Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 19- Urka

Chapter 19
Urka

Anak kurang ajar, Keinzq mengumpat dalam-dalam sang putra dalam hati. Rexilan kembali memasukkan botol ingatan milik Seana dalam jubah.

Merasa pertemuan dengan ayahnya telah selesai. Rexilan pun bergegas pergi tanpa permisi. Keinzq tidak terlalu memedulikan sikap anaknya itu. Tangannya terulur untuk menuang Saju ke dalam cangkir. Tapi rupanya isi minuman tersebut telah kosong.

"Mau tambah Tuan?" Seorang wanita dengan gincu merah merekah menawarkan sebotol Saju pada Keinzq. Pria itu menolak halus.

"Anda butuh hiburan?

Keinzq melirik sekilas wanita bermata sipit tersebut dan kembali menolak pelan. Lalu beranjak pergi meninggalkan restoran.

Rexilan yang sudah kembali ke kota Onshen kembali terbang di atas langit malam. Keriuhan masih terdengar jelas beberapa meter di atas langit.

Berada di Onshen selama pesta Matsuri berlangsung adalah momen yang netral. Dan saat momen tersebut usai, kehadiran Pooja dan kawan-kawan adalah hal yang ilegal.

Berdasarkan informasi yang Otniel dapatkan. Pusat perayaan akan terjadi di tepi sungai Haku. Anak-anak kelas malam telah mengambil tempat untuk bersembunyi. Guna menanti bunyi lonceng di bunyikan. Beberapa arwah yang melintas juga melakukan hal yang sama dalam keheningan malam ini. Acara tersebut akan berlangsung selama 30 menit.

Otniel menggengam tangan Pooja dengan erat. Berharap ia dapat mengingat setiap momen yang terjadi selama ini.

"Oti," bisik Pooja, "jaga dirimu baik-baik."

Otniel tidak mampu berkata. Ia hanya meraih telapak tangan Pooja dan menaruhnya di pipinya sendiri. Mencoba untuk mengingat sentuhan tersebut.

"Di mana Seana?" Pooja tahu, ia tidak boleh menanyakan hal ini. Tapi ia tidak punya banyak waktu.

"Aku tidak bisa menjawabnya."

"Baiklah," ungkap Pooja lemah.

Gemericik lonceng pertama berbunyi lembut. Lalu memunculkan nyala api biru di tengah-tengah udara di berbagai titik. Itu adalah tanda awal pensucian yang di lakukan para Dewa. Semua arwah mulai berkumpul dan keluar dari tempat persembunyian masing-masing.

Pooja masih belum beranjak dari tempatnya. Gemericik lonceng pertama selain memberikan kesan pembukanya acara. Ia juga secara otomatis membuat perisai dari dunia luar yang disebut kekkai.

"Aku harus pergi Otniel. Di mana Seana?" Pooja rasa, ini adalah hal yang harus ia selesaikan sebelum ia benar-benar meninggalkan dunia.

"Apa itu akan membuatmu lega?" tanya Otniel.

"Tentu saja, akan jadi masalah jika hal ini menjadi beban."

Bunyi lonceng kedua, tanda panggilan untuk para arwah. Pooja hanya memiliki satu kesempatan sebelum perayaan di tutup.

"Katakan," desaknya, "mengapa Seana tidak muncul?"

"Rexilan mengembalikan waktunya."

Pupil mata Pooja melebar sempurna. Lalu perlahan-lahan kembali normal.

"Jaga Seana untukku." Hubungan Pooja dan Otniel berakhir saat gadis itu menempelkan lembut bibirnya di atas bibir Otniel. Sebelum pria itu menyadari apa yang terjadi. Pooja pun beranjak masuk ke dalam Kekkai seiring bunyi gemerincing lonceng terakhir yang berbunyi.

Otniel kehilangan kata-kata. Setelah kematian, bahkan ia harus merasa kehilangan orang yang ia cintai. Ingin dirinya menjadi egois lalu merebut Pooja kembali seutuhnya.

Tapi ia sadar, hal tersebut tidak membuat Pooja merasa bahagia. Satu-satunya harapan Otniel agar wanita pujaannya bahagia adalah ia bisa beristirahat dengan tenang.

Pelupuk mata Otniel yang awalnya basah mendadak terbelalak. Di dalam kekkai, muncul sesosok Urk yang entah dari mana asalnya, memakan semua arwah yang berada dalam pelindung dengan rakus.

Karena lokasi tersebut di lindungi. Tak seorang pun di luar kekkai yang dapat mendengar jeritan pilu para arwah yang dimakan satu persatu.

Bangsa Urk selain menyukai jiwa supranatural milik manusia. Mereka juga terkadang memakan arwah-arwah yang memiliki jiwa bersih di saat pembersihan.

Mata Otniel terbelalak tidak percaya saat ia berusaha menyelamatkan Pooja yang berlari minta tolong. Ia harus menyaksikan bagaimana diri Pooja lenyap menjadi santapan si makhluk pemakan jiwa.

Seluruh tempat di Onshen mengindentifikasi adanya bahaya dan pusat semua itu berada di tepi sungai Haku.

Rexilan melesat secepat yang ia bisa. Kubah kekkai telah porak-poranda. Dari jauh, para Dewa dan Dewi sedang berjuang mengalahkan makhluk tersebut.

"Sial! Bagaimana bisa ada Urk di Onshen?" Salah seorang penjaga kota hadir tak jauh dari posisi Rexilan.

Semua penjaga telah mengambil posisi. Masing-masing orang menggenggam katana mereka.

Dari jauh, pelupuk mata Rexilan menangkap lima siluet para Dewa. Sebesar apapun kekuatan mereka. Energi yang mereka miliki tidak akan mempan untuk mengalahkan para Urk. Hanya senjata bernama kushi yang di tempa dengan energi bayangan dan cahaya kesuncian yang mampu menghabisi mereka.

Rexilan mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Menyerang berbagai titik tubuh Urk tersebut seperti kesetanan.

Harapannya musnah untuk menjadi iblis seutuhnya. Semua pengorbanan dan kerja kerasnya menjadi sia-sia. Para penjaga yang menyaksikan sabetan milik Rexilan antara takjub dan tidak percaya. Apalagi pada jenis katana yang di miliki Rexilan.

Benda itu terlihat sangat tajam dalam menebas berbagai tubuh Urk. Tapi walaupun begitu, kerja keras Rexilan tidak cukup berhasil membuat si Urk menjadi kalah.

Pepohonan dan aliran air di sekitar menjadi beku secara perlahan-lahan. Perintah evakuasi terus bergema di tengah kota Onshen.

Tinggi sang Urk terus bertambah. Ia terus menghisap kekuatan supranatural yang berada di Onshen. Untuk inilah, perayaan harus di lakukan secara tertutup. Tapi, sampai seorang Urk bisa menyusup masuk. Itu artinya ada celah yang terbuka.

"Mika?" seru Otniel saat menyadari gadis berkacamata yang ia pikir sudah tewas bersama Pooja dan yang lainnya. Kini tengah terkikik geli di samping sebuah pohon.

"Kau baik-baik saja?" tanya Otniel dengan terkejut. Namun saat ia hendak mendekat. Tangan Mika perlahan terulur ke depan dan mengakibatkan sebuah ledakan di depan Otniel yang berhasil menghindar di detik-detik terakhir.

"Apa ... yang kau lakukan?"

"Menghabisimu. Dan kau masih bertanya?" Gadis yang biasanya pendiam itu. Kini terlihat berbeda.

"Kekuatan itu ... jangan-jangan kau-"

"Aku Urka. Si pengendali roh jahat. Terkejut? Kuharap tidak. Ini bukan sesuatu yang menghebohkan."

Otniel bukan terkejut karena itu. Yang ia tidak sangka adalah bahwa ada Urka yang selama ini di berada dekatnya. Mereka tertipu dan itu akan menyeret Rexilan ke pengadilan tertinggi bangsa bayangan.

Sosok Mika menghilang saat lamunan Otniel pudar dan tanpa pria itu sadar, Rexilan telah berdiri di belakangnya.

"Kau melakukan serangan?" tanya Rexilan yang mendengar ledakan dari Mika. Ia terbang mendekat dan mengira itu adalah perbuatan Otniel.

"Mika adalah Urka," papar Otniel dengan wajah pucat pasi.

Alis Rexilan bertaut bingung menjadi satu.

"Maksudmu?"

"Mika adalah Urka yang menyamar di kelas malam. Sepertinya ia yang membawa makhluk tersebut ke Onshen."

Genggaman tangan Rexilan mengerat pada ganggang katana. Mata ink-nya berkilat merah dan membara layaknya milik Keinzq sang ayah.

"Aku akan membunuhnya."

Otniel menggeleng. "Tuan muda harus segera pergi dari sini. Cepat atau lambat. Para petugas akan membawa anda ke pengadilan."

__/_/_/________

Bersambung...

Jika ada plot hole tolong sampaikan ya

( ̄~ ̄;)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro