Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 17- Informasi Otniel

Chapter 17
Informasi Otniel

Intensitas kelas malam kembali berlangsung. Liburan pendek yang cukup memberi efek segar pada Seana. Tapi intensitas malam itu kembali riuh. Karena semua penghuni kelas malam menanyakan kedekatan Rexilan yang mengikuti Seana hingga rumah.

"Jadi ... hanya untuk menjagamu?" seru Intan pada akhirnya. Seana menjelaskan semuanya. Tapi ia tidak menjelaskan bagaimana seorang Urk membawanya pergi.

Untunglah, pertanyaan tidak terlalu berlanjut. Sembari mengobrol mereka terus melakukan aktifitas belajar-mengajar seperti biasa. Bahkan Seana baru teringat, jika ia bisa menghadiri kelas siang senin pagi tadi.

Dia hanya menghela napas. Mencoba meyakinkan diri bahwa ia bisa pergi minggu depan. Keseriusan yang semula tercipta dikejutkan oleh pintu geser yang mendadak terbuka.

Di ambang pintu yang sebagian cahayanya di terangi lampu kelas. Berdiri sosok Otniel. Perawakannya terlihat maskulin sejak terakhir kali Seana bertemu, sedikit dewasa.

"Maaf mengganggu waktu kalian. Aku ingin mengabarkan sesuatu pada semua orang." Otniel langsung maju dan berdiri di depan kelas. Mengambil alih atensi dari diri Seana.

Alis gadis itu berkerut bingung.

"Aku dari Onshen," lanjut Otniel dengan wajah serius. "Akan ada sesi Matsuri untuk jiwa-jiwa seperti kalian. Aku ingin kalian semua ikut. Dan aku sudah membicarakan ini dengan Rexilan."

Onshen, bagi Seana itu masih kata yang asing di pendengarannya. Ia melirik sekilas ke arah Pooja dan yang lainnya sebelum akhirnya kembali menatap Otniel.

"Tempatnya tersembunyi. Jadi aku ingin kalian mempersiapkan diri. Hari sabtu nanti kita akan pergi ke Onshen." Beralih menatap Seana. "Kelas malam akan di tunda mulai besok. Mohon kerja samanya."

Otniel membungkuk sedikit. Lalu memutar badan dan menghilang dibalik pintu ruang kelas.

"Tidak kusangka. Kita bisa mendapatkan festival tersebut."

Seana menutup buku yang sedari tadi ia baca dan menatap penuh tanya pada Pooja yang duduk sejajar dengannya.

"Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan," seru Pooja dengan seulas senyum. "Onshen adalah dunia di mana orang mati tinggal. Tempat tinggal berbagai arwah dan kaum-kaum supranatural."

"Bagaimana dengan surga dan neraka?" tanya Seana, "tempat itu seharusnya ada."

Kekehan keluar dari bibir Pooja. "Tentu saja. Itu adalah tempat terakhir para kaum manusia untuk tinggal. Kaum-kaum supranatural tidak dapat tinggal di tempat tersebut. Mereka hanya bisa tinggal di tempat bernama Onshen dan mendapatkan peradilan di sana."

Walau sebenarnya kurang mengerti. Ada sedikit benang merah yang Seana coba untuk pahami.

"Selain para Malaikat dan Iblis. Di sana terdapat para Dewa dan Dewi yang hidup sebagai penjaga keseimbangan dunia. Setiap seribu tahun. Mereka akan mengadakan upacara kesucian dalam Matsuri agar membantu mereka membebaskan beban dunia kami. Sehingga pada akhirnya, kami bisa pergi ke tempat peristirahatan terakhir," papar Robi dengan penuh semangat. Tentu saja, tidak ada satu arwah yang akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini.

"Tapi masalahnya, tempat penyelenggaranya selalu tidak di ketahui," sela Pooja dengan wajah lemah. "Para Urk akan selalu mengganggu perayaan tersebut."

Seana merasa tertampar saat mendengar nama Urk kembali disebutkan. Ia pikir para jiwa gelap tersebut hanya hidup di dunia manusia.

Bayangan sosok bermata merah dalam benak Seana. Membuat wajah gadis tersebut mendadak pucat. Bahkan isi perutnya terasa di aduk-aduk.

"Seana? Seana?" panggil Intan yang menyadari perubahan tersebut. Ia pun segera beranjak dari bangkunya dan menghampiri Seana di meja guru.

"Wajahmu berubah pucat. Apa kau sakit?" Intan mencoba meletakkan punggung tangannya di kening Seana. Suhu badannya nampak normal.

"Kelas berakhir," seru Pooja seraya memukul meja dengan sedikit keras. Lalu berbalik pada seisi kelas. "Pelajaran berakhir."

Ia pun turut menghampiri Seana. Gadis itu merasa tidak enak, membuat semua orang menjadi khawatir padanya.

"Kau mungkin kelelahan. Mau kuantarkan ke kamar?" tawar Pooja dengan lembut. Sebagian penghuni memilih pergi meninggalkan kelas, termaksud Robi dan Hans. Hingga menyisakan tiga kaum hawa di dalamnya.

"Seana, apa kau baik-baik saja?" tukas Pooja dengan khawatir. Jemari gadis itu pun mendadak dingin.

"Tidak apa," sahut Seana, "aku baik-baik saja."

.
.
.

Sementara itu, Rexilan yang tengah duduk bersama Otniel di beranda kamar pria tersebut. Nampak memandang jauh ke arah langit tanpa bintang.

"Aku sudah menghubungi semua relasi. Mereka akan mengabarkanku. Jika mereka menemukan lokasi matsuri," papar Otniel yang duduk di sebrang meja bulat hitam yang membatasi keduanya.

"Setelah menyelesaikan kelas malam. Tugasmu akan selesai," lanjut Otniel. Yang mana membuat Rexilan menoleh padanya.

"Dengan begitu, anda bisa mencapai keinginan anda menjadi Iblis seutuhnya."

Rexilan tersenyum getir saat mendengar lanjutan kalimat Otniel dan ia pun kembali menoleh menatap langit.

"Setelah 100 tugas dan pantangan. Akhirnya, aku bisa melepaskan sebutan memuakkan yang selama ini menggangguku." Rexilan berujar tipis. Namun setiap kata yang keluar mengandung emosi yang cukup dalam.

Otniel memaklumi hal tersebut. Sudah sedari Rexilan kecil ia mengenalnya. Tuannya itu harus hidup ratusan tahun dengan semua hinaan yang ia miliki. Dan sebagai seorang pengabdi makhluk bertanduk dua tersebut- Otniel akan memastikan bahwa Rexilan dapat mencapai mimpi-mimpinya.

"Dan bagaimana dengan Seana?"

Pertanyaan tersebut mendadak membuyarkan lamunan Rexilan. Ia kembali menoleh pada abdi setianya.

"Aku akan mengembalikannya dan mengambil ingatannya."

Otniel hanya bergumam pelan. Lalu mengikuti arah tatapan Rexilan yang telah kembali secara semula.

Kazu yang awalnya muncul dari balik pintu kamar Rexilan. Perlahan meleburkan diri dari kamar tersebut secara diam-diam.

.
.
.

Karena sejak semalam kelas malam ditiadakan. Seana memilih mengajak Kazu berkenalan dengan semua penghuni kelas malam.

Tubuhnya telah memadat sempurna seperti seorang manusia. Walau ia tidak pernah berbicara. Seana selalu mengerti apa yang dimaksud bocah tersebut. Sedangkan Pooja dan Intan nampak gemas memainkan pipinya.

"Seharusnya aku tidak mengganggu kalian berdua," tukas Seana dengan perasaan bersalah. "Semua orang sedang mempersiapkan diri untuk ke Onshen. Dan itu akhirnya, tugasku akan selesai bukan?"

Pooja dan Intan saling melempar pandangan. Berdasarkan isyarat tatapan mata, Pooja akan mengambil alih pembicaraan.

"Kami tidak memerlukan banyak persiapan, Seana. Tidak perlu memikirkan bagaimana kita berpisah. Yang perlu dipikirkan adalah apa yang terjadi hari ini. Sedangkan hari esok bisa kita pikirkan nanti."

Seana merasa sedikit terhibur. Walau belum genap sebulan. Ia tetap saja merasa sedih harus berpisah dari kelas malam.

Jemari kecil milik Kazu menggenggam tangannya dengan erat. Seakan memberikan kekuatan agar gadis penolongnya tidak boleh sedih.

"Seana," lirih Pooja

"Ya?"

"Jika saat perpisahan itu terjadi. Kumohon jangan lupakan kami."

"Tentu saja." Gadis itu menyahut cepat. "Aku tidak akan melupakan kalian."

Sementara itu, tanpa mereka sadari. Seseorang tengah menyeringai mencuri dengar pembicaraan mereka.

_/_/_/______/_____

Bersambung...



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro