Chapter 12- Kazu
Chapter 12
Kazu
Syan rasa adiknya ini sudah keterlaluan, jika ia memang tidak menyukai Yuri. Rasanya tidak pantas kalau Seana terus saja mengolok-oloknya.
"Seana. Apa aku, mama dan papa pernah mengajarkanmu bersikap seperti ini pada orang lain? Aku sungguh kecewa padamu."
Syan beranjak pergi. Entah ke mana dan Yuri bergegas mengejar. Nasi goreng yang awalnya terlihat lezat mendadak terasa hambar bagi Seana.
Ia juga merasa sakit hati dan seperti mengikuti jejak sang kakak. Ia pun beranjak pergi meninggalkan meja dan berjalan keluar dari cafe.
"Seana!" teriak Rexilan. Yang mana diabaikan Seana. "Tunggu!"
Rexilan berhasil mengejar dengan mencegah lengan Seana. "Kau tidak boleh pergi sendirian."
"Lepaskan setan!" Marah Seana. "Kau membuat duniaku hancur! Kau dan Kak Yuri itu sejenis kan? Lihat saja, aku akan mencari cara membuktikannya pada abang." Seana menghempaskan tangan Rexilan. Tapi pria itu kembali menahan pergelangan tangannya.
"Yuri itu manusia. Bukan kaum supranatural sepertiku. Hanya saja ia bisa merasakannya. Tapi ia tidak bisa melihat."
Seana tidak semudah itu mempercayainya. Ia tersenyum sinis dan kembali menghentakkan tangan Rexilan agar terlepas.
"Simpan saja kebohongan itu."
Gadis itu pun beranjak menjauh. Kepalanya menoleh ke arah jalan raya. Mungkin saja, ia akan pulang menaiki angkot. Tapi Seana sadar, ia bingung dengan jurusan angkot yang harus ia naikki.
"Sea!"
Tanpa permisi, Rexilan menggenggam kuat pergelangan tangan Seana dan menariknya kembali ke pelataran Cafe. Sekuat apapun Seana mencoba melepaskan diri. Genggaman Yue tersebut sangatlah susah untuk dilepaskan.
"Lepaskan! Aku gak mau ke sana lagi! Lepaskan aku setan!"
Telinga Rexilan berasa panas saat ia mendengar Seana mengumpatnya dengan sebutan Setan.
Beberapa pengujung cafe pun mulai berdatangan. Seana sadar, tidak baginya bersikap seperti orang gila di depan umum.
"Seana," panggil Yuri dari depan pintu cafe. Ia pun berjalan mendekat ke arah mereka. "Aku minta maaf soal Kazu. Dia memang tinggal di sini. Tapi aku manusia biasa. Sama sepertimu dan Syan."
"See?" ungkap Rexilan.
Seana hanya melempar pandangan dalam diam.
"Nama bocah itu Kazu?" selidik Seana. Ia mencoba memendam amarah.
"Yap. Rexilan yang bilang." Yuri melirik Rexilan.
"Aku hanya asal memberinya nama," sahut Rexilan santai. Yuri pun tersentak kaget dengan kebenaran yang baru saja ia dengar.
"Apa?! Kupikir itu nama Kazu. Rupanya kau hanya asal memberinya nama." Yuri memijit pelipisnya dengan frustasi. Harusnya ia sudah bisa menebak seperti apa sikap Rexilan.
"Apa dia suka mengganggu orang?" tanya Seana kembali.
"Tidak," jawab Yuri dengan menggelengkan kepala. "Biasanya hanya melihat dan bermain sendiri. Aku juga heran, mengapa Kazu tiba-tiba mendekatimu. Apa dia mau menyampaikan sesuatu?" Melirik ke arah Rexilan.
"Mana aku tahu."
"Tapi kau kan setan juga," omel Seana dengan gemas. "Kau pasti tahu sesuatu."
"Kenapa kita jadi membicarakan bocah hantu itu?" ngerutu Rexilan. "Aku tidak punya waktu untuk itu."
Ia pun berjalan masuk ke dalam cafe. Matahari makin menapak naik. Yuri dan Seana pun saling pandang dengan perasaan canggung.
"Aku minta maaf soal tadi," ungkap Seana dengan penuh penyesalan. "Kata-kataku pasti telah menyinggung hati Kak Yuri."
Yuri tersenyum ramah. Lalu menepuk pundak Seana dengan pelan.
"Tidak apa. Aku tidak merasa tersinggung. Lagipula, aku sudah membujuk Syan. Dia ada di dalam dan sedang mencarimu."
Seana tersenyum lembut dan Yuri membalas senyum itu. Kemudian mereka pun masuk kembali ke cafe dan jika saja Seana masih frustasi. Mungkin ia akan kembali berteriak saat melihat Kazu memegang ujung pakaian yang ia kenakan.
"Ada apa Seana?" Yuri menoleh heran. "Kazu mengganggumu lagi?"
Seana mengganguk lemah dan Yuri bisa merasakan kehadiran makhluk kecil itu di sekitar mereka.
"Coba tanya, dia mau apa?" saran Yuri.
"Sekarang?" tanya Seana canggung. Yuri pun mengedarkan netranya ke seisi ruangan cafe.
"Di ruanganku aja. Ikut aku."
Seana mengganguk. Yuri sudah berjalan terlebih dahulu dan dia masih menatap si bocah.
"Ikut aku," bisiknya pelan.
Seana pun mengikuti langkah Yuri. Saat mendekati meja yang sebelumnya ia tempati. Netra Syan yang khawatir telah menyambutnya lebih dahulu.
"Kemana saja kau?"
"Cari angin segar. Aku mau ke ruangan Kak Yuri," jelas Seana. Melirik sekilas ke arah Rexilan yang sudah sibuk dengan ponselnya. "Aku sudah minta maaf soal tadi. Jika abang tanya apa yang akan kami lakukan di belakang. Ini urusan perempuan."
Syan menurut. Ia tidak akan ikut campur kalau sudah masuk di rana seperti itu. Dibiarkanlah Seana pergi ke ruangan kerja Yuri.
Lokasinya di dekat pintu masuk dapur. Saat Seana memutar kenop pintu. Indra penciumannya menangkap wewangian floral yang cukup tajam.
Yuri sendiri sudah duduk dibalik meja kerja berwarna hitam. Ruangan itu rapi dan tidak terlalu banyak barang di dalamnya.
Ada sebuah sofa berwarna lumut yang bersandar di dinding. Sebuah lemari kaca yang berada di dekat meja kerja Yuri dan sebuah lemari mini yang berada di sebelahnya.
Tidak ada hiasan atau dekorasi ruangan yang terlihat. Seana memilih menarik kursi yang berada di depan Yuri.
"Kazu," lirih Yuri. Dan kepala Seana menoleh ke samping kanannya. Bocah setan itu telah kembali muncul secara mendadak. Seana mulai memaksa dirinya untuk tidak terkejut di saat-saat kemunculan Kazu.
Bukan tanpa sebab Seana seperti itu. Hanya saja, ia tidak nyaman dengan mata hitam milik Kazu.
"Coba tanya dia," seru Yuri.
"Tapi katanya, ia jarang berbicara?" tanya balik Seana.
"Itu memang benar. Udah tanya aja."
Seana hanya tersenyum kaku. Lalu menoleh ke arah samping kanan.
"Kazu?"
Tidak ada reaksi si bocah.
"Aku tahu. Ini mungkin bukan namamu. Tapi apa kau senang dengan nama itu? Jika tidak, katakan saja. Aku akan memarahi makhluk jahanam itu untukmu. Memang rasanya tidak menyenangkan jika seseorang seenak jidat memberikan nama pada kita."
Yuri menepuk pelan pelipisnya. Kenapa malah jadi Seana yang mendumel tentang kelakuan Rexilan pada Kazu.
Kazu pun mengangkat tangan kanannya. Terlihat seperti ingin menyentuh wajah Seana dan gadis itu pun refleks menurut. Sensasi dingin langsung tercipta dan Seana seakan melihat sebuah kilas balik di dalam kepalanya dengan gerakan cepat— dan tanpa sadar— air matanya menetes.
Tubuh Kazu pun perlahan-lahan memadat dan Seana dapat melihat jelas wujud Kazu yang sebenarnya. Mata hitamnya telah menghilang, tidak ada tubuh transparan dan sesuatu yang terasa dingin juga sirna.
Seana lantas memeluk Kazu dengan kuat dan penuh kasih sayang. Lalu melepaskannya. Kini Seana bisa melihat warna kaos yang dikenakan si bocah.
Ia mengenakan kaos berwarna kuning dengan celana pendek bergaris abu dan putih. Kulitnya yang pucat terlihat normal.
Ia tersenyum lebar pada Seana dan salah satu tangannya memegang mobil mainan berwarna merah.
"Ada apa Seana?" Yuri menyeletuk penasaran. Pasalnya, ia agak bingung melihat perubahan ekspresi wajah sang adik ipar dan bagaimana sikapnya tadi saat memeluk ruang kosong.
"Kazu." Seana sedikit terisak. "Aku tahu kenapa dia meninggal."
_/_/_____/______
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro