Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

41: Pintu Labirin

"Kim Min Ryu adalah temanku waktu kuliah di London. Aku dan Ryu berteman baik, bidang kesukaaan kami yang sama membuat hubungan kami semakin dekat. Ditambah lagi, Ayahku dan ayah Ryu saling bekerja sama. Perusahaan Ayah Ryu bergerak di bidang makanan di Korea dan China. Kerja sama kedua perusahaan yang berbeda bidang itu berjalan lancar selama bertahun-tahun, sampai akhirnya di tahun 2011, Ayah mengajukan tuntutan kepada Ayah Ryu atas tindakan penggelapan dana dan penipuan. Perusahaan Ayah Ryu bangkrut karena kasus itu. Bersamaan dengan itu hubungan pertemananku dengan Ryu juga berakhir."

"Dua tahun kemudian, Riana memperkenalkan Ryu sebagai suaminya. Mereka menikah diam-diam di Amerika, padahal saat itu aku mengirim Riana ke Amerika untuk kuliah. Saat dia pulang, dia sudah mengandung Alisa. Jelas, aku menantangnya. Apalagi keputusan Riana berpindah keyakinan membuatku berang. Aku membatasi ruang gerak Riana karena aku tau tujuan Ryu menikahi Riana untuk mengambil alih perusahaan Adhitama Jaya, sebab setelah ayah meninggal semua aset atas nama Riana, termasuk kursi Presdir Adhitama Jaya."

"Benar, aku seperti memenjarakan Riana dalam mansion saat aku sibuk merebut kursi Presdir dari adik kandungku. Aku ingin melindungi kursi Adhitama Jaya agar tetap sesuai wasiat ayah. Tetapi, Riana salam paham dan mengira aku hanya mementingkan jabatan dan uang. Dia memberiku syarat, jika aku melepaskannya, dia akan memberiku kursi Presdir. Jelas, aku menolak. Karena bukan itu maksudku mati-matian mempertahankan kursi Presdir dan melindunginya."

"Setelah Alisa lahir, aku mengirim mereka ke Amerika untuk menghindar dari keluarga Ryu. Satu tahun kemudian, Ryu mendatangiku. Dia membuktikan bahwa dia tidak ada maksud lain menikahi Riana selain dia memang benar mencintai Riana. Dia memberiku surat pernyataan bahwa dia bukan lagi anggota keluarga Kim dan tak ada hubungannya sama sekali dengan kejadian kebangkrutan perusahaan keluarganya. Bodohnya, aku percaya dan melepaskan Riana kepada Ryu."

"Pertengahan tahun 2015, aku mendapat telepon dari kepolisian Kota Seoul. Tepat, dua bulan setelah aku melepaskan Riana dan Alisa kepada Ryu."

Pak Shaka tersenyum tipis, tetapi aku bisa melihat ada guratan kesedihan di wajahnya. Sorot matanya meneduh dan mengambang.

"Sejak saat itu, aku tidak berhenti menyesal atas kebodohanku hingga detik ini."

Aku menarik napas panjang kemudian mengembuskan pelan. Sungguh, bukan sebuah cerita sederhana yang mampu diterima akal dan pikiran. Sangat tragedi dan sangat disayangkan.

"Alisa mengatakan kalau dia sering melihat orangtuanya bertengkar. Apakah kau tau apa yang sebenarnya terjadi?"

Pak Shaka mengangguk, "Dua minggu sebelum tragedi itu, Riana sempat menghubungiku. Namun, pada saat itu aku tidak bisa dihubungi karena sibuk dengan pekerjaan. Dia mengirimiku pesan bahwa Ryu telah membohonginya."

Aku menahan napas sejenak.

"Ryu berselingkuh di belakangnya, juga memaksa Riana untuk menandatangani surat pengalihan perusahaan. Riana ingin kembali ke Indonesia, tetapi Ryu mengancam akan membunuh Alisa. Menurut penyelidikan, tetangga apartemen mereka sering mendengar Ryu melakukan kekerasan pada Riana. Mereka sudah pernah melapor, tetapi Riana malah menutupi kesalahan Ryu. Mungkin, malam itu Riana sudah di batas kesabaran yang membuatnya menusuk Ryu hingga tewas."

Aku kembali mengembuskan napas panjang. Benar-benar sebuah tragedi yang mengerikan. Detik demi detik mendengar setiap kalimat yang Pak Shaka lontarkan, detik demi detik itu juga dadaku sakit. Setiap fakta terkuak tentang tragedi itu, bulu kudukku meremang. Pasti tidak mudah di posisi Riana.

"Alisa menjadi satu-satunya ahli waris perusahaan Adhitama Jaya. Untuk menghindari klaim hak asuh dari keluarga Ryu, notaris menyarankan agar aku menikah dan mengadopsi Alisa secara legal. Itulah alasan aku menikahimu. Sebenarnya bisa saja mengadopsi tanpa menikah, aku pernah mengajukan itu ke Menteri Sosial, tetapi ditolak karena Alisa memiliki dua kewarganegaraan, bisa dilakukan jika Alisa sudah berumur 17 tahun dan memilih Indonesia sebagai status kewarganegaraannya."

"Lalu, kenapa kau tidak mencari istri yang benar-benar? Kenapa harus istri kontrak?"

Bukannya menjawab, Pak Shaka malah tersenyum tipis. "Setelah adopsi legal, aku tidak memperlukan istri lagi. Dan, setelah Alisa berani mendobrak konya hitamnya, dia juga tidak memperlukan ibu. Alisa berani mengkilas balik kenangan itu berarti dia sudah bisa mengatasi traumanya. Itu sebabnya, ada surat kontrak. Karena aku tidak bisa mempercayai siapa pun lagi."

"Tapi--,"

Pak Shaka berdiri dari duduknya, "Aku tidak akan membatasi kalian untuk terus berhubungan setelah kontrak selesai. Aku tahu kalian sama-sama menyayangi," ujarnya, dia meraih tas dan jasnya, "aku sudah menepati janji untuk menceritakan semuanya setelah Alisa membuka diri kepadamu. Jadi, bersiap-siaplah." Dia pergi meninggalkan ruang tengah.

Meninggalkan aku dalam patah hati yang luar biasa. Dari awal aku tahu bahwa ini akan terjadi, tetapi aku merasa amat sedih. Saat menyadari aku telah masuk terlalu dalam di kehidupan keluarga Shabiru.

***

Sejak malam Pak Shaka menceritakan semuanya, aku kehilangan separuh semangatku. Aku sering melamun, sering teledor, dan tiba-tiba menangis tanpa sebab. Karena jujur, bukan kemewahan yang selama ini kunikmati akan kutinggalkan sebentar lagi. Tetapi, tentang Alisa dan Pak Shaka.

Aku masih ingat betul saat pertama kali Pak Shaka mengajakku ke rumah ini dan bertemu Alisa. Masih ingat jelas dalam ingatanku tatapan sinis Alisa, mengumpatiku dalam bahasa Italia, menolak segala kebaikanku untuknya sampai akhirnya dia berhasil luluh dengan segala ketulusanku. Waktu Alisa jatuh dari tangga adalah waktu di mana segala ketakutanku menyatu, menggendongnya ke mobil dan menemaninya dengan penuh harap dan doa agar dia baik-baik saja. Meski dia bukan anak yang kulahirkan dari rahimku, aku selalu berdoa untuknya agar kelak dia menjadi anak yang baik, ceria dan memiliki teman-teman yang tulus kepadanya.

Semua terekam jelas seperti kaset yang berputar di benakku, semakin membuatku tidak berdaya dengan kenyataan bahwa aku harus meninggalkannya.

Dan juga, tentang hatiku yang telah jatuh pada hati duda gila itu. Benar kata orang bahwa semakin menyebalkannya seseorang, semakin seseorang itu menempati ruang terdalam di hati dan pikiran kita. Dan itu benar. Semakin sering aku berusaha untuk melupakan bayang-bayang Pak Shaka, semakin hatiku sakit menerima kenyataan bahwa aku sama sekali tidak bisa melupakannya.

Aku mengusap air mata yang mengalir di pipi kala mendengar tepukan tangan para penonton di acara Annieversary Shabiru Mode ke-10. Para model cilik menampilkan desain baju mereka dengan percaya diri dan semua berjalan dengan lancar. Para anak-anak pejuang kanker terlihat bahagia meski sebagian dari mereka harus berjalan di catwalk dengan bantuan kursi roda.

Mereka berbaris dengan senyuman manis yang tergambar di wajah pucat mereka. Tangan-tangan mungil mereka melambai ke para penonton yang sebagian besar pengunjung dan keluarga pasien. Acara di adakan di lobi Rumah Sakit, sangat sederhana. Hanya ada panggung kecil sebagai catwalk, balon-balon, dan bunga-bunga.

Aku berdiri tak jauh dari panggung, Alisa ikut menjadi model dan Pak Shaka tidak bisa hadir karena harus ke Singapura. Aku tidak sendiri karena mengajak Nania dan adik Nania yang berusia lima tahun. Semua staff utama Shabiru Mode juga hadir, tak ketinggalan David yang ternyata sudah resmi berkencan dengan Nania. Ah, mereka.

"Ini dia Nyonya Shabiru... pencetus konsep acara ini loh... kenalan yuk!" Rachel salah satu staff Shabiru Mode yang memegang jobdesk dokumentasi mengarahkan mata kamera kepadaku.

Aku tersenyum dan melambai ke kamera, "Haloo..."

"Ini live, Bu. Ayo satu dua kata dong, kenapa memilih konsep ini? Kenapa sih kok milih konsep sederhana banget, berbeda dengan konsep-konsep anniv Shabiru Mode sebelum-sebelumnya?"

"Emm..." aku menjeda sebentar, melirik Alisa yang berlari kearahku, aku memeluknya sambil berkata, "karena gadis cantik ini. Ayo, Sayang say hello ke kamera."

"Holaaa!! Namaku Alisa, ini bundaku," kata Alisa sambil mengecup pipiku kemudian berlari kembali ke teman-teman barunya.

"Wah, sepertinya Nona Alisa sangat mencintai Anda ya, Bu?" Aku hanya tersenyum. "Kenapa karena Nona Alisa ibu memilih konsep ini?"

Aku menarik napas sejenak kemudian mengembuskan pelan, "Ingin mengajari Alisa tentang kesederhanaan. Bahagia itu bisa didapat meski dalam kesederhanaan. Kita akan lebih dekat dengan kenyataan hidup yang sebenarnya. Di luar alasan itu, ingin memberi kesempatan kepada anak-anak pilihan Tuhan untuk merasakan momen bahagia dan memberitau mereka bahwa kanker tidak akan pernah bisa merenggut kebahagiaan mereka."

"Waah, Anda sangat mulia sekali. Saya bahagia punya bos seperti Anda."

Aku tertawa lalu memeluk Rachel, "Aku juga bahagia punya partner seperti kamu."

"Wah, aku dipeluk Bos, Gaees! Wah, benar-benar bos satu ini. Oke, terima kasih Ibu Sabella atas satu dua katanya, semoga sukses selalu." Aku mengakhiri wawancara dengan senyuman dan lambaian tangan kearah kamera. Kemudian Rachel berjalan untuk merekam staff yang lain.

"Oke, temen-temen, sebagai penutup acara. Ada persembahan dari Nona Alisa Shabiru, sebuah lagu spesial untuk Bundanya, Ibu Sabella. Untuk Nona Alisa, silakan naik ke panggung."

Karena sebelumnya aku tidak diberitau soal ini, aku begitu antusias dan maju beberapa langkah mendekati panggung. Bahkan, aku mengeluarkan ponsel untuk merekam Alisa menyanyikan sebuah lagu.

Alisa naik ke panggung membawa sebuah kertas. Setelah David selesai menyiapkan standing mic, musik mulai mengalun. Semua mata tertuju padanya dan pada saat layar belakang menampilkan foto kebersamaanku dengan Alisa, semua orang berkata 'uwah'. Dan pada saat itu juga aku menurunkan ponsel, fokus ke panggung tanpa halangan apapun.

Gureume bicheun heuryeojigo
Cahaya langit redup ditutupi awan.

Changgae yoranhi naerineun
Segala kenangan terasa dingin

Binmulsori mankeum Shirim gieokdeuri
Seperti rintik hujan yang jatuh ke jendela

Nae maeum butjjapgo inneunde
menggenggam erat hatiku

Mendengar lagu itu hatiku langsung mencelos. Sebelumnya Alisa sangat membenci semua hal tentang Korea karena Korea mengingatkannya pada tragedi mengerikan itu. Detik ini benar-benar membuktikan bahwa Alisa telah keluar dari konya hitam yang selama ini mengurungnya dan membuatnya menderita. Dia mampu menghadapi dan berani untuk mengalahkan mimpi-mimpi buruk itu.

Aku langsung membekap mulutku sendiri, menahan tangis meski air mata sudah membendung dan perlahan mengalir ke daratan pipi. Aku sangat bangga kepadanya, benar-benar bangga.

Galssurok jiteojeogan geuriume jamgyeo
Menjadi rindu, menjadi semakin berat seiring berjalannya waktu

Shiganeul geoseulleo galssun eomnayo
Dapatkah ku kembali ke masa silam itu?

Geu ttaecheoreomman
Seandainya engkau

Geudae nal anajumyeon
Memelukku seperti dahulu

Gwaenchaneultende ijen
Sekarang aku akan merasa lebih baik

Aku menangis terisak di depan panggung. Layar belakang itu juga menampilkan foto-foto masa kecil Alisa bersama mendiang mamanya. Di foto-foto tersebut tampak Alisa kecil yang memiliki senyuman lebar memeluk mamanya. Alisa benar-benar sembuh, dia telah sembuh dari traumanya.

Aku berlari ke atas panggung kemudian menangis terisak di pelukannya. Dia telah melakukan yang terbaik, melepas segala kesakitan dan kembali hidup bahagia tanpa bayang-bayang ketakutan. Aku selalu membisikinya setiap malam bahwa badai akan berlalu jika kita berani menerjang, bukan menunggu dalam ketakutan.

Dan hari ini Alisa telah menerjang badai dengan berani. Aku benar-benar bahagia. Sangat bahagia...

Kerja bagus, Nak. Sekarang tidurlah dengan nyenyak tanpa takut mimpi buruk itu akan datang lagi. Mimpi itu telah sirna, menghilang bersama dengan segala rasa ketakutanmu...

Sekali lagi,... Kerja bagus, Nak. Bunda bangga padamu.

***

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Huhu, Alisa, we love you, Nak!

Congratulation, gadis kecil...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro