Chapter 15- Excel
Chapter 15
Excel
Perwujudan Urk yang semakin besar membuatnya terlihat seperti monster raksasa yang membaur dalam kegelapan malam.
Ralp maju mendekat ke arah Seana. Lalu membopongnya sejauh mungkin dan menyadarkannya pada sebuah kubus tidak terpakai.
"Aneh sekali," gumam Ralp, "penjagamu membiarkanmu di bawa pergi oleh Urk."
Seana hanya samar mendengarkan ocehan Ralp, pandangan matanya pun tampak sayup. Setelah memastikan kondisi Seana aman. Ralp pun terbang mendekat ke arah Urk raksasa.
Sabetan sabit besarnya mencoba untuk mengoyak tubuh si Urk. Namun belum sempat mengenai sasaran, tangan sang Urk melayang menghampirinya.
Ralp terbang mundur menjauhi. Untung saja, ia berhasil menghindar dengan cepat. Peluh di pelipis pun perlahan-lahan turun. Ia bakal kewalahan melawan Urk yang sudah membesar itu sendirian.
Tidak ingin kalah begitu saja, membuat Ralp kembali terbang untuk mendekat. Baru saja ia mengayunkan sabit, raungan besar yang memekakkan telinga membuat hembusan angin menerbangkannya dengan sekali sapuan.
"Butuh bantuan?" Terdengar suara kekehan dari atas kepala Ralp. Pria itu mendongak dan mendapati sosok lain serba hitam dengan tanduk merah mencuat dari sela-sela rambutnya—sedang mengambang di atas udara dengan sebuah cengiran.
"Aku tidak butuh bantuan Iblis!" ujar Ralp dengan ketus.
Sosok yang dipanggil Iblis tersebut hanya tersenyum miring merendahkan Ralp. Lalu ia pun menoleh menatap Urk yang tengah menyeringai dengan gigi taringnya.
"Tunggu dan lihat aksiku."
Ralp memutar bola mata malas. Tidak ada untungnya melihat Iblis melakukan pertunjukan. Namun kendati demikian, Ralp tidak bisa mengalihkan pandangannya begitu saja.
Sang iblis pun mulai mengeluarkan semburat asap berwarna merah dari kedua telapak tangannya. Asap itu pun terbang lalu melingkar mengelilingi tubuh si Urk bagaikan seutas tali tambang yang menjerat tubuh si lawan.
Ralp masih menyaksikannya, ia menunggu saat-saat kesialan bagi si iblis untuk segera tiba. Dan benar saja, Urk yang tidak ingin di kengkang pun mengamuk dengan teriakan yang menggema menakutkan.
Tali berwujud asap merah milik si Iblis pun terlepas. Dan Ralp menyaksikannya dengan tawa terpingkal-pingkal. Tapi belum sempat ia menyelesaikan tawanya. Sesuatu terlihat menumbus tubuh si Urk dan membuat rongga besar menganga lebar di tengah-tengah tubuhnya.
Di atas sana, sebuah pedang berbilah hitam dengan rambatan cahaya berwarna merah tengah menyelimuti benda tersebut.
Sosok Urk yang mendapatkan dirinya berhasil terluka. Perlahan mulai kekurangan energi. Ralp memanfaatkan hal tersebut untuk mengoyaknya dalam sekali serangan.
Srett
Luka tembusan pedang misterius tersebut kembali melebar dan hampir mengenai seluruh tubuh sang Urk. Ralp kembali melayangkan sabitnya. Namun sebelum benda tajam itu mengenai lawannya.
Pedang hitam dengan warna merah yang berpendar kembali menebas tubuh Urk hingga hanya menyisakan kumpulan asap hitam yang melebur bersama udara.
"Kau mengganggu aksiku!" kencam Ralp saat melihat wujud si pemilik pedang.
Rexilan tidak menanggapi kekesalan Ralp. Netra ink-nya justru berpendar ke segala arah. Lalu terhenti ke arah Seana yang telah pingsan dibalik kubus kosong.
Dengan sedikit mencondongkan dada ke arah depan. Rexilan pun terbang merendah ke arah Seana. Dilihatnya wajah sang gadis yang nampak pucat. Tanpa ba-bi-bu lagi. Ia pun segera membopong Seana dan membawanya pulang.
Ralp dan sang Iblis yang sedari tadi di sana hanya bisa melongo melihat sikap cuek yang dimiliki sang Yue.
"Apa dia mengabaikan kita?" tanya si Iblis pada Ralp.
"Kenapa kau menanyakannya padaku. Akh sial!" Ralp menghentak sabitnya di atas tanah. "Seharusnya, aku menjadikan Sea sebagai sandera!"
Mendengar hal tersebut, sang Iblis hanya menelengkan kepalanya dengan raut kebingungan.
"Apa dia gadis yang sedang dibicarakan itu? Kenapa kau tidak bilang dari tadi Ralp?!"
Ralp melempar tatapan tajam pada makhluk bertanduk tersebut.
"Excel," tandasnya dengan nada menekan. "Berhenti mengganguku dan lakukan saja pekerjaanmu."
"Hahahah." Iblis bernama Excel itu tertawa. "Kebetulan saja aku lewat dan merasakan hawa Urk tersebut."
Ralp tidak memberikan tanggapan. Baru saja ia hendak pergi. Excel dengan cepat terbang merendah dan berdiri di hadapan si malaikat maut.
"Bagaimana?" tanya Excel
"Apanya?" seru Ralp tidak mengerti.
"Tawaranku. Kau dan aku bergabung untuk menangkap Rexilan. Kita berdua kesulitan untuk menghabisinya sendirian. Tapi melihat Rexilan tampak biasa-biasa saja. Rupanya serangan iblis senior waktu itu masih belum mempan mencederai dia."
Ralp terdiam sebentar. Namun ia langsung menapikkan usul Excel.
"Tidak, terima kasih. Aku masih cukup kuat untuk menghabisinya."
Dalam satu jentikan jari. Sosok Ralp pun lenyap dalam pandangan. Sementara itu, Seana yang dibawa pulang Rexilan dalam dekapan. Membuka matanya perlahan-lahan.
Angin malam berhembus sepoi. Walau tidak terlalu kencang. Rexilan telah membungkus tubuh Seana dengan jubah hitam yang entah mana asalnya.
Dari bawah cahaya bulan, Seana menatap pahatan sebuah karya dua ras yang berbeda menjadi satu pada diri si Yue.
Harus diakui, Rexilan malam ini terlihat sangat tampan. Netra ink yang ia miliki terlihat indah, dipadu dengan lentiknya bulu mata panjang. Turun sedikit, Seana dapat melihat hidung bangir yang terlihat tajam bagai perosotan anak tk. Ketika netra cokelatnya perlahan turun. Ia dapat melihat lekuk bibir Rexilan bagai buah cherry yang menggoda.
Setelah melihat semua keindahan itu, Seana pun kembali terlelap dalam dekapan Rexilan.
.
.
.
Pagi menjelang. Sinar matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah gorden membuat Seana sedikit terbangun. Rasanya, ia baru saja memiliki tidur panjang yang cukup nyenyak.
Namun, tatkala ia bangun. Telapak tangannya terasa berat oleh sesuatu. Dan— ketika ia mendongak ke sisi tempat tidur.
Didapatinya sebuah kepala yang tertidur di sisi ranjang. Di sana— dengan terlelap. Rexilan memegang telapak tangan Seana.
Alis Seana naik satu, ia mulai memikirkan kejadian-kejadian di hari sebelumnya. Belum sempat, ia menyelesaikan peristiwa kemarin.
Kepala Rexilan terangkat dan itu membuat Seana salah tingkah. Kepalanya penuh dengan berbagai hal. Apakah ia akan mendapatkan amukan amarah dari Rexilan? Atau justru ia akan di ejek karena berhasil diculik oleh seorang Urk.
"Bagaimana keadaanmu?"
Terkejut. Ya, Seana merasa terkejut dengan kalimat pertama yang terucap dari bibir cherry tersebut.
"Kau tidak merasa ketakutan?"
Alis Seana bertaut. Ia agak kurang paham dengan laju pertanyaan milik Rexilan.
Tidak mendapat jawaban dari bibir Seana. Hal itu membuat Rexilan bangkit dari sisi ranjang. Lalu, salah satu tangannya membelai lembut pipi Seana dengan mata terpenjam.
"Hmm." Rexilan bergumam. Kelopak matanya terbuka. "Kondisi jiwamu baik-baik saja. Hanya saja—"
"Hanya saja?" sela Seana penasaran.
"Setelah hari ini. Kau akan mendapatkan hukuman dariku."
Nada bicara Rexilan yang awalnya terdengar lembut. Kini berubah seperti biasa. Datar dan ketus.
"Ap ... a?" Pupil mata Seana membesar. "Kenapa aku harus dihukum?"
"Karena kau membuatku khawatir."
__/_/__/______
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro