15~ Hari Besar
Buat yang belum cukup umur please skip aja ya..
Cukup vote boleh karena beneran author tidak ingin meracuni kalian..
Selamat membaca yak..
💓💓❤💓💓
Keinan merasa lemas. Di luar sana sudah ada laki-laki yang telah ditentukan untuk merenggut kesuciannya. Dia tidak pernah memikirkan takdirnya akan setragis itu.
"Tidak! Aku tidak boleh menyerahkan harga diriku begitu saja. Jika bukan dengan orang yang kucintai aku tidak akan sanggup melakukannya. Lebih baik aku mati!!" desisnya berulang-ulang. Keinan mencari sesuatu di kamarnya dan didapatnya sebuah gunting. Keinan menggenggam gunting itu untuk senjatanya.
141
Keinan diantar ke sebuah ruang di mana pelanggan pertamanyasedang menunggu. Dengan perasaan takut, Keinan memasuki ruang itu. Langkah geta kayu yang dipakainya berbunyinyaring di atas lantai yang dingin.
Keinan tidak melihat wajah laki-laki itu ketika dia sudah masuk ke dalam kamar. Suasananya sudah sore dan remangremang sementara lampu kamar tidak dinyalakan. Keinan hanya berdiri saja di situ. Keinan menunduk saat laki-laki itu berjalan ke arahnya. Suara berat dari sepatu lars membuat jantung Keinan berdesir ketakutan. Keinan yakin kesuciannya akan direnggut oleh lelaki tua yang rela mengeluarkan uang sebanyak 8 yen yang terbilang sangat banyak bagi Keinan.
Sepatu lars hitam itu berhenti di hadapannya. Keinan tidak berani mendongak. Keinan hanya melihat ujung sepatu itu berada di ujung depan geta-nya. Tanpa berkata, laki-laki itu memegang dagu Keinan dan mendongakkan kepalanya.
Tidak! Bahkan untuk melihatnya pun aku tidak mampu.
Keinan ingin berontak, namun rasa takut menyerang dirinya.
Sudah menjadi pelacurkah aku, sehingga aku lebih takut mati ketimbang kehilangan harga diri? Tapi bukankah aku sudah kehilangan semuanya, cintaku, ibuku, kakakku, dan ... orang itu.
Keinan memejamkan mata sementara laki-laki itu menatap tajam memperhatikan gadis penghibur di depannya. Laki-laki itu menunduk mendekatkan kepalanya untuk mengecup bibir Keinan.
Tuhan, kenapa sekarang aku membayangkannya? Serindu itukah aku dengan orang itu, sehingga setiap memejamkan mata, wajahnya hadir di otakku. Bahkan aku seolah bisa membaui harum napasnya? Aku pasti sudah gila! Seandainya dia adalah Sato Keita.
***
Keita mendengkus saat teringat ini hari pertunangannya. Dia duduk di kursi di depan meja kerja Hiro setelah dia menemui Bu Sri. Wanita itu membangkitkan kerinduannya akan Keinan seperti wanita itu merindukan putrinya.
"Keita, nande koko ni iru (Kenapa kamu di sini)? Bukankah nanti malam kamu
akan bertunangan?" tanya Hiro sambil melemparkan bola geng- gamnya dari satu tangan ke tangan yang lain.
"Kamu kira aku peduli dengan pertunangan itu?" Keita kesal. "Sudah dua minggu aku mencari Keinan namun tidak kunjung ketemu."
Hiro menunduk, seolah ada sesuatu yang disembunyikannya. Namun sinyal itu ditangkap oleh Keita.
"Kamu menyembunyikan sesuatu dariku?" selidik Keita.
"Tidak, buat apa?" jawab Hiro mengalihkan percakapan itu dengan bergegas ke meja kecil. Hiro mengambil cangkir.
"Mau kopi?" Hiro menawari.
"Hai, kudasai (boleh)," ujar Keita. Dia berniat untuk mengambil bola tersebut namun bola itu tidak sengaja menggelinding jatuh ke lantai. Dengan gerakan malas, Ketita beranjak mengambil bola kesukaan Hiro.
Bola itu menggelinding ke sudut ruang di balik tempat sampah. Keita berjalan ke sana dan menyingkirkan tempat sampah itu. Namun ada satu hal yang menarik perhatiannya. Sebuah brosur yang masih baru namun terlihat kucel karena diremas oleh sang pembaca. Brosur itu menarik perhatian Keita karena ada wajah yang dia kenal walau memakai baju yang kimono yang tak pernah Keita lihat.
Keinan?
Keita menoleh ke arah Hiro yang sibuk menyiapkan kopi. Segera dimasukkannya brosur itu ke dalam saku celananya. "Doko e iku (Mau kemana)?" tanya Hiro saat mendengar Keita melangkah ke luar.
"Ke kamar mandi ...."
Buru-buru dibukanya brosur itu begitu Keita berada di dalam kamar mandi. Dibacanya baik-baik sehingga tidak ada satu katapun terlewat.
Keiko Gadis Baroe Jang Masih Perawan.
Akan Melajanimoe Oentoek Jang Pertama Kalinja.
Djangan Lewatkan Kesempatan Emas Ini.
Siapa Tjepat Dia Dapat!!
Penawaran Tertinggi Jang Akan Menikmatinja.
Kurang ajar! Otou-san kemarin berkata bahwa selama aku mau bertunangan dengan Hanako, Keinan akan baik-baik saja.
Keita bergegas keluar namun tidak kembali kepada Hiro. Hiro melihat sekelibatan Keita yang keluar.
"Kamu mau ke mana?" Namun Keita tidak menjawabnya. Barulah Hiro sadar bahwa Keita sudah menemukan brosur itu.
***
Pemuda itu masih asyik melumat lembut bibir Keinan. Air mata Keinan tidak kuasa jatuh ke pipinya karena imajinasinya tentang Keita, pemuda Jepang yang menaklukkan hatinya setelah Dewa. Pelan-pelan dibuka kelopak matanya dan begitu melihat siapa yang melumat bibirnya, manik mata Keinan membulat.
Sato Keita? Bagaimana mungkin?
Keita yang memejamkan mata menikmati lembutnya bibir Keinan, menghentikan ciumannya untuk melihat paras gadis itu. Ketika Keita membuka matanya terlihat Keinan mematung akibat keterkejutan yang dia alami.
"Hallo, Keinan," sapa Keita
Keinan yang tidak bisa menyembunyikan lagi rasa terkejutnya lantas memeluk Keita dan menangis di dada pemuda itu. Keita merengkuh Keinan dan menciumi rambut wanginya.
"Maaf aku terlambat."
Keinan memukul dada pemuda itu.
"Iya, terlambat sekali! Aku takut, kalau-kalau lelaki tua yang akan merenggut kesucianku!"
Keita terkekeh dan berbisik, "Berarti kamu memang mengharapkan aku yang ada di sini dan merenggut kesucianmu?" goda Keita.
Keinan, Apa maksud bicaramu? Sekarang kamu sungguh seperti pelacur!
Keinan yang sadar ada di pelukan Keita, mendorong badan pemuda itu. "Bukankah kamu akan bertunangan? Aku dengar dari beberapa perempuan di sini, hari ini akan diselenggarakan pesta di Ungaran Kenapa kamu di sini?" tanya Keinan berusaha untuk tidak terlalu berbesar rasa bahwa Keita datang untuknya. Gadis itu berbalik membelakangi Keita.
Dia bisa saja datang untuk keperawananku.
"Aku datang untukmu pastinya." Keita memeluk Keinan dari belakang.
"Untuk mengambil keperawananku," celetuk Keinan sinis
"Bukan. Untuk membebaskanmu," bisik Keita.
Tidak, Keinan. Ini salah! Ini terlalu berbahaya! Suara hati Keinan bergolak.
"Tuan Muda, pulanglah! Calon tunanganmu menunggu."
"Kamu yakin kamu rela aku bersama wanita lain? Karena sepertinya kamu mengenali ciumanku walaupun matamu tertutup," selisik Keita.
"Kita tidak ditakdirkan bersama."
"Aku tahu." Deg.
Hati Keinan tercabik. Tidak hanya dirinya, namun Keita menyadari hal itu
"Aku tahu. Oleh karena itu aku ingin merengkuhmu walau hanya sebentar, sebelum aku membebaskanmu!" Keinan mencoba berbalik, namun rengkuhan Keita tidak bisa dilonggarkan. Keita justru menunduk, meletakkan dagunya di bahu kanan Keinan. Membuat pipi mereka saling berhimpit
"Hanya ini yang bisa kuberikan ... kebebasanmu!"
Anata ni daisuki kara, Keinan-san. Batin Keita berteriak mengatakan bahwa ia mencintai Keinan.
Keita, jangan. Jangan katakan. Itu seperti bom yang akan menghancurkan semua pertahananku!
Gunting yang sedari tadi dipegang, meluncur dari tangan kecilnya. Keinan berniat melarikan diri setelah membunuh pelanggannya tanpa berpikir pelanggannya itu adalah Keita. Keita melepas tusuk rambut yang membentuk sanggul kecil di belakang kepala Keinan. Rambut itu tergerai dan terurai, menyebarkan harum bunga yang semerbak menggelitik naluri Keita sebagai seorang laki-laki.
"Biarkan aku memelukmu sebentar saja." Keita menciumi rambut, telinga kanan, dan menyusuri leher Keinan. Sentuhan Keita membangkitkan hasrat Keinan akan kerinduannya pada Keita dan perasaan terpendamnya.
Kalau lebih lama dari ini aku tidak tahu lagi apakah aku bisa mengendalikan diri atau tidak! Batin Keita bergolak.
"Keinan, pergilah! Temui ibumu di depan Gereja Katedral." Keita melepas pelukannya namun justru terbesit rasa kecewa di hati Keinan seolah menginginkan sentuhan yang tidak tahu kapan akan dirasakannya itu lebih lama. Keinan berbalik, menghadap ke arah Keita yang mengulurkan sebuah baju anak laki-laki.
"Potong rambutmu dan pakailah baju ini, aku yakin kamu lebih aman bila melarikan diri sebagai laki-laki." Keita berusaha menahan emosinya.
Tangan Keinan bergetar menerima bungkusan baju itu. Dia hanya menatap baju itu. Isakan Keinan cukup kuat sehingga dia harus menutup mulut agar tidak terdengar orang di luar.
"Cepat! Ganti bajumu," desis Keita, kemudian berbalik, berjalan menuju jendela. Lelaki itu yakin tidak akan tahan bila harus melihat Keinan berganti sandangan di depannya. Keita tidak mempercayai dirinya dan semakin takut akan kehilangan sosok yang mengisi hatinya.
Keinan menuruti kata Keita. Dia membuka lapisan luar kimononya. Kemudian Keinan mengurai lapisan dalam kimono yang akan memperlihatkan tubuh polosnya tanpa sehelai benang pun. Keita menelan ludah, bayangan gadis yang menanggalkan kimononya itu terukir di kaca jendela. Dikepalkannya tangan Keita kuat-kuat untuk menahan agar tidak berbalik dan memeluknya. Ditahan pula lah hasrat laki-lakinya yang tersentil ketika melihat pemandangan itu.
Me wo tojite (Pejamkan matamu), Keita.
Keinan melihat Keita memejamkan mata. Posturnya tegang dengan tangan yang mengepal kuat. Keinan mengambil atasan baju itu dan mengenakannya dengan tangan gemetar namun saat sudah mengancingkan satu kancing baju paling atas kembali wajahnya memandang laki-laki Jepang itu.
Keinan menghambur berlari menerjang ke tubuh Keita yang jangkung. Laki-laki yang diterjang itu terhuyung karena tidak siap. "Aku akan pergi, tapi nanti. Aku masih ingin mengingat harum tubuhmu." Tangan kecil Keinan melingkar di badan Keita, membuatnya tidak bisa mengendalikan diri lagi.
"Kumohon, lepaskan atau kamu akan menyesal seumur hidupmu!" ancam Keita.
"Tidak! Aku tidak akan menyesal. Justru aku akan menyesal kalau meninggalkanmu begitu saja!" Suara itu teredam di punggung Keita, namun Keita bisa menangkap maksudnya dengan jelas.
"Jangan salahkan aku karena tidak bisa lagi mengendalikan diriku." Keita melonggarkan rangkulan Keinan, ber-balik menghadap gadis itu. Tanpa bertanya Keita mengecup dan mengulum seluruh bibir Keinan lebih intens dari yang sebelumnya. Keinan hanya memejamkan mata menerima setiap perlakuan Keita padanya.
Bibir mereka berpagut, Keinan merangkulkan lengannya sehingga ciuman mereka semakin dalam. Lidah Keita tidak luput mengeksplorasi di setiap inchi rongga mulut Keinan membuat Keinan mendesah tertahan.
Sesekali Keita melepas ciumannya untuk mengambil oksigen dan kembali mengulum bibir Keinan.
"Kamu tahu, kamu membuatku gila menahannya sekian lama. Malam ini aku akan membuatmu mengingatku seumur hidupmu!" tandas Keita masih belum melepaskan bibir Keinan.
"Aku tidak menyesal. Selama itu kamu, Keita."
Keita semakin menggila. Puas mencium bibir dan seluruh wajah Keinan, dirinya mengangkat Keinan bak pengantin baru ke atas ranjang. Setelah membaringkan gadis itu di situ, Keita menindih Keinan dan mulai menciumi lehernya.
Tangannya tidak lupa bergerilya di setiap bagian tubuh Keinan.
Setiap sentuhan Keita membuat Keinan hilang kendali. Suara yang belum pernah keluar dari mulutnya terlontar tanpa memedulikan di mana mereka berada. Dia hanya ingin menik- matinya. Sepanjang malam ini.
Keringat bercucuran dari badan keduanya. Wangi semerbak harum tubuh Keinan membangkitkan gelora kelaki-laki Keita. Lelaki itu menghisap kuat bahu kiri Keinan yang memberi tanda jejak bahwa dirinya pernah singgah di bagian itu. Keinan menikmati penjelajahan Keita di tubuhnya.
Keinan hanya pasrah atas perlakuan Keita padanya. Keinan merasa seperti pelacur dan pendosa. Namun saat itu mata batinnya dibutakan oleh perasaannya pada Keita sampai akhirnya gadis itu mengalami pengalaman pertamanya mencecap yang orang sebut surga dunia.
"Kei, aku ingin bersatu denganmu. Kamu tahan dulu ya...." Keinan tidak menjawab, hormon endorfin yang beredar di darahnya membuat tenang dan bahagia. Sampai akhirnya Keinan menyerahkan semuanya kepada Keita, ketika merenggut mahkota kesuciannya.
Keinan menangis karena merasakan perih yang tidak terkira itu. Keita merasa kasihan namun hasratnya tidak terbendung. "Tahan, sebentar lagi!" Dan sekarang sempurnalah penyatuan Keinan dengan Keita. Sebuah dosa yang mereka buat karena melakukan perzinahan. Sebuah dosa yang sengaja mereka lakukan.
Badan Keita bergerak seperti magnet. Keita tidak ingin memejamkan matanya, dia ingin merekam di ingatannya setiap ekspresi perempuan di depannya yang mulai menikmati permainannya.
"Jangan kamu pandang aku," kata Keinan terengah sam-
bil menahan desakan yang nikmat di bawah sana.
"Tidak. Aku hanya ingin memandang wajah yang tak pernah aku lihat ekspresinya. Aku berharap hanya aku yang hanya melihatnya." Keinan tidak bisa membalasnya karena Keita mendorongnya semakin dalam.
Keita berjanji akan membawa Keinan ke surga dunia di malam pertamanya. Keita menguatkan diri sampai akhirnya Keinan sudah mengangkat bendera putih.
"Keita, sudah. Aku sudah tidak mampu." Keita tidak bereaksi atas pinta Keinan. Pria itu terus melakukannya seolah tidak ada hari esok bagi mereka. Sampai akhirnya keduanya tidak sanggup lagi melanjutkannya.
Keita merubuhkan dirinya ke samping Keinan. Napasnya terengah-engah setelah permainan nekad yang mereka lakukan. Keita memeluk Keinan yang menangis di dadanya.
"Kenapa kita harus bertemu untuk berpisah seperti ini?" ucap Keita lirih
Keinan hanya membisu. Mereka memendam rasa cinta yang tak mungkin diutarakan karena bila kata itu keluar dari bibir salah satunya, akan memperberat langkah kaki ketika berpisah.
Mereka bercakap sejenak. Terkadang diam menikmati setiap detik waktu yang berlalu. Dan dini hari itu, saat semua terlelap, Keinan berjingkat turun, memotong rambutnya dan mengenakan baju laki-laki pemberian Keita. Rambut itu dibungkus dalam sebuah sapu tangan merah.
"Terima kasih. Malam ini akan kuingat seumur hidupku." Dengan berkata begitu Keinan mengecup kening Keita dan keluar bersatu bersama kegelapan malam dengan langkah yang terpincang karena nyeri di pangkal paha.
Keita membuka matanya, masih berbaring telungkup di ranjang yang menjadi saksi bisu penyatuannya dengan perempuan pribumi itu. Ranjang yang menampung setiap butir air mata kesedihan dan tetesan darah kesucian seorang perawan.
Setetes bulir bening akhirnya lolos lagi dari pelupuk mata Sato Keita setelah lama dia tahan.
"Arigatou...."
***
Finally..part ini publish jugak..
Gimana menurut readers? Bikin baper ga nih?🤔
Semoga semua sukak ya.tengkyu buat dukungannya..
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian...😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro