Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

39. Que Sera, Sera.

Que sera, sera.
Whatever will be, Will be.
The future not ours to see
Que sera, sera
What will be, will be.
- Que sera, sera - Doris Day

***

"I thought i know what love is before. But after i saw you, and knew you. I realize, the love that i knew was wrong." Ia menggenggam jemariku erat, tidak lagi memainkannya. "This... is what love feels like. And the fun fact is i only feel this way only toward you. I don't know about you, but i love you, Kelly. All about you."

Aku menahan nafasku saat mendengar penuturannya.

Ini benar-benar gawat. Aku bisa kehabisan nafasku kalau begini terus.

Tapi kalau begitu... bagaimana dengan perjodohan yang Alana katakan? Apa itu artinya aku masih memiliki kesempatan untuk mencegah perjodohan itu? Dan apa ini artinya waktuku memiliki cinta yang hanya untukku sudah tiba?

Aku terkejut saat melihat Sean berlutut di hadapanku yang masih duduk mematung di sofanya, ia menggenggam tanganku erat dan menatapku lurus saat ia kemudian berkata...

"Will you be my Mrs.Kim, Kelly?"

***

Aku tidak pernah menyangka kalau pertanyaan itu akan bisa kudengar dalam waktu dekat ini, atau lebih tepatnya hari ini.

Maka ketika pertanyaan itu diberikan padaku, tidak ada kata apapun yang bisa ku keluarkan selain...

"Are you being serious right now?"

"Selain meyakinkan kedua orang tuaku akan pilihanku memberikan perusahaanku untukmu, aku tidak pernah lagi seserius ini sebelumnya." Jawabnya lugas.

"L-lalu... bagaimana dengan perjodohanmu?" Tanyaku.

Sean mengernyit lalu menyipit kearahku. "Perjodohan?" Ulangnya bingung. "Siapa yang dijodohkan dengan siapa?" Tanyanya.

"Kau... dengan entah siapa." Aku menunduk, menatap tangannya yang masih menggenggam tanganku dengan erat.

"Siapa yang mengatakan hal ini padamu?" Goyangan kecil di tanganku membuatku mendongak untuk menatap matanya yang sejajar denganku. "Jangan katakan... Alana menemuimu selama aku di Korea?"

Aku terdiam, dan kediamanku dijadikan sebagai jawaban meskipun memang tebakannya benar adanya. Alana memang menemuiku dan dia yang mengatakan hal ini pada-

Mataku melebar menyadari sesuatu, "Aku dikerjai Alana lagi?!"

Mendengar pertanyaanku, Sean bukannya menjawab, ia malah tertawa kecil. "Kurasa begitu. Gadis itu benar-benar..." ucapan Sean tergantung, dia tidak melanjutkan kata-katanya namun ia hanya menggeleng. Sama tidak percayanya denganku.

Setelah istri, sekarang Alana mengerjaiku lagi? What the hell is wrong with her?!

"Jadi tidak ada perjodohan?" Tanyaku memastikan.

"Sejauh ini Eomma dan Appa* (Ibu dan ayah) masih menghargai keputusanku untuk memilih pasangan hidupku sendiri." Sean mengerling seakan menggodaku. Wajahku memerah menyadari kebodohanku.

Aku berjanji hal selanjutnya setelah menyelesaikan masalah dengan Joshua adalah Alana. Wanita muda itu benar-benar menguji batas kesabarank-

Pemikiranku terputus setelah kecupan lembut mampir di bibirku. Sentuhan di pipiku menambah kehangatan yang sudah ada di wajahku.

"So, may i have your Answer, Kelly?" Bisiknya tepat di depan wajahku. Ia masih berlutut di depanku, tidak beranjak sama sekali dari sana.

Aih... kenapa kembali ke topik ini lagi? Aku mengutuk ketidak siapanku untuk memberinya jawaban.

Aku masih ragu akan beberapa hal. Meskipun aku yakin mengenai perasaanku, tapi aku masih takut untuk menerimanya. Yang sedang ia bicarakan disini adalah selamanya, bukan sementara. Bagaimana kalau nanti kita menyadari kalau ternyata kita tidak cocok satu sama lain? Ah... pemikiran negatifku lagi!

Terlalu banyak hal abu-abu yang belum aku ketahui mengenai Sean. Kurasa menerima lamarannya adalah hal terburu-buru yang memiliki resiko tinggi.

"Ah... kenapa aku merasa kalau aku akan kembali di tolak?" Wajah Sean menjauh dan ia tersenyum getir sambil menatapku.

Aku mengerjap sekali. Sirat kekecewa di wajahnya membuat hatiku lebih sakit dibandingkan saat aku mendengar rencana perjodohan yang Alana katakan.

Aku bisa mati melihat kekecewaan Sean. Kapan dia bisa berhenti menggemaskan seperti ini?

Aku membingkai wajahnya dengan tanganku, entah apa yang terjadi nantinya, aku tidak akan pernah tahu. Yang aku tahu adalah aku masih bisa mencegahnya sekarang. Menunggu sedikit lebih lama, mungkin bukan hal yang terlalu buruk, kan?

"Aku selalu berpikiran negatif, Sean. Aku selalu takut tanpa alasan yang jelas, atau bisa dikatakan, aku takut akan pikiranku sendiri." Aku bergumam kecil. "Bahkan sampai sekarang, aku masih ragu apakah kau benar-benar baru saja melamarku, atau tidak. Aku memikirkan segala macam kemungkinan dan alasan yang aku tidak tahu apa itu benar atau tidak."

Sean baru akan membuka mulutnya tapi aku segera mencegahnya. "Aku ingin kau mendengarku. Baru setelahnya kau boleh bicara." Pintaku. Sean kembali menutup mulutnya. Aku membantunya untuk berdiri dari posisi berlututnya dan duduk di sebelahku. Tanganku berganti meraih tangannya, dan mataku menatap matanya dengan segenap sisa keberanianku.

"Aku pernah mencintai beberapa kali, dan hasilnya selalu tidak berujung baik. Dan aku tidak yakin apa kali ini... bisa berakhir dengan baik atau tidak. So... can we... take things slowly? Aku juga perlu meyakin hatiku dan diriku kalau kali ini... akan berhasil." Aku terbata-bata menyelesaikan ucapanku. Tapi pada akhir kalimat, akhirnya aku merasa lega dan bisa tersenyum. Beban yang ku panggul, juga hal yang mengganjal di kerongkonganku seakan menguap.

"You mean... like dating?" Tanyanya. Binar matanya berpancar penuh harap dan menambah ketampanannya melonjak berkali-kali lipat.

Aku tergelak dan mengangguk, "ya. Just like dating." Ujarku menyetujui perumpamaannya. "But i can't promise you anything in the future."

Sejak kami memasuki ruangan ini dan memulai pembicaraan kami, baru kali ini aku bisa melihat tawa kelegaan muncul di wajah Sean. Aku jadi merasa telah memilih pilihan yang tepat untuk take things slow dan tidak terburu-buru menerima lamaran Sean. Aku dan dia memang butuh waktu untuk lebih mengenal satu sama lain lagi. Kurasa...

"Don't worry about future. It's mine to take care of." Ucapnya penuh keyakinan, kemudian ia menarikku kedalam pelukannya, memelukku erat sambil menghujani puncak kepalaku dengan kecupannya. "Thankyou, Kelly. Thankyou." Ulangnya disela-sela kecupannya.

"Ku kira kau akan pingsan?" Tanyaku menggodanya.

Aku kembali teringat akan perkataannya yang akan pingsan saat aku menerima lamarannya dulu.

Sean tergelak dan tangannya membingkai wajahku, "hampir. Tapi sayangnya, kau belum menerima lamaranku secara resmi, kan?" Gemasnya.

Benar juga. Aku ikut tertawa.

Rasanya menyenangkan sekali. Setiap kata yang diucapkan Sean terasa menggelitik hatiku sekarang. Apa begini menyenangkannya dicintai?

Aku tidak pernah menghindar saat Sean menciumku sebelumnya meski otakku memikirkan 1000 pro dan kontra akan status Sean yang ber istri, memiliki obsesi pada kak Alle, maupun sedang menjalani perjodohan.

Dan kali ini, saat kami sudah secara resmi berkencan, aku semakin tidak memiliki alasan untuk menolaknya karena memang aku merindukan kecupan itu.

Bahkan tanganku bergerak jahil dengan membuka kemejanya.

1000 pro dan kontra yang sempat mampir di kepalaku menghilang berganti dengan 1 pro dan kontra akan apa yang akan terjadi saat Sean sudah membawaku ke dalam kamarnya dan membaringkanku di atas kasur, menatapku dengan pandangan gelapnya dengan tubuh setengah telanjang akibat ulahku.

Kontra yang terpikirkan olehku adalah apa Reaksi Alexis dan keluargaku kalau mereka mengetahui kebandelanku yang satu ini?

Pro yang terpikirkan adalah... kami bisa saling mengenal luar dalam. Dimulai dari yang polos.

Dan saat aku mengangguk kecil memberikan persetujuan untuk Sean melanjutkannya, pro dan kontra itu tertendang jauh.

Que sera, sera. Apa yang akan terjadi, terjadilah.

***

Tbc

Cie kelly cieeeee

Cieee yang mesum marah-marah iya iyanya dipotong cieeee

😂😂😂😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro