Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 13- Pemecahan masalah

Chapter 13
Pemecahan masalah

Seana menggunakan punggung tangannya untuk menyeka air mata di ujung pelupuk mata. Ia menghembuskan napas berat, lalu menatap iba pada Kazu.

"Kau pasti sangat menyanyangi ibumu. Tapi wanita itu." Seana tak mampu melanjutkan.

"Ada apa Seana?" tanya Yuri penasaran. "Apa kau melihat masa lalu Kazu?"

Hanya sebuah anggukan kecil sebagai balasan pertanyaan Yuri.

"Sulit untukku jelaskan," isak Seana. Ia bahkan tak tahu harus memulai dari mana.

Yuri bangkit dari kursinya. Menepuk pelan pundak Seana dan mengelus punggung sang adik ipar dengan lembut.

"Sudah tak apa. Setidaknya, kau tidak merasa takut pada Kazu lagi kan?"

Seana kembali mengganguk. Sekarang, wujud Kazu malah terlihat seperti Pooja dan yang lainnya. Tapi masih belum sepadat mereka. Dan Yuri pun masih belum melihatnya.

"Karena sekarang masalahnya telah selesai. Bagaimana jika kembali gabung bersama Kakakmu dan Rexilan?"

Seana setuju dengan usul itu. Ketika ia bangkit, Kazu sudah meraih jemari Seana dan menggenggamnya erat.

.
.
.

"Jadi, apa semuanya sudah baik-baik saja?" tanya Syan saat Seana dan Yuri mengambil bagian untuk duduk di samping mereka.

Seana memilih tempat di samping sang kakak, sedangkan Yuri berada di sisi Rexilan.

Makanan yang mereka santap hampir habis. Rexilan sendiri menatap tajam pada Kazu yang tengah duduk di sisi Seana dengan senyum polosnya.

Merasa ada yang melihatnya, Kazu pun melirik ke arah Rexilan dan sepasang netra pun beradu pandang menjadi satu.

Seana yang menyadari hal tersebut, melirik ke arah Kazu lalu menatap kembali pada Rexilan.

"Kenapa?" tukas Seana di sela-sela makannya. "Aku sudah tidak merasa takut pada Kazu. Jangan khawatir, dia tidak akan nakal lagi."

Syan yang mendengar Seana mengucapkan nama Kazu, sedikit mengerutkan dahinya. Ia pun balik menatap Rexilan dengan kebingungan.

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Sayang," potong Yuri cepat. "Habis ini kalian mau ke mana? Langsung pulang?"

"Iya, langsung pulang. Mau mampir?" tanya balik Syan yang kini perhatiannya telah teralihkan.

"Boleh, nanti sore aku ke rumah."

"Mau kujemput?"

Mendengar percakapan Syan dan Yuri. Sekonyong-konyong membuat Rexilan seperti berubah menjadi obat nyamuk di antara mereka.

Tapi ketika ia mengalihkan perhatiannya pada Seana. Tangannya pun bergerak refleks mengusap noda saus sambal yang tertinggal di ujung bibir Seana.

Menyadari ada jari asing yang menyentuh, sontak membuat Seana terkejut bukan main. Obrolan yang semula terdengar lancar mendadak terhenti.

Yuri dan Syan serempak memandang keduanya dengan sedikit takjub, terlebih Syan yang mendapati sang adik diperlakukan khusus oleh seorang pria.

"Belepotan," ngerutu Rexilan. Ia sendiri bahkan tidak sadar bahwa sahabat laki-laki-nya sedang menatapnya sangar.

"Rex," tegur Syan. Yang hanya ditanggapi lirikan mata oleh Rexilan.

Tanpa melanjutkan kalimatnya. Syan menarik beberapa lembar tisu dan membasuh ujung bibir Seana bahkan keseluruhannya guna membersihkan jejak yang ia rasa harus segera disingkirkan.

"Abang!" protes Seana. Pasalnya, ia merasa bibirnya seperti tertarik kasar oleh perlakuan Syan. "Bibirku sakit!"

"Makanya! Kalau makan jangan kek anak kecil," omel Syan seraya membuang tisu bekas tersebut ke tempat sampah.

Seana hanya memutar bola mata dengan malas. Acara makanya pun telah selesai. Selepas itu, ia menatap Rexilan dengan mata setajam elang.

"Sudah selesaikan? Ayo pulang. Mama dan papa menunggu di rumah."

Syan pun bangkit seraya membereskan meja. Tak lupa, ia mengecup singkat kening sang kekasih di depan dua makhluk yang masih jones.

"Nanti sore. Jangan lupa," seru Syan mengingatkan.

Yuri mengganguk lalu tersenyum ramah pada Seana. Sementara Rexilan, sudah lebih dulu melangkah pergi.

Saat Seana mengikuti langkah Syan keluar. Langkah Seana mendadak terhenti oleh tarikan Kazu yang seolah tidak ingin melihat kepergian Seana.

"Kazu? Ada apa?" bisik Seana sepelan mungkin. Tida baginya, untuk bersikap gila di hadapan umum.

Bocah itu tidak menjawab. Tapi dari raut wajahnya, terlukis kalau ia ingin mengikuti Seana.

"Gimana ya?" gumam Seana ragu.

Yuri yang mendapati Seana masih dibalik pintu masuk. Segera melangkah mendekat.

"Ada apa?"

Kepala Seana mendongak.

"Kazu," lirih Seana, "mau ikut. Gak apa kak?"

Mendengar itu, Yuri hanya tersenyum lembut.

"Jika kau tidak keberatan. Toh, Kazu selama ini sendirian di sini. Aku senang, kalau dia menyukaimu."

Menyukaimu? Seana mengulang kalimat tersebut di dalam hati. Entah mengapa terdengar aneh di pendengarannya.

Gadis itu tersenyum canggung. Lalu kembali menatap Kazu.

"Baiklah, kau boleh ikut. Tapi jangan nakal ya?"

Senyum di wajah Kazu merekah. Ia terlihat sekali bersemangat dapat pergi bersama Seana.

Dari yang Yuri lihat, senyum di wajah Seana merupakan jawaban dari diri Kazu.

.
.
.

"Mengapa lama sekali?" omel Syan yang kini sedang melakukan mobil di jalan raya.

Seana hanya cengar-cengir tidak jelas di kursi penumpang. Sesekali, ia melirik ke arah Kazu yang sedang duduk manis sembari menatap di luar jendela.

Melihat gelagat Seana yang seperti itu. Membuat Syan sudah malas untuk bertanya. Sementara itu, Seana pun melempar lirikan pada Rexilan.

Walaupun pria itu terlihat cuek. Setidaknya, ia tahu apa yang membuat Seana merasa bahagia.

Setibanya mereka di rumah. Alita, ibuda Syan dan Seana langsung menyambut mereka saat memasuki ruang tamu.

"Ma, Seana pulang." Gadis itu pun langsung memeluk sang ibunda dengan erat.

Setelah memeluk sang putri. Netra Alita pun mengarah ke arah Syan untuk menjelaskan laki-laki asing  yang kini datang di rumah mereka.

"Teman Syan yang waktu itu. Masa mama lupa," seru Syan

"Oh." Alita hanya bergumam kecil. Seakan ia baru ingat tentang diri Rexilan.

"Dia kan juga kepala sekolah Seana," lanjut Syan. Yang mana membuat pupil mata Seana melotot tajam.

Entah mengapa, saat mengetahui Rexilan adalah kepala sekolahnya sendiri. Membuat perasaan Seana menjadi tidak karuan. Entah karena dia yang terlihat lebih muda atau justru karena fakta mencengangkan yang harus ia terima.

"Selamat siang tante Alita. Mohon maaf, jika kehadiran saya nanti merepotkan." Rexilan membungkuk penuh sopan santun.

Dan Seana langsung berdecak saat melihat hal tersebut terjadi.

"Kau kenapa sih Seana?" tegur Syan, "kau ini terlihat sekali membenci Rexilan. Awas saja kalau kau sampai jatuh cinta padanya."

Alita hanya tersenyum geli mendengar tuduhan sang putra pada adik perempuannya.

"Emangnya kenapa, Bang?" sela Alita lembut. "Kalau Sea jatuh cinta sama Rexilan. Kan bagus, sahabatku ternyata adalah adik iparku sendiri."

Alita terkekeh, begitu melihat perubahan ekspresi dari wajah Syan. Apalagi saat melihat wajah Seana yang mendadak merah seperti tomat masak dan Rexilan—yang seperti ingin muntah.

Seolah hadirnya cinta di antara ia dan Seana adalah hal yang menjinjikan.

_/_/_/______

Bersambung...

Tanggapanmu di chapter ini?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro