Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Menggapai Kemenangan

WELCOME BACK TO MY STORY

"Kemenangan berada di tangan kami"
-KerJe, Mafia, Tentara, Polisi-

Di Gedung Istana Presiden, telah terjadi peperangan yang cukup besar. Melibatkan pihak Tentara dan KerJe melawan pihak Teroris dan Gangster.

Pihak Tentara dan KerJe berada di pihak kalah, mereka dipaksa mundur dan terpojok oleh Teroris Gangster yang membantai mereka.

Setelah beberapa kali diluncurkan serangan, sekarang pertahanan dan posisi anggota Tentara telah di berserakan.

Ada yang terkapar, ada yang terluka, ada yang pingsan, dan ada yang gugur mengenaskan.

Darah, bau daging gosong, asap, hawa panas menyelimuti tempat itu.

Ah, sangat buruk sekali.

Noran, Mark, Rei telah tumbang di tanah setelah ledakan sebelumnya. Untungnya mereka masih hidup.

"Uhukg uhukg! Si-sial..." Noran sadar dari pingsannya dan terbatuk darah.

Baju Tentara yang robek sana sini dan tubuh yang terluka, Noran sangat sulit bangkit.

Tubuhnya terasa sakit dan berat, sulit untuk digerakkan. Saat Ia sudah tegak, tapi harus terjatuh lagi.

Mark dan Rei juga seperti itu, mereka menyandarkan diri ke pohon terdekat.

Mereka melihat ke sekeliling, melihat bagaimana buruknya keadaan atas serangan tadi.

Mereka hanya menatap lirih keadaan itu, ingin sekali menyerang balik tapi tidak bisa.

Noran membalikkan badannya menatap ke arah atas, menatap langit yang indah dan tidak panas.

Noran menghela napas dan berharap ada sedikit harapan yang datang.

Noran yakin, pasti Teroris Gangster akan mencari mereka. Itu membuatnya sedikit takut.

"Ke-mana yang lai-innya?" Ucap Noran melihat ke sekeliling.

Ia mencari Leo dan KerJe, tidak terlihat dari tadi. Ia berharap mereka masih hidup dan berada di tempat aman.

Bisa bisanya Noran tidak memikirkan keadaannya dan malah memikirkan orang lain.

"

Itu mereka!"

Terdengar suara seseorang yang keras, terlihat segerombolan Gangster melihat ke arah para Tentara.

"Sial! Mereka menemukan kita!" Ucap Mark kesal dan mulai bangkit bersama Rei.

"Oh ayolah, jangan lagiii" Ucap Rei yang sudah tahan lagi.

Para Gangster pun mendekati dan menangkap para Tentara yang berusaha kabur.

Tentunya, Gangster dengan mudah menangkap mereka. Kemudian, menyiksa mereka secara perlahan lahan.

"Hooo! Inikah Noran Sang Sniper King? Tidak menyangka Dia telah kalah seperti ini" Ucap salah satu Gangster berbadan besar dan kekar.

Ia mengangkat Noran dengan mencengkram kerahnya. Noran memberontak keras, Ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Noran sedikit mengeluarkan air mata, karena cengkraman Gangster itu terlalu kuat hingga mencekik lehernya.

"Le-lepas!" Noran mulai tidak kuat dan menendang badan orang tersebut.

Apalah daya, tenaga Noran sudah tidak kuat. Ia hanya menendang seperti Anak kecil yang tidak ada tenaga.

"Hahaha! Ternyata kabar Noran yang kuat itu hanya omongan belaka, tidak ada apa apanya. Hahahaha!" Ucap Gangster itu dengan tawanya.

Para Tentara lain disiksa oleh para Gangster dengan perlahan, termasuk Mark dan Rei yang digantung terbalik di pohon.

Noran terus berontak dan Gangster itu ingin membanting Noran.

Saat akan membanting Noran...

"Hentikan!"

Terdengar suara yang familiar, Gangster yang ingin menghantam Noran terdiam dan melihat ke arah suara itu.

Mereka yang berada disana terdiam.

Terlihatlah sekumpulan orang orang yang berjalan pelan menuju mereka. Lalu, diikuti oleh para Polisi di belakang mereka.

Gaya mereka terlihat keren dan sangar. Ada yang memakai jaket hitam dengan topi yang hitam yang melekat, ada yang merokok, ada yang berbadan kekar dan berotot, dan yang lainnya.

Mereka semua itu, dipimpin oleh Feldha bersama seseorang Pemuda disampingnya.

Mereka pun berhenti sejauh 5 meter dari Gangster dan Tentara.

"Lepaskan mereka" Ucap Pemuda yang disamping Feldha.

Pemuda itu memakai celana training hitam dan baju hitam, ditambah dengan syal merah yang menutupi bagian mulut dan hidungnya.

"Hooo... Para The Mafia, ternyata kalian turun tangan" Ucap Gangster yang memegang Noran.

"Lepaskan Dia dan yang lainnya" Ucap Feldha menatap tajam Gangster itu.

"Baik baik, akan Ku lepaskan" Ucap Gangster itu.

Ia melemparkan Noran begitu saja tepat dihadapan Noran. Para Tentara yang lain dilepaskan, bersama Mark dan Rei.

Pemuda yang berada disamping Noran pun mendekat dan membantu Noran bersandar.

"Ini minum Bang" Ucap Pemuda itu memanggil Noran dengan Bang sembari memberi air minum

Noran pun meminum air minum itu dan menatap Pemuda itu.

"Bang? Kau memanggil Aku Abang? Si-siapa Kau?" Tanya Noran bingung.

Pemuda itu melembutkan tatapannya, sudah dipastikan Ia tersenyum dibalik syalnya.

"Abang melupai Ku? Kejam sekali dengan Adik sendiri" Ucap Pemuda itu dan Noran terdiam.

"Eh? Adik sendiri?! Ja-jangan jangan..." Ucapan Noran terhenti.

"Yaa benar, Aku Adik Mu... Ran Ramadhan" Ucap Pemuda itu memyebutkan namanya.

Ia menurunkan syalnya sedikit dan menampakkan wajah tampannya yang menyerupai dirinya. Terlihat sedikit senyuman nya.

Noran pun terkejut tidak menyangka telah dipertemukan kembali dengan Adiknya.

Noran pun memeluk Ran dengan erat, tidak peduli dengan luka nya yang masih sakit. Ia meneteskan air matanya.

"Sudah Bang, jangan menangis. Aku sudah disini kok" Ucap Ran mengelus punggung Noran.

Ingatan masa lalu berputar kembali di kepalanya.

Ran, Pemuda yang dibalik orang ??? selama ini.

Jadi, ingatan itu terlihat kembali dan sangat jelas.

Feldha pun yang melihatnya tersenyum. Sedangkan beberapa Mafia pun sedikit terharu dengan pertemuan Abang Adik itu.

"Tuan, Saya tidak menyangka ini. Akhirnya Tuan Ran bertemu dengan Abangnya" Ucap seorang Mafia yang mengelap air matanya dengan tisu.

"Oh ayolah Jack, jangan menangis seperti itu. Percuma badan sangar tapi cengeng" Ucap Feldha menatap Jack.

"Ma-maaf Tuan, Saya hanya teringat dengan Keluarga di Rumah" Ucap Jack membuang tisu dan kembali tegap.

"Sudahlah Jack, nanti sesudah ini kita pulang" Ucap seorang Mafia lain menepuk bahu Jack

"Ya baiklah Zen, nanti kita akan makan makan di Rumah Ku" Ucap Jack kepada Temannya yang bernama Zen.

Jack dan Zen, adalah orang kepercayaan Feldha. Mereka akan bertanggung jawab selama tidak ada Feldha.

"Mana orang yang membuat Keluarga Tuan Ku menderita?!" Ucap Mafia lain yang muncul dari kerumunan Mafia lainnya.

"Siapa namanya?! Dimana Rumahnya?! Hah!" Ucap Mafia lain ikutan.

Para Mafia dan Polisi pun bersiap diri, mereka menatap para Gangster di hadapan mereka.

Terlihat para Gangster sedikir gemetar dan ketakutan di wajah mereka, karena harus berhadapan dengan The Mafia.

Apalagi ada Ran di pihak The Mafia, seorang yang ditakuti setelah Feldha.

"Jangan takut! Kita akan membantai mereka!" Ucap salah satu Gangster.

Para Gangster memperkuat diri dan bersiap melawan Mafia.

"Kita memakai tangan kosong saja, turun senjata kalian!" Ucap para Gangster.

Para Gangster tau, The Mafia hebat dalam masalah senjata dan menembak. Jadi, mereka menghindari senjata.

"Baiklah, tidak ada yang menggunakan senjata! Kita akan adu fisik, siapa yang jantan disini" Ucap Jack semangat.

"Bahahaha! Seru sekali pasti ini!" Ucap Zen tidak kalah semangat.

Para Polisi, Mafia dan Gangster mengeluarkan senjata, kemudian meletakkan senjata mereka jauh dari jangkauan.

Setelah selesai, mereka berhadapan dengan jarak 2 meter.

Kali ini, Noran Mark dan Rei ikut dalam pertarungan ini.

Awalnya ditolak oleh Ran dan Feldha, tapi Noran tetap bersikeras. Maka, Feldha dan Ran pun menyetujui mereka ikut.

Tentara, Mafia, Polisi akan melawan Gangster yang dibantu oleh Teroris yang baru datang.

Kini, saatnya menunjukkan siapa yang paling kuat.

Pihak ingin kebebasan dan kedamaian atau pihak ingin rakus kekuasaan yang akan menang?

Kita akan lihat...

.....'-')

Di lain sisi, para KerJe hanya menatap dari kejauhan. Mereka terpukau dengan semangat kedua belah pihak yang akan bertarung.

Emi dan Hana tidak lupa memfoto kejadian itu, lalu memfoto Ran yang telah membuka syalnya.

"Ehehehe... Tambahan Cogan nih!" Ucap Emi dengan senyuman khas nya.

"Eeiittss... Bagi duaa" Ucap Rin yang ikut melihat foto itu.

Para KerJe pun geleng geleng melihat kelakuan tiga orang itu dan kembali fokus dihadapan mereka.

"Feli, apa bisa gunakan santet Mu?" Tanya Xia kepada Felicia.

"Bisa kok, tapi harus ada benda atau bagian tubuh dari korbannya" Ucap Felicia menjelaskan.

"Hmm... Apa tidak bisa langsung santet begitu?" Tanya Xia dan hanya ditanggapi gelengan kecil dari Felicia.

"Hah... Sulit pasti ini" Ucap Xia menghela napas dan bersandar.

"Tidak ada kata sulit bagi KerJe" Ucap Leo yang datang dari mana.

Ia memegang pisau, gunting, panci pemanggang, sendok goreng, sapu lidi dan sapu Rumah, tongkat golf, dan tongkat bassball.

"Jangan bilang kalau..."

"Diam tanpa melakukan sesuatu, itu tidak ada gunanya"

.....:D

"MAJUUU!!!"

"SERAAANNGG!!!"

"HURAAAA!!!"

"TATAKAEEE!!!"

"IKUZOO TEMERAAA!!!"

"HEYAAAH!!!"

"HIYAAAHH!!!"

"BANTAAAAIII!!!"

"MAJU KALIAN SINIII!!!"

"GASSS!!!"

"MAK! ANAK MU AKHIRNYA BISA IKUT TAWURAN!!!"

"GELUD LAH GELUD!!!"

"SLEBEW!!!

"BERIKAN AKU KEMENANGAN! BIAR AKU BISA JADIAN SAMA AYANG KU!!!"

Teriakan semangat terdengar dari kedua belah pihak, mereka saling menyerang dan menjatuhkan.

Tendangan, pukulan, bantingan, salto, smackdown semuanya ada. Mereka mengeluarkan seluruh tenaga untuk mengalahkan lawan.

Para Teroris dan Gangster menyerang secara acak, sesekali mereka mengorbankan kawan sendiri untuk menyelamatkan diri atau mengalahkan lawan.

TUMBAL PROYEK! TUMBAL PROYEK!

Para Tentara, Polisi, dan Mafia melakukan kerjasama untuk saling membantu dan menyerang lawan.

Pertarungan begitu sengit, tidak ada yang ingin kalah.

Tumbang, bangkit, tumbang lagi, bangkit lagi.

Debu pasir dan tanah berterbangan, daun daun juga ikut terlempar sana sini diiringi dengan darah dan teriakan yang menghiasi.

Jumlah mereka kedua belah pihak imbang, tapi masalah menang kekuatan berada di pihak Mafia, Polisi, dan Tentara.

3 bersaudara, Feldha Noran Ran bisa dengan cepat menumbangkan lawan mereka yang dibantu oleh Mark dan Rei.

Jack dan Zen begitu brutal melawan musuh mereka yang sama sama kuat dan berotot kekar.

Feldha dan Noran sangat ahli dalam bidang seni bela diri, sedangkan Ran hanya sebatas bisa saja karena Ia tidak terlalu hebat dalam seni bela diri.

Gangster dan Teroris dipaksa mundur ke Gedung Istana Presiden, bahkan mereka sudah didepan pagar.

Presiden, Komandan Miguel, dan Johan terkejut setengah mati melihatnya. Mereka kembali terpojok.

Mereka tidak menyangka itu dan mulai panik.

"Gunakan senjata kalian bodoh! Halalkan berbagai cara! Jangan biarkan mereka masuk ke Gedung ini!" Ucap Komandan Miguel dengan teriak.

Teroris dan Gangster yang mendengarnya pun mulai berbuat curang.

Mereka menggunakan senjata, untungnya Mafia dan yang lainnya mengetahuinya. Mereka pun menghindar dan mundur bersembunyi.

"Sialan! Mereka suda terpojok dan malah menggunakan senjata!" Ucap Mark kesal.

Feldha pun menatap dingin ke arah Gedung dan mulai mengangkat tangannya.

Dibelakang mereka, muncullah truk besar yang bermuatan berbagai gas elpiji, bom, dan granat.

"Jika mereka menggunakan senjata, maka kita menggunakannya juga" Ucap Ran.

"Kami sudah menduga ini dari awal" Ucap Feldha dan menurunkan tangannya..

Truk itu pun berjalan meluncur kencang ke pagar dan menabraknya hingga hancur.

Truk itu berhenti tepat di halaman Gedung. Para Teroris dan Gangster pun mengecek Truk tersebut.

Saat mereka membuka Truk tersebut, ada beberapa Gangster dan Teroris yang telah di tangkap sebelumnya.

Mereka diikat dalam Truk, mereka terlihat memberontak dan menyuruh yang lain pergi.

Belum sempat merespon, semua yang ada dalam Truk itu pun meledak dan membuat para Gangster Teroris terkena ledakan.

Ada yang terbakar, terluka, dan ada yang terpental.

Dengan cepat dan segera, para Mafia Polisi dan Tentara maju menyerang secara serentak.

Para Gangster dan Teroris pun kewalahan, mereka pun sedikit pasrah dan perlahan lahan berkurang tumbang.

"Noran! Segera masuk ke dalam Gedung! Cari Presiden, Miguel, dan Johan!" Ucap Feldha dengan sedikit teriak.

Noran pun mengangguk dan segera mendekat ke arah pintu Gedung bersama Mark dan Rei.

Mereka bertiga mendobrak keras pintu Gedung dan pintu itu terbuka dengan keras.

Mereka langsung disambut dengan serangan Gangster dan Teroris yang berada di dalam Gedung.

Noran melempar flashbang dan membutakan pandangan lawan. Lalu, diikuti dengan Mark dan Rei membantai mereka.

"Kami datang!"

Saat sedang sibuk dengan lawan, terdengar suara yang sangat mereka kenal.

Itu adalah Leo dan KerJe yang langsung membantu mereka.

Leo menggunakan sapu, Nosei pisau, Ita gunting, Xia bassball, Rin panci pemanggang, Rui sapu lidi, Nica sapu rumah, Lica tongkat bassball, Felicia dan Shikumo hanya ikut semangat.

Emi dan Hana?

Seperti biasa, mereka hanya sebagai perekam dan fotografer.

Saat Noran menaiki tangga ke lantai 2, sebuah tendangan keras mengenai dadanya hingga Ia terpental jauh ke bawah.

"Argh!" Noran menahan sakit di punggungnya.

Noran melihat ke arah tangga, terlihat Miguel yang berjalan turun ke bawah.

"Kau! Ternyata Kau dalang di balik semua ini!" Ucap Mark marah dan menyerang Miguel.

Mark melancarkan pukulan, tapi ditahan mudah oleh Miguel.

"Hooo... Mark!" Ucap Miguel dengan senyuman jahatnya.

Mark pun mundur dan langsung menendang kuat ke arah kepala Miguel, tapi Miguel menahannya dengan sekuat tenaga.

Dengan keras dari Mark, membuat Miguel bergeser sedikit dan menahan sakit.

Saat Mark ingin menendang dada Miguel, sebuah pukulan mengenai wajahnya dengan keras.

Mark mundur dan hampir terjatuh, Ia memegang pipi kirinya yang sakit.

Johan, pelaku yang memukul Mark.

"Tidakkah kalian ingat dengan keberadaan Ku?!" Ucap Noran yang tiba tiba datang.

Noran menendang punggung Johan, tapi ditahan oleh Miguel yang sudah mengetahuinya.

"Tentu kami ingat!" Ucap Miguel yang langsung melancarkan pukulan dan Noran menahannya tinju.

Tinju Noran dan Miguel beradu kuat, lalu mereka saling menatap tajam satu sama lain.

"Aku tidak menyangka, Kau masih hidup sampai sekarang Noran!" Ucap Miguel yang kembali menyerang Noran dengan brutal.

"Jangan meremehkan Ku! Aku tidak lemah seperti yang Kau kira!" Ucap Noran yang menahan dan menyerang balik Miguel.

Saling bergantian serangan, saling bergantian menahan, dan saling beradu tinju.

Mereka terlihat seimbang, tidak ada yang mengalah.

Berbeda dengan Mark dan Johan, Mark sekarang dalam posisi menang karena dibantu oleh Rei.

Mark dan Rei menendang bersamaan ke dada Johan, membuat Johan harus terpental menabrak tangga.

Johan segera bangkit dan berlari menuju lantai 2. Ia kabur karena tau Ia tidak sanggup untuk melawan balik.

Mark dan Rei pun mengejar Johan ke lantai 2.

Noran dan Miguel masih saling menyerang, mereka sedikit kelelahan.

Mereka saling memberi jarak dan menatap tajam satu sama lain.

Tidak lama kemudian, sebuah ide terpikirkan oleh Miguel dan senyuman nya terukir di wajahnya.

Miguel memukul bertubi tubi ke arah Noran, tentunya Noran menahannya terus.

Dikarenakan Noran hanya fokus menahan pukulan Miguel, maka Miguel dengan cepat menendang kepala Noran.

Kepala Noran bertemu dengan kaki Migue, membuat Noran harus tumbang terjatuh ke samping.

Kemudian, dengan cepat Miguel menahan Xia yang tidak tau keberadaan Miguel.

Beberapa Gangster menangkap Rui, Lica sebagai sandera seperti Xia.

"Ahahaha... Kena Kau!" Ucap Miguel.

Ternyata Miguel menahan Xia sebagai sandera, Ia langsung menyeret Xia menuju lantai ke 2 bersama Gangster lain menyeret Rui dan Lica

"Lepaskan mereka! Xia! Rui! Lica!" Teriak Leo melihat Xia yang dibawa oleh Miguel dan Gangster.

Noran terkapar di lantai dengan pandangan yang kabur dan buram, Ia terlihat ingin pingsan.

"Noran! Sadar lah! Jangan pingsan!" Ucap Nosei kepada Noran.

Ia menyiramkan air ke wajah Noran, lalu memberikan sedikit obat merah ke luka wajah Noran.

"Ugh... Sa-sakit!" Noran menahan sakit setelah diberi obat merah.

"Kemana mereka dibawa?" Tanya Feldha yang baru datang masuk ke dalam Gedung.

"Mereka dibawa ke lantai 2, mungkin ke Ruangan Presiden" Ucap Nica yang khawatir dengan saudaranya.

"Baiklah!" Ucap Feldha dan berlari ke lantai 2 yang diikuti oleh Leo, Ita, Nica, Emi, dan Hana

Shikumo, Felicia, Nosei, Rin, dan Noran tinggal di lantai 1.

.....'^')

Feldha, Leo, Ita, Nica, Emi, Hana tiba di lantai 2. Mereka melihat Mark dan Rei yang diserang oleh Gangster dan Teroris.

Feldha dan Leo langsung ikut membantu. Ita langsung melempar guntingnya ke salah satu Gangster dan membunuhnya langsung.

Nica memukul salah satu Gangster menggunakan sapu dan dibantu Emi Hana memijak Gangster tersebut.

Mark melakukan tendangan berputar dan menumbang 2 lawan sekaligus, Rei menghantamkan kepala lawannya ke dinding.

Feldha mematahkan salah satu tangan Gangster, menendang ulu hati menggunakan lutut, lalu membantingnya ke lantai dengan keras hingga terdengar bunyi patah tulang yang merdu.

Ita dan Hana menatap ketakutan dengan cara pembantaian Feldha, Mark dan Rei. Terlihat kejam, bagi mereka.

Mereka kembali berjalan dan menemuka sebuah Ruangan yang besar serta luas.

Terlihat di ujung Ruangan, ada Presiden Miguel dan Johan. Disana juga terlihat Xia, Rui, dan Lica yang diikat diatas kursi dengan di jaga Gangster Teroris

"Lepaskan mereka!" Ucap Mark yang menahan amarahnya.

"Lepaskan? Oh tidak semudah itu" Ucap Presiden dengan senyuman jahat.

"Apa yang kalian mau?" Tanya Rei dengan dingin.

"Yang kami mau? Hohoho... Sangat kecil kok kemauan kami, yaitu... Serahkan semua harta yang kalian punya dan tunduklah kepada kami!" Ucap Presiden menjelaskan.

Feldha dan yang lainnya terkejut, mereka tidak menyangka kalau permintaannya begitu besar.

"Itu tidak kecil, malah permintaan yang tidak bisa di beri!" Ucap Leo kesal.

"Kalau tidak mau ya sudah, ketiga Gadis ini akan menjadi milik kami" Ucap Miguel menyentuh pipi Lica.

"Jangan sentuh Saudara Ku!" Teriak Nica yang marah dan mulai berlari.

"Nica! Jangan kesana atau Kamu akan terkena..." Ucapan Ita terpotong.

Sebuah peluru datang dari luar  Ruangan dan menembus pintu, lalu peluru itu mengenai tangan Miguel.

"Aargh! Apa itu?!" Teriak Miguel kesakitan.

Setelah teriakan Miguel itu, muncullah Noran dengan senapan ditangannya.

Ia berjalan pelan memasuki Ruangan besar itu dan menatap dingin ke arah Miguel.

"Jangan pernah sentuh mereka!" Ucap Noran dan menembaki para Gangster Teroris.

Gangster dan Teroris yang ditembaki Noran langsung tumbang.

Presiden, Miguel dan Johan pun kaget. Mereka langsung mengeluarkan senjata dan mulai menembak.

Feldha dan KerJe langsung bersembunyi dari serangan tembakan itu.

Noran melakukan beberapa tembakan, hanya dihindari dengan mudah oleh Miguel.

"Hentikan tembakan atau mereka akan kami bunuh!" Ucap Johan yang tidak tahan lagi.

Ia mengarahkan pistol ke arah Xia, tepat di bagian kepala. Tentunya Xia gemetar ketakutan.

"Toloong!" Xia langsung teriak ketakutan.

"Sial! Baiklah!" Ucap Noran melemparkan senapannya dan mengangkat tangannya.

Ia berjalan pelan dan menatap tajam ke arah Johan.

"Hohoho... Bagus juga senapan Mu" Ucap Miguel langsung mengambil senapan Noran.

"Lepaskan pelindung armor di tubuhnya dan keluarkan semua senjata Mu" Ucap Presiden.

Noran dengan terpaksa melepaskan armor anti peluru dan membuang semua senjata yang Ia punya.

Feldha dan KerJe yang melihatnya diam, mereka tidak tau harus melakukan apa.

"Baiklah, Aku akan melepaskan mereka" Ucap Presiden.

Noran menggerakkan jari nya pelan seperti menunjuk Rui dan Lica, tentunya Feldha dan KerJe mengetahuinya.

Lica, Xia, dan Rui pun dilepaskan, mereka langsung berlari.

Selanjutnya, Mark dan Leo langsung menuju ke arah Rui dan Lica.

Noran mengambil cepat armor nya dan menahan setiap peluru yang ditembakkan oleh Miguel.

Peluru itu tertahan di armor, membuat Rui dan Lica selamat. Mark langsung memeluk Rui dan membawanya lari, sedangkan Lica langsung ditarik Leo untuk bersembunyi di balik meja.

Johan yang tau pun menembak kaki kiri Noran, alhasil Noran pun terjatuh.

Selanjutnya hal yang tidak terduga terjadi, peluru Miguel mengenai punggung Xia hingga menembus ke depan dadanya.

Xia pun kaget dan berteriak kecil, Noran yang melihatnya pun kaget dengan mata melotot.

Xia perlahan tumbang ke lantai, dengan cepat Noran berdiri mengabaikan kakinya yang tertembak dan menangkap Xia sebelum menyentuh lantai.

"Xia! Sadar Xia! Xia!" Ucap Noran memukul pelan pipi Xia.

Terlihat Xia mengeluarkan air mata dengan mata yang sayu, lalu terukir sedikit senyumannya.

"No-Noran... Su-dahlah" Ucap Xia memegang tangan Noran.

"Xia, jangan Xia. Tetap sadar lah, Aku akan menolong Mu" Ucap Noran merobek kaosnya sedikit dan menekan luka tembakan di dada Xia.

"Sudah... Lah... Noran... Tidak usah, Aku tidak kuat la-gii..." Ucap Xia memegang erat tangan Noran.

"Kamu sang-ngat ba-baik pada... Ku... A-aku... S-sa-sangat senang bertemu den-ngan Mu..." Ucap Xia terbata bata.

"Yaa, Aku juga sangat senang bertemu dengan Mu. Jadi, ayo kita cari bantuan..." Ucapan Noran terhenti.

"Sudahlah... I-itu tidak sempat... A-aku berterimakasih tel-lah menemani Ku... Terimakasih, Noran..." Ucap Xia mengelap air mata Noran yang sempat menetes dan tersenyum manis.

Tangan Xia tumbang di telapak tangan Noran, mata yang menutup dengan air mata terakhir yang menetes, dan senyuman manis terukir.

Noran pun meneteskan air matanya dan memeluk erat tubuh Xia yang lemah.

Air mata mengalir di pipi nya dan membasahi bahu Xia.

"AAAA! XIIAAAAAA!!!"

Teriakan Noran menggelegar di Ruangan tersebut, hingga terdengar keluar Gedung.

Semua orang yang mendengarnya pun terdiam dan melihat ke arah suara tadi.

Feldha dan KerJe seketika kaget tidak percaya, Xia harus pergi meninggalkan mereka.

Setelah berteriak, Noran pun menundukkan kepala menatap wajah Xia.

Noran teringat sebuah ingatan beberapa hari yang lalu. Yang dimana, Noran dan Xia akan jalan jalan serta makan bersama setelah misi ini selesai.

Noran pernah berjanji kepada Xia, Ia akan membawa Xia jalan jalan berkeliling kota dan berbelanja makanan serta membeli bando kucing.

Noran masih ingat itu sampai sekarang, tapi Xia harus pergi meninggalkannya.

Janji pun tidak bisa Ia tepati.

"Wahahaha... Begitu saja nangis? Huuu, cengeng sekali ternayata ahahaha" Ucap Miguel tertawa yang diikuti Presiden dan Johan.

Feldha dan KerJe mendekati Noran yang tertunduk, mereka merasa sedih melihatnya.

"Yuhuu~ Apa Aku telat?"

Terdengar suara Ran yang memasuki Ruangan bersamaan dengan granat yang dilemparnya.

Granat itu meledak dan membuat Presiden Miguel serta Johan terpental.

"Sialan kalian!!!" Ucap Noran marah dan kesal.

Noran berlari menuju Miguel dan melayangkan pukulan terkeras nya ke wajah Miguel.

Tepat saat pukulan mengenai Miguel hingga membuat rahangnya bergeser, Johan menembak Noran tepat diperut.

Miguel pun terjatuh mundur dan Noran pun terdiam. Noran menatap perutnya yang tertembak dan perlahan tumbang.

"Aaaaa!" Feldha pun berlari dan memukul Johan.

Pukulan Feldha tepat di kepala Johan, membuat kepala Johan menghantam lantai hingga retak.

Feldha mengangkat Johan, menghantamkan lutut nya ke punggung Johan, lalu melemparnya ke arah Ran.

Ran yang mengetahuinya pun melakukan tendangan berputar dan mengenai kepala Johan.

Setelah itu, Ran mengeluarkan pisau dan menusukkan nya ke dada Johan. Disaat itu pun Johan tewas.

Presiden yang melihatnya pun panik dan segera berlari ke arah pintu untuk kabur.

Saat sudah ingin melangkah keluar Ruangan, Rui datang dan memukul Presiden dengan tongkat bassball tepat di wajah.

Presiden pun terjatuh ke lantai.

"Bagaimana? Enak dipukul? Hmm?"

Terdengar suara Noran yang sangat datar dan membuat Presiden kaget.

"Ba-bagaimana bis-bisa? Bukannya Kau?" Tanya Presiden yang ketakutan melihat Noran.

"Hmm? Kau mengira Aku telah mati? Oh tidak semudah itu..." Ucap Noran sembari mengangkat Presiden berdiri.

"Satu peluru tidak mudah untuk membunuh Ku, harus membutuhkan puluhan hingga ratusan peluru untuk bisa membunuh Ku" Ucap Noran menunjukkan peluru yang ditembakkan oleh Johan sebelumnya.

"Sekarang... Rasakan akibatnyaaa!!!" Teriak Noran dengan keras dan menendang Presiden hingga terpental.

Mark memukul kepala Presiden bagian belakang menggunakan tongkat golf, hingga membuatnya hampir kehilangan kesadaran.

Mark memukul terus dada Presiden hingga berbunyi patah tulang yang nyaring. Lalu, Ia mengangkatnya dan membantingnya ke lantai dengan keras.

Noran pun datang dan melakukan tendangan berputar tepat di kepala Presiden.

Tendangan Noran sangat keras hingga mematahkan dan menghancurkan tulang kepala Presiden.

Darah segar keluar dari mulut, hidung, dan mata Presiden. Presiden pun tumbang dengan sedikit kejang, setelah itu tewas.

Feldha dan Ran sedang mengeksekusi Miguel yang sudah sekarat.

Feldha menendang kaki belakang Miguel hingga membuatnya berlutut, lalu Ran membanting dengan tendangan keras ke kepala Miguel hingga menghantam lantai.

Miguel pun sedikit kejang dan tewas saat itu juga.

Noran mengambil bom dan seluruh granat yang Ia bawa, lalu meletakkannya di seluruh Ruangan Gedung itu.

Mereka yang mengetahui maksud Noran pun mulai mengambil barang masing masing.

"Ayo kita keluar" Ucap Noran sembari mengangkat Xia di depannya.

Mereka semua mengangguk dan berjalan keluar Ruangan.

Rui dengan cepat memeluk Mark karena ketakutan melihat kejadian barusan, tentunya Mark memeluk kembali Rui.

Saat mereka sudah di luar Gedung, barulah bom dan granat itu meledak besar di dalam.

Ledakan itu menyebar ke seluruh Ruangan dan menghancurkan Gedung saat itu juga.

Para Mafia, Polisi, Tentara yang berada di luar sudah membantai habis Gangster Teroris sampai ke akar akarnya.

Mereka menyambut Feldha dan KerJe dengan senang yang berhasil mengalahkan dalang dari semua ini.

Puluhan Ambulance dari berbagai Rumah Sakit pun datang dan membawa para korban untuk diobati.

Para The Mafia, Polisi, Tentara, dan KerJe menghela napas lega serta senang bahagia menyelimuti mereka.

Akhirnya mereka menggapai kemenangan juga setelah sekian lama menunggu.

"Kemenangan berada di tangan kami"

Bersambung....

Yuhuu... Akhirnya kembali Update ygy:D

Akhirnya kemenangan berada di tangan KerJe, Mafia, Tentara, dan Polisi yaa...

Semuanya sudah terungkap disini yaa, ehee:D

Chapter kali ini Aku buat full yaa, sampai lebih 3800+ kata'-')b

Mohon maaf kalau chapter kali ini agak aneh, teracak, nggak jelas karena mengejar Deadline:)

Semoga kalian paham dan suka yaa...

Chapter selanjutnya adalah chapter terakhir, jadi tunggu sajaa.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya...
Byee~
Dadaaa~
See you~

Ttd
Kamis, 4 Agustus 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro