Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 24- Ajakan dan Paksaan

Chapter 24
Ajakan dan Paksaan

Bagi Seana, mungkin ini rasanya tertangkap basah menguping pembicaraan. Ia hanya bisa menghela napas berat, dengan sesekali mencuri pandang ke arah Rexilan dan Keinzq. Wajahnya gundah.

Dalam pandangan Seana. Ayah Rexilan terkesan masih mudah untuk gelar yang ia miliki. Mungkin sekitaran 28-30 tahun.

Keinzq sendiri tersenyum tipis menatap Seana dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sesaat setelah netra keduanya saling beradu.

"Cih, jadi dia gadis yang dibicarakan itu?" ejek Keinzq dengan tangan terlipat di depan dada.

Seana tak berucap apapun. Tapi raut wajahnya, kian berubah-ubah.

"Maaf," ucap Seana dengan sangat lirih. Bahkan nyaris tidak terdengar. "Bukan maksudku untuk menguping pembicaraan kalian. Tapi ....," Kalimatnya terputus.

"Kembali saja ke kamarmu," sela Rexilan datar, "atau kau ingin membicarakan sesuatu denganku?"

Keinzq menatap sang putera sebentar. Lalu berpaling kepada Seana.

"Kau sangat menarik gadis muda." Dia lalu menatap Kazu yang sedari tadi menatapnya nyalang.

"Huh, bocah hantu aneh. Dari pada gentayangan. Bagaimana jika kau menjual ragamu pada Iblis?"

"Aku tidak mau!!!" teriak Kazu dengan sekuat tenaga. "Paman tidak boleh melukai kakakku!"

Seana sendiri, cukup terkejut mendengar hal tersebut. Ini mungkin kedua kalinya, ia bisa mendengar suara Kazu yang nyaring dan terdengar jelas.

Sebenarnya, alasan Seana turun ke bawah adalah mencari makanan. Tapi siapa yang tahu, kalau dia akan bertemu Rexilan dan ayah kandungnya yang tengah bertengkar.

Suasana pun makin runyam, saat dia secara tidak sengaja menguping pembicaraan mereka. Sekarang Seana pun tak tahu harus melakukan apa.

Sedari tadi, netranya menatap penuh harap pada Rexilan. Mencoba mengirim sinyal permohonan maaf lewat tatapan mata. Tapi sepertinya Yue tersebut tidak mengerti dan menangkap kode yang dimaksud oleh Seana.

"Aku pergi." Tahu-tahu saja, malah Rexilan yang berjalan pergi meninggalkan Keinzq.

"Rexilan tunggu! Kita belum selesai bicara!" teriak Keinzq.

Tapi percuma saja, Rexilan semacam tuli mendengar teriakan sang ayah. Tanpa berpikir panjang. Seana pun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menghilang ke dapur.

Tapi alangkah terkejutnya dia. Saat sosok ayah Rexilan, tahu-tahu sudah berpindah ke hadapannya.

"Kau pikir, kau bisa kabur dariku? Tidak seorang pun wanita yang bisa lepas dari jangkaunku."

Keinzq tersenyum tipis. Lalu jari lentiknya menyentuh dagu Seana. Kemudian memalingkan sedikit wajah Seana ke kanan dan ke kiri. Di dekatkan sedikit wajahnya untuk menilai wajah Seana.

"Lumayan," ujarnya seraya menjauhkan wajahnya.

Ada wewangian maskulin yang terendus dalam indra penciuman Seana. Wanginya sangat lembut tapi entah mengapa terasa berkelas.

"Apa aku akan dihukum?" tanya Seana serak. Sedari tadi jantungnya berdebar cepat. Tapi dia masih bisa mengontrol laju detak jantungnya.

Sekarang, ditatap begitu intes oleh si raja iblis. Membuat nyali Seana semakin menciut.

Melihat manusia fana yang begitu ketakutan. Tapi masih berusaha mencoba tenang. Membuat perasaan Keinqz sedikit merasa geli.

"Aku punya sesuatu untukmu."

.
.
.

"Coba ulangi sekali lagi?" seru Rexilan tak percaya. "Apa kau barusan memintaku ke Neraka? Apa kau tahu, Neraka itu kayak gimana?"

"Dengar dulu penjelasanku," bujuk Seana. "Urk atau apapun itu pasti akan terus menyerang dunia manusia. Mika pasti mengincarmu, selama kau ada di sini. Itu akan membahayakan dunia kami."

Entah apa yang dibicarakan Seana dan Keinzq. Tapi Rexilan menebak, ayahnya ini sudah mencuci otak Seana.

"Itu urusanku. Kau tak perlu memikirkan itu." Rexilan yang hendak menutup pintu kamar. Dicegat dengan cepat oleh kaki Seana yang menghadang.

"Ini jadi urusanku. Ibuku secara tidak langsung menjadi korban. Aku masih berduka tentang ini. Dan aku akan melakukan apapun untuk mencegah Mika melakukan kejahatan yang lebih dari ini."

Sorot mata Seana nampak berapi-api. Seharusnya, Rexilan menyadari. Bahwa Seana bisa nurut sampai berada di asrama karena permintaan Syam kepada Rexilan untuk menjaga adiknya.

Syam masih di rumah sakit. Dan Rexilan tidak bisa meninggalkan Seana di rumahnya sendirian. Para Urk itu mungkin akan mengincarnya.

"Kau mau makan apa?" tanya Rexilan setelah terdiam beberapa saat.

"Jangan mengalihkan pembicaraan!" protes Seana.

Rexilan menghela napas berat.

"Besok kita ke rumah sakit."

"Oh, jelas dong!" tekan Seana

Rexilan sendiri terlihat kehilangan fokus pembicaraan. Dia tak tahu, apalagi yang harus diucapkan pada Seana. Pikirannya terlalu bercampur aduk memikirkan ini dan itu.

"Kita ketemu nanti malam."

Dan begitu saja, pintu ditutup dengan kasar di depan wajah Seana. Gadis remaja itu hanya mengumpat kesal perbuatan Rexilan.

.
.
.

Keinzq yang kini tengah berjalan di antara koridor panjang. Mendadak berhenti melangkah. Rambut panjangnya yang terurai dibalik punggung. Tertiup oleh hembusan angin.

Seorang pria tua berpenampilan sepuh. Membungkuk hormat terhadap punggung Keinzq.

"Yang Mulia, Nyonya tidak mengirimkan balasan apapun pada surat anda."

Ujung bibir Keinzq tertarik sedikit. Wanita yang telah mengandung dan melahirkan darah dagingnya itu masih tetap sama. Bahkan saat anak mereka menjadi sasaran empuk sebuah propoganda. Ia sendiri tidak melakukan apapun untuk menyelamatkan putra mereka.

Kedua tangan Keinzq terkepal kuat. Sam si pria tua yang merupakan abdi setia si raja iblis. Hanya bisa menunduk.

Alana Rusiana, satu-satunya makhluk dunia imortal yang mampu membuat sang raja iblis jatuh cinta setengah mati padanya. Wanita itu memang susah ditebak sejak awal.

Dengan waktu singkat. Dia mampu membuat Keinzq bertekuk lutut padanya. Tapi setelah itu, malah membuat Keinzq merasa merana bertahun-tahun.

"Sam," ucap Keinzq yang kini sudah berbalik memandang sang abdi. "Tolong awasi gadis manusia fana yang tengah bersama Rexilan. Aku punya firasat tentang dirinya."

Sam pun mengganguk begitu hormat pada titah sang tuan.

"Lalu Yang Mulia. Apakah tuan muda akan pulang ke sini?" tanya Sam.

"Entahlah. Gadis itu harus membuat Rexilan ke sini entah bagaimana caranya." Menyeringai. "Aku punya sesuatu jika dia gagal membawa bocah badung itu ke sini."

Sam menyadari senyuman tersebut.

"Jika dia gagal membawa Rexilan. Dia tahu akibatnya."

Keinqz pun mengibaskan jubahnya. Lalu kembali berjalan menyusuri lorong kerajaannya. Di lain sisi, Seana dan Rexilan malah terlibat adu mulut sedari tadi.

"Bisakah kita makan bersama dalam diam? Kepalaku sakit sejak kau terus membahas soal itu!"

Rexilan benar-benar kehilangan nafsu makannya. Walaupun demikian, ia tidak bisa membuang makanan yang sudah setengah jalan ia makan.

"Ayahmu mengkhawatirkanmu. Dunia bukan tentang milikmu saja. Semua orang punya kebahagiaan di dunia ini. Aku pun sama."

Mata Rexilan memincing tajam. Topik pembicaraan mereka terus memutar di tempat yang sama berulang kali.

Seana mengigit bibir bawahnya dengan frustasi. Rexilan mengabaikan dirinya dan mengunyah makanan lebih cepat dari sebelumnya.

Setelah makanan di atas piring benar-benar tandas. Lalu ia pun meneguk air di gelas hingga tinggal setengah.

"Aku akan kembali ke rumahku."

Air wajah Seana berubah cerah. Akhirnya, iblis itu tidak akan mengganggu Abang dan Ibu jika aku gagal membawa Rexilan.

"Tapi dengan satu syarat."

Senyum Seana memudar. "Apa?"

"Kau ikut bersamaku ke Neraka."

__/_,____/_____

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro