Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

S e p u l u h

Kejutan Takdir — 10

Berprasangka buruk itu memang tidak baik. Namun, terus-terusan berprasangka baik juga tidaklah baik. Karena, semua hal yang 'baik' berpotensi untuk mengkhianati kepercayaan.

┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Pemandangan yang menyesakkan itu terpampang nyata di hadapan Vai. Potret mesra antara gadis yang ia kagumi, dengan lelaki yang dikagumi gadis itu membuat Vai berniat beranjak pergi. Keduanya tengah saling bercanda tawa, diselingi dengan Bhara yang menggelitiki Vien.

Sungguh, rasanya Vai begitu muak melihat pemandangan di depannya itu. Terlebih setelah suatu pernyataan yang ia dapat dari Arga kemarin, yang membuat ia ragu tentang Bhara. Apa benar, bahwa lelaki itu menganggap Vien penting?

“Ngaco lo. Mana ada sibuk-sibuknya kami. Bahkan nih, ya kami itu bisa dibilang kelewat santai. Seminggu di sana cuma makan, tidur, latihan, makan, tidur, latihan, tanding, balik. Udah gitu aja.” Ucapan Arga terlihat tiada sangsi, membuat Vai yang kini justru terlihat cemas. Jika apa yang dikatakan oleh Arga itu benar, lalu apa itu artinya Bhara berbohong? Mengapa lelaki itu harus mengatakan bahwa ia sibuk sehingga tidak bisa mengabari Vien?

Ingin sekali Vai menghampiri Vien, dan mengatakan kepada gadis itu mengenai ucapan Arga kemarin, akan tetapi Vai bukanlah orang yang seperti itu. Ia masih cukup sadar diri, untuk tidak berucap demikian, yang notabenenya dapat menjelekkan nama baik Bhara—sedangkan ia belum tahu kebenaran aslinya. Ia juga tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Vien, dan membuat gadis itu harus bersedih. Ia tidak mungkin menghancurkan senyuman gadis itu.

Bye, Bhar.”

Setelah kalimat tersebut terdengar mengetuk rungu Vai, lelaki itu mengangkat kepalanya yang sempat ia tundukkan tadi. Vien berjalan ke arahnya, yang berjarak 2 meja dengannya. Gadis itu sepertinya sudah selesai berbincang, bercanda, bersenda gurau, dan berbahagia dengan Bhara.

“Vai! Kok melamun?” Vien melambai-lambaikan tangannya di depan Vai, membuat lelaki itu sontak tersadar dari lamunannya. Entah mengapa, setelah ucapan Arga kemarin, dan setiap ia membayangkan kedekatan Vien dan Bhara, ia selalu merasa ada suatu kejanggalan. Namun hingga sekarang, ia tidak tahu kejanggalan apa itu.

“Eh, nggak apa-apa. Tadi lagi mikirin tugas sketsa aja.” Vai terpaksa berbohong. Ia tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya kepada Vien, terlebih ini baru dugaannya. Bisa saja ucapan Bhara itu benar adanya. Mungkin ia sibuk, dan mungkin saja khusus Arga tidak. Semua itu mungkin saja terjadi.

Ia harus menahan agar semua dugaannya tidak semakin buruk tentang Bhara. Ia selalu teringat dengan pesan mendiang kakeknya, bahwa setiap pikiran yang mengarah ke arah negatif harus segera disingkirkan, jika tidak, pikiran itulah yang akan menyerang tuannya, dan memakan habis-habis pikiran positif.

Vien mengernyitkan dahinya. “Ah, emangnya ada apa dengan tugas sketsa?”

Vai hanya menggeleng, kemudian berusaha mengalihkan pembicaraan. “Gimana? Udah selesai ngomong sama Bhara tadi? Bahas apa aja?”

Vien terdiam sejenak. Ia tidak menjawab pertanyaan lelaki di hadapannya itu.

Gadis itu sedikit memicingkan matanya, ia yakin, ada sebuah hal yang disembunyikan oleh Vai.

Namun sayangnya, lelaki itu belum berniat bercerita.

Apa itu berkaitan dengan Vien?

🌺🌺🌺

Sepertinya malam ini, Vai belum memiliki kesempatan untuk bertanya lebih jauh dengan Arga mengenai Bhara. Buktinya saja, lelaki itu sudah keluar, bahkan sebelum Vai pulang ke rumah. Akibatnya, lelaki itu tidak bisa menemui Arga.

Namun, karena rasa ingin mengintrogasi Arga teramat besar, membuat lelaki dengan kaus hitam-putih itu dengan rela hati duduk di teras rumahnya, dan menanti kepulangan Arga. Vai sudah mengirimkan pesan kepada Arga, dan bertanya kapan lelaki itu pulang. Kata Arga, ia akan pulang 10 menit lagi. Jadi Vai sah-sah saja harus digigit nyamuk selama 10 menit. Toh, itu tidak akan membuat darahnya tersedot habis, betul, kan?

10 menit berlalu, dengan Vai yang sibuk men-scroll sosial medianya, namun belum juga ia mencium bau-bau kepulangan Arga. Lelaki itu menyerah untuk menunggu Arga di teras. Selain nyamuk-nyamuk yang mulai genit mendekatinya, ia juga cukup kedinginan oleh udara luar.

“Kurang ajar si Arga, gara-gara nungguin dia, tangan jadi bentol-bentol,” kesal Vai sembari mengutuk Arga dengan segala sumpah serapah di dalam hatinya.

Lelaki itu berjalan masuk ke dalam kamarnya, menutup pintunya dengan penuh rasa kekesalan. Ia melemparkan tubuhnya di atas ranjang, dan memejamkan mata. Baru sekejap ia mencoba terpejam, namun pikiran mengenai Vien, Bhara, dan ucapan Arga kembali terputar di otaknya. Bagaikan roda yang terus berputar, maka seperti itulah bayang wajah Vien, dan sekelebat kebohongan yang bisa saja dilakukan oleh Bhara muncul.

Vai tidak siap bila harus kembali melihat wajah sedih Vien yang tercipta atas rasa kecewa. Cukup kemarin, saat Bhara tidak memberi Vien kabar. Cukup karena hal itu, Vien harus bersedih. Vai tidak lagi akan membiarkan Bhara membuat gadisnya menangis, sekalipun lelaki itu ialah orang yang dicintai Vien.

Vai seketika bangkit dari ranjangnya, berjalan menuju meja belajarnya, meraih sebuah pulpen, dan merobek selembar kertas dari buku tulis panjangnya. Lelaki itu mencoret-coret berbagai kemungkinan yang dapat terjadi.

Ada dua kata pertama yang ditulis oleh Vai, berbohong, dan tidak. Untuk kata 'tidak', Vai hanya memberikan sebuah cabang dengan tulisan 'Vien tidak kecewa'.

Namun, untuk tulisan berbohong, Vai membaginya ke dalam 2 cabang pertama, yakni alasan, dan risiko. Lagi-lagi, Vai memberikan dua pencabangan pada kata 'alasan' yakni alasan Bhara berbohong, dan alasan Bhara tidak memberi Vien kabar.

Kedua cabang terus bercabang begitu banyak, namun Vai lebih tertarik untuk menjabarkan pencabangan dari alasan mengapa Bhara tidak memberi Vien kabar. Dari sekian banyak pencabangan lagi, Vai terpaku pada sebuah kalimat yang ia tulis paling terakhir.

Bhara menyukai gadis lain.

🌺🌺🌺

Berulang kali Vien membuka dan menutup kembali gorden jendelanya. Berusaha mencari sosok lelaki yang ia harapkan datang ke rumahnya. Namun sayangnya, malam ini, lelaki itu tidak berkunjung untuk mengajak dirinya berbincang bersama. Bahkan, tadi sore saja, lelaki itu tidak mengantarnya pulang.

Bhara mengatakan bahwa ia mempunyai urusan mendadak, yang membuat dirinya tidak bisa mengantarkan Vien pulang. Namun anehnya lagi, di saat yang bersamaan, Dara juga mengatakan ia harus pulang cepat karena ada urusan penting. Entah mengapa, gadis itu merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia rasa, ada sebuah hubungan yang saling terkait satu sama lain, antara Bhara dan Dara.

Namun, cepat-cepat gadis itu menepis semua pemikiran itu. Ia tidak boleh berprasangka buruk terhadap Bhara, dan Dara.

Vien meraih sebuah buku album yang ada di atas mejanya. Buku album dengan sampul berwarna biru muda, dan tulisan "Memories" itu terbuka, seketika menampilkan wajah dua orang yang tengah tersenyum manis menghadap ke arah kamera.

Dua orang itu ialah Bhara, dan Vien. Foto itu diambil tepatnya setahun yang lalu di sebuah tempat wisata. Foto itu sengaja dipasang Vien di halaman pertama, karena baginya, foto itu adalah momen terbaik yang pernah ada antara dirinya dan Bhara. Itu adalah kali pertama, ia dan Bhara bepergian ke luar kota, tanpa dampingan kedua orang tuanya. Vien tidak bisa melupakan masa-masa itu, dimana di sepanjang perjalanan ia berceloteh ria dengan Bhara, dan sesekali bersenda gurau dengan lelaki itu.

Bagi Vien, senyuman Bhara bagaikan nikotin, yang selalu mampu membuat dirinya candu. Namun, Vien seakan lupa, ketergantungan akan nikotin dapat menimbulkan efek buruk pada kesehatannya, sekaligus dapat merusak tubuhnya.

Sama seperti halnya dengan Bhara.

Lelaki itu berpotensi menimbulkan efek buruk bagi hatinya, atau bahkan ....

Merusak perasaan Vien.




Duh, ada apalagi sih sama Vai? Bawaannya nethink mulu sama Bhara.

Tapi kira-kira dugaan Vai benar gak, ya? Apa Bhara berbohong pada Vien?

Lantas, apa ada kaitan antara Bhara dan Dara?

Nantikan kelanjutannya, yaa😗😗

Jangan lupa berikan vomment😍😍✨✨

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro