hidup-hidup oleh Mommy kalau Mommy sampai tahu apa yang aku dan laki-laki di belakangku telah lakukan semalaman. Bukan hanya sekali, melainkam berkali-kali.

Pertanyaan Louisa mengenai status kelakian Sean ku tendang jauh-jauh. Tidak ada Gay yang bercinta sehebat kemarin.

Bahkan seluruh tulang di tubuhku sudah mau lepas semua dari sendi-sendinya sekarang.

Satu kata untuk menggambarkan kemarin. GILA!

Aku merasakan nyeri di bagian bawahku saat hendak bergerak aku meringis menyadari akibat dari kemarin malam.

Bagaimana aku bertemu Alexis siang ini?

Pelukan di pinggangku mengerat dan tubuh yang tadinya tenang di sebelahku menjadi tidak bisa diam. Dehaman terdengar menggantikan degkuran, juga tangan yang tadinya berada di dadaku, kini melingkar erat di pinggangku. Kecupan kecil hangat kurasakan di ceruk leherku.

"Good Morning, Love." Sapanya dengan suara serak.

Aku terkejut saat merasakan benda keras menusuk pinggulku ketika kakinya melingkar dan benar-benar menjadikanku guling hidupnya.

"Sean!" Pekikku berbalik sedikit.

Sean sudah menyeringai meskipun matanya masih terpejam.

Oh God. Today gonna be a long day.

Aku hanya bisa pasrah saat Sean kembali membalik tubuhku kearahnya dan melakukannya lagi untuk kesekian kalinya.

***

"Kau yakin tidak mau beristirahat saja?" Tanyanya sambil mengikat simpul dasi di depan cermin.

Aku baru selesai memoleskan wajahku dengan bedak tipis saat mendengar pertanyaan yang terdengar seperti perintah itu.

"Deadline cara tahunan People sebentar lagi, Sean. Aku harus menyelesaikan baju-baju itu secepatnya." Jawabku sambil memastikan penampilanku di depan kaca.

Aku terlihat seperti orang penyakitan dengan mengenakan turtle neck berlengan panjang juga celana bahan sebagai pakaian kerjaku. Ini karena bercak kemerahan yang ditinggalkan kekasihku semalam dan baru kusadari saat mandi tadi.

"Kau benar..." ia menghampiriku dan memelukku dari belakang. "Apa menurutmu kita bisa menyelipkan rencana pernikahan sebelum acara tahunan itu?" Tanyanya lembut sambil bergelayut manja memelukku.

Aku terbelalak, menatap Sean dari bayangan kaca meja rias seakan Sean baru mengatakan kalau Justin Bieber akan datang membuat kostum padaku ditengah padatnya pekerjaan yang menunggu.

"Kau gila!" Pekikku.

"You know i'm not." Ia terkekeh lalu mengecup pipiku. "Aku tahu ini mendadak. Tapi aku juga tidak tahu kalau aku akan lepas kendali semalam." Sesalnya. "Aku tidak menggunakan pengaman, kau ingat?"

"Ck! Aku tidak akan hamil dalam waktu dekat. Aku sedang tidak dalam masa suburku." Aku mengingat-ingat tanggal kalender yang kemarin ku lihat di kantor saat aku membuat proposal laporan perjalanan. "Kau tenang saja. Lebih baik kita selesaikan acara tahunan itu dulu, baru bicara mengenai rencana pernikahan. Bagaimana?" Aku menanyai pendapatnya atas usulku.

Dari wajahnya ia terlihat keberatan, "Aku tidak tahu... setelah semalam, aku tidak yakin bisa menahan nafsuku lagi padamu."

Blush

Jawaban terjujur dan polos yang pernah kudengar. Sean berbicara dengan begitu datarnya membuatku malu mengingat hal semalam dan pagi tadi.

Sean terkekeh melihat Reaksiku dan memutuskan untuk mengecup pipiku dengan beringas. Bahkan aku bisa merasakan gigi-giginya menggigit pipiku yang lumayan tembam.

"Kau menggemaskan."

HEI! ITU KATA-KATAKU!!! Protesku tertahan.

***

Aku berjalan dengan langkah kecil dan sedikit mengangkang seharian ini.

Hari ini aku bekerja di Kantor Sean untuk menyelesaikan kurang lebih 300 design yang harus ku realisasikan menjadi sebuah mahakarya untuk acara tahunan itu. Seperti janjinya, Sean memperkerjakan 10, bahkan 50 asisten untuk membantuku dalam hal itu.

Memang 300 design dalam 1 bulan kemarin terdengar mustahil. Tapi ternyata Sean juga mempertimbangkan design-design lamaku yang belum pernah ku realisasikan. Jadi dari sana, aku hanya perlu merevisi sedikit juga menyesuaikan dengan perhiasan dari design NK Jewelry.

Yang merepotkan adalah proses realisasi ini.

Aku hanya berdoa semoga dalam 1 bulan, semua sketsa itu bisa di jadikan suatu benda nyata tepat waktu.

Untuk sementara aku bisa bernafas lega karena Asisten yang Sean pekerjakan, cukup telaten dan berpengalaman dalam hal menjahit.

Sementara 50 asistenku bekerja di ruangan khusus, aku juga bekerja di ruangan khususku sendiri di dalam ruang kerja Sean.

Perintah atasan, tidak bisa ku bantah, kan?

"Masih banyak?" Sean tiba-tiba muncul di belakangku dan mengecup pipiku. Satu kebiasaannya sejak kemarin, kurasa.

"Kau benar-benar mau aku menjawabnya, tuan Kim? Aku bahkan baru mulai mengukur bahannya." Aku terkekeh menanggapi pertanyaan Sean barusan.

"Aku mau mengajakmu makan siang." Sean melingkarkan tangannya memelukku.

Aku terkejut dan spontan menoleh kearah jam yang sudah menunjukan pukul 12 siang. OH JANJIKU DENGAN ALEXIS!

"Sean, maaf. Tapi aku harus pergi. Aku sudah janji dengan Alexis untuk menemaninya makan siang." Aku melepaskan diri dengan tergesa-gesa dari pelukan Sean. Kemudian aku baru sadar kesalahan omonganku barusan saat melihat perubahan raut wajah Sean yang berganti secara drastis.

"Maksudku, aku sudah berjanji kemarin. Jadi..."

"Apa aku tidak boleh ikut?" Tanyanya.

Masalahnya aku belum bercerita pada Alexis. Alexis akan sakit jantung kalau sampai tahu aku dan Sean berpacaran, bahkan akan segera menikah! Aku menatap Sean, memintanya untuk mengerti karena aku tidak bisa mengatakan alasan aku menolaknya ikut.

"Baiklah. Kau berhati-hatilah." Sean menghela nafas. Memilih untuk mengalah seperti biasanya. "Kau mau aku antar? Atau Alexis yang menjemputmu? Atau kau mau mengendarai mobil sendiri?" Tawarnya tidak sesemangat tadi.

"Kurasa aku mengambil pilihan ketiga. Aku akan pinjam mobil kantor saja." Aku tersenyum kecil. Berjalan memeluk Sean sebagai ucapan terima kasihku atas perhatiannya.

"Bawa mobilku saja. Aku tidak keluar lagi. Selera makanku hilang." Ia berkata pelan. Aku tahu dia sedang cemburu sekarang. Ia pasti cemburu pada Alexis karena ucapan terakhir Grandpa.

"Aku akan membawakan makanan untukmu." Putusku sambil mengecup pipinya. Berharap dengan demikian, Sean akan sedikit meredakan cemburunya pada Alexis. Aku mengambil kunci mobil dari tangannya yang sudah sejak tadi ia pegang dan berjalan kearah pintu. "Jangan sentuh pekerjaanku! Aku akan segera kembali." Aku memperingatkan sebelum benar-benar pergi.

Sean hanya membalas dengan senyuman dan juga lambaian. Tapi jauh di dalam sana, aku merasa kalau ia tidak rela melihatku berjalan sendiri melewati pintu ruang kerjanya. Laki-laki menggemaskan indeed. Aku terkekeh.

***

Kakiku melangkah perlahan masuk ke salah satu restoran meksiko yang terkenal dengan burritonya.

Mataku mengedar ke sekeliling, mencari sosok Alexis di kerumunan manusia kelaparan di jam makan siang.

Aku dikejutkan oleh rangkulan di belakangku, dan aroma khas vanila yang Alexis miliki tercium oleh hidungku.

"Ah... semua bangku penuh." Ia berkomentar sambil menatap sekeliling, sedangkan aku sedang menatapnya dengan mata melotot.

"Bagaimana kalau in-n-out Burger? Aku sepertinya ingin makan junkfood hari ini."

Aku berdecak dan menggeleng. "Ayo cepat. Aku harus kembali ke kantor menyelesaikan pekerjaanku." Sedikit kesal karena Alexis mengganti keputusannya secara tiba-tiba disaat aku sudah sudah payah menyetir dengan kondisi nyeri di bagian bawahku.

Aku berbalik mendahului langkah Alexis. Aku berusaha menormalkan langkah kakiku, sebisa mungkin aku harus berjalan normal meski nyeri itu masih terasa.

"Kau baik-baik saja?" Alexis sudah menghampiriku dengan mudahnya.

"Ya... kakiku hanya sedikit sakit." Bohongku.

"Kau bawa mobil? Aku tidak lihat mobilmu di parkiran." Alexis menanyaiku seakan sedang mengintrogasi.

Lagipula, bagaimana dia bisa tahu kalau yang kugunakan adalah mobil Sean.

"Aku pakai mobil kantor." Jawabku. Aku tetap melangkah menghampiri mobilku yang ternyata terparkir di sebelah mobil Alexis.

"Kemana mobilmu? Kenapa kau tidak memberitahuku saja? Aku bisa menjemputmu!"

Rasa nyeri ini, juga kecerewetan Alexis membuatku semakin sensitif atas rentetan pertanyaan Alexis yang mengharuskanku untuk berbohong dan berbohong.

Akhirnya aku mencubit pinggang Alexis hingga ia mengaduh. "Kau cerewet sekali, Grandpa! Jangan terlalu cerewet atau gadis-gadis akan lari darimu!" Gerutuku sambil menggembungkan pipi.

"Aku tidak butuh mereka. Yang kubutuh hanya dirimu."

Langkahku memasuki mobil terhenti. Dengan tatapan ngeri dan terkejut, aku perlahan menolehkan kepalaku kearah Alexis.

Alexis tersenyum lebar seakan tidak ada yang salah dengan ucapannya barusan. "Kau tahu? Move on itu sulit, Kelly. Apalagi kalau menyangkut dirimu."

Hening. Suara mobil berlalu lalang juga ucapan Alexis barusan bergantian masuk ke kesadaranku.

Wajahku memerah, "Jangan bercanda!" Desisku lalu masuk kedalam mobil meninggalkan Alexis.

Ah... bagaimana aku menceritakan hubunganku dengan Sean?

***

Tbc

Gak double, ayem sorry

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro