16. Aktor Ulung
"Apakah benar menurut rumor terbaru bahwa kedai ini adalah warisan dari mendiang orang tua Nona Sabella?"
Pertanyaan wartawan itu mengalihkan perhatianku yang semula berfokus pada Alisa, aku cukup terkejut dengan pertanyaan itu karena selama ini tidak pernah mendengar adanya rumor tersebut.
"Iya, benar." Suara Pak Shaka mengalihkan bola mataku kearahnya, dia juga menatapku sembari tersenyum. Tatapannya begitu nyata, seolah benar ada cinta di sana. Aku sejenak terpana, jika bukan karena lontaran pertanyaan wartawan tadi, mungkin aku bisa-bisa menatapnya lebih lama lagi.
"Apakah benar itu Nona Sabella?"
"I—iya," jawabku sedikit terbata.
"Dulu mendiang mertua saya adalah pemilik kedai ini. Ibu mertua yang mendekor sendiri kedai ini kurang lebih 20 tahun yang lalu dan tidak pernah berubah. Dulu, kedai ini disebut kedai sedap malam, tetapi berubah menjadi kedai Cinderella karena sebuah cerita unik."
Tuhan, dari mana dia tahu jika bunda yang mendekor kedai ini lebih dari 20 tahun yang lalu? Pasti dari Nania!
"Wah, cerita unik apa itu?"
Pak Shaka meletakkan tangannya di bahu kananku. Aku menoleh ke arahnya. Senyuman dan tatapan itu kembali kulihat.
"Kehidupan istri saya sebelum menikah dengan saya seperti Cinderella. Dia tinggal bersama ibu tiri dan dua saudari tirinya, dia selalu diperlakukan tidak adil. Namun, dia adalah gadis yang pantang menyerah, gadis yang pantang meneteskan air mata hanya karena hinaan dan makian. Karena itulah saya jatuh cinta kepadanya, pada pandangan pertama di sini. Di meja ini, kami pertama kali bertemu."
Aku tercenung mendengar cerita Pak Shaka, itu bukanlah fiksi kecuali kalimat terakhirnya. Itu benar-benar kehidupanku. Sebenarnya apa rencana duda gila ini?
"Jadi Nona Sabella bukan putri pemilik Perusahaan tekstil Singapura seperti yang sering diberitakan di awal pernikahan kalian? Jadi, kenapa Anda memilih orang biasa sebagai ibu sambung Alisa?"
Aku menarik wajahku dari tatapan Pak Shaka, berfokus kembali pada Alisa yang memainkan gawainya.
"Dia bukan orang biasa, dia gadis yang luar biasa sebab itu hati saya memilihnya."
Jantungku berdegup tidak keruan, aku tetap berfokus pada Alisa meski sebenarnya aku tidak bisa fokus karena mendengar setiap kata yang dilontarkan Pak Shaka seolah benar-benar nyata. Aku langsung menepis, dia memang aktor ulung. Dia hanya berakting. Please Sabella, hentikan perasaan gila ini!
"Apakah itu yang mendasari pernikahan kalian berkonsep negeri dongeng?"
"Yap, betul."
"Nona Sabella kenapa mau menikah dengan Pak Shaka yang notabene duda dan punya anak?"
"Eem," Aku memutar otak keras, "bisa diulangi pertanyaannya?"
Wartawan itu mengulangi pertanyaannya.
"Bukan soal status, tetapi itu semua tentang cinta. Mencintai itu letaknya di hati, bukan di rupa, bukan di harta, bukan pula di tahta. Aku mencintai suamiku karena hatinya yang tulus, karena hatinya yang luas. Mungkin kalian berpikir bahwa suamiku orang yang otoriter dan dingin. Kalian salah, dia adalah sosok ayah yang penyayang, suami yang menghormati istrinya. Itu yang membuatku semakin jatuh hati padanya. Itu semua karena hatinya."
Hueek! Pengin muntah rasanya setelah mengatakan itu.
"Wǒ ai ni," katanya sambil menatapku intens.
Aku tersenyum kemudian mendekat ke telinganya, "Wǒ hen ni!" Persis seperti yang dilontarkan putrinya kemarin. Haha, rasakan!
"Huuuuu, romantis sekali," sahut beberapa wartawan.
Aku dan Pak Shaka tertawa, menertawakan apa aku juga tidak tau. Namanya juga akting.
"Apakah kalian berencana memberi Alisa adik dalam waktu dekat ini?
"Emm, itu sedang dalam pertimbangan kami berdua. Mohon doanya," kata Pak Shaka.
Liputan dia akhiri dengan kalimat promosi kedai oleh Pak Shaka, dia mengatakan dia akan membuat kedai ini sebagai prasasti perjalanan cintanya. Dia pembohong yang pantas dihadiahi dua jempol. Dia hebat dalam berakting, kenapa tidak jadi aktor saja sekalian!
***
Aku membuka pintu kamar, berjalan gontai kearah tempat tidur setelah menutup pintu kembali. Aku membanting tubuh di atas benda empuk itu hingga terpantul ringan beberapa kali. Sembari menatap langit-langit kamar yang berlukiskan awan-awan, aku mencoba mencerna cerita fiksi yang diceritakan Pak Shaka kepada media.
Masih terbayang bagaimana dia menatapku seolah ada cinta yang nyata di iris matanya. Aku bersyukur tidak dikarunia hati yang mudah jatuh pada pesona pria. Meski jantungku sempat berdegub kencang karena salah satu kalimat yang dilontarkan oleh pria itu.
Hal yang membuatku terkejut adalah saat kami keluar dari kedai, banyak orang berkerumun di depan kedai. Para pengawal kewalahan karena Pak Shaka sendiri tidak menyangka akan seramai itu. Dia benar-benar mengkhawatirkan Alisa jika harus membelah kerumunan massa yang mungkin tidak setiap orang akan menjaga tangannya untuk tidak menyentuh putri satu-satunya.
Dia menggendong Alisa membelah kerumunan, aku di belakangnya memegang erat tangan kanannya. Enam pengawal melindungi kami. Sesak. Panas. Ramai. Aku juga mencengkeram jaket Pak Shaka sambil terus mengikuti langkahnya. Salah satu orang dengan sengaja menarik bajuku.
"Aw!" Aku memekik kesakitan.
Pak Shaka menoleh, "Don't touch her! Keep stay away!" semprotnya.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya padaku.
Aku mengangguk.
"Beneran?"
"Hm."
Dia langsung menarik pundakku kemudian tangan kanannya itu merangkul, kami kembali melanjutkan langkah. Sambil menggendong Alisa, dia juga berusaha melindungiku. Dia benar-benar aktor dengan keahlian yang ulung. Semua akan percaya jika memang ada cinta di antara kami. Padahal, dalam hati kami saling memaki satu sama lain.
Aku masih heran, Pak Shaka hanya pengusaha sukses bukanlah seorang selebritis. Mungkin karena tampangnya yang membuat duda gila itu dijadikan 'selebritis' oleh media. Wajahnya sering wira-wiri di televisi meski pemberitaannya juga tidak begitu penting. Karena pernikahan kami yang super crazy, dia semakin diburu media. Media berlomba-lomba mengulik segala tentang diri Pak Shaka sampai ke hal-hal sepele. Meski begitu menyebalkan sebab ikut menjadi 'selebriti', aku mendapatkan sebuah keuntungan karena ada beberapa media yang mencoba menggali cerita masa lalu Pak Shaka.
Seperti artikel yang kubaca beberapa menit yang lalu.
"Menguak fakta mengejutkan tentang Arshaka Shabiru. Pernah berseteru dengan adik kandung karena berebut kedudukkan petinggi perusahaan raksasa milik mendiang ayahnya."
Lalu,...
"Perebutan kursi Presiden Direktur, menjadi penyebab renggangnya hubungan dengan sang ibu."
Dan,
"Kontroversi Arshaka Shabiru lima tahun silam, dari menikah diam-diam di Amerika sampai penyebab kematian mendadak ibu kandung Alisa."
Artikel terakhir yang membuatku semakin berpikir bahwa keluarga Shabiru benar-benar menyimpan sebuah kisah kelam yang begitu tragedi. Aku dapat menyimpulkan bahwa ada konflik internal yang mungkin salah satunya membuat Alisa trauma. Cukup mengejutkan juga dia ikut berakting bersama kami, itu artinya Alisa tahu bahwa aku hanya ibu sambungnya sementara. Ah, aku tidak mengerti kenapa keluarga ini begitu rumit dan penuh teka-teki.
Aku bangkit dari posisi tidurku, berjalan kearah meja rias, menarik holder laci kemudian mengambil buku diary Kim. Malam ini aku harus bisa menyelesaikan membacanya sampai halaman terakhir, karena mungkin ada sesuatu di buku ini.
Aku membuka halaman lanjutan dari halaman yang terakhir aku baca.
Pertengahan Juli 2009
"Maukah kamu menjadi bagian dari cerita hidupku?" dia mengatakan itu dengan tatapan sendu, sesendu sore pada saat itu yang mempersembahkan langit jingganya. Kami tengah duduk di tangga Metropolitan Museum of Art, di ujung Central Park, New York, Amerika Serikat
Aku tertegun, jantungku berdegub keras. Angin terasa sekali membelai pipi karena mungkin saat itu pipiku merona merkah. Aku kali pertama bertemu dengannya di sini, kami sama-sama menganggumi seni. Lebih lagi, seni klasik. Obrolan kami selalu nyambung karena hal itu. Hari demi hari, bulan demi bulan, hubungan kami semakin dekat.
"Bulan depan aku akan pergi ke Korea. Untuk waktu yang sedikit lama. Hari ini aku beranikan diri untuk menanyakan hal itu padamu. Jika kamu tidak bisa menjawab sekarang, aku tunggu besok di bandara. Pesawatku berangkat pukul 7 pagi." Dia berdiri kemudian tersenyum.
Senyuman dan senja kala itu, tampak sempurna indah di mataku.
"Apa pun jawabanmu, semoga kita tetap bisa bertemu, mengobrol dan berteman. Pikirkan dulu, aku tau ini mendadak. Aku harap kamu memilih jawaban yang sesuai hatimu."
Punggungnya semakin menjauh, namun debaran dadaku semakin mengeras. Pria itu, untuk kali pertama bagiku. Telah membuatku jatuh sedalam-dalamnya. Tuhan, aku ingin menjadi bagian dari cerita hidupnya!
Akhir Juli, 2009
"I said Yes!"
Aku akan menyusulnya ke Seoul.
17 September, 2009
Officialy, im not miss anymore. But, Mrs!
Mama, anak gadismu sudah menjadi nyonya. Semoga aku bisa menjadi seperti mama, istri yang baik, istri yang setia, istri yang nyaris sempurna. Mama, pernikahan ini diam-diam, maaf, tetapi dia akan berjanji akan meresmikan secara Negara segera mungkin, ini karena status kewarganegaraan kami yang berbeda.
Really happy, God! Thank You!
Awal Desember, 2009
Welcome to my belly, my lovely sunshine!
Aku akan memberitau papamu saat dia pulang dari Korea. Dia pasti sangat senang, cant wait to see his reaction.
Akhir Januari, 2010
Shaka, I hate you! Aku tidak ingin menggugurkan anakku! Aku tidak perlu pengakuanmu, aku tidak butuh itu!
Awal Maret, 2010
Maafkan, mama, Nak! Maafkan, mama. Setiap harinya kamu harus mendengar tangisan mama. Maafkan, mama. Mama akan menjagamu sampai kamu bisa melihat mama, aku tidak akan membiarkan iblis itu memisahkan kita. Mama akan segera keluar dari neraka ini!
Pertengahan Juni, 2010
Aku tidak peduli harta, aku hanya ingin bahagia. Keluarkan aku dari sangkar ini! Shaka, aku benar-benar membencimu!
7 Agustus 2010
Selamat datang sayang. Aku ingin memberimu nama Alisa, Alisa Naura Kim.
20 Agustus 2013
Ini adalah tulisan terakhir di buku ini. Aku mendengar hari itu, dia akan membawaku pulang ke Amerika. Dia menjanjikan kebebasanku di sana. Dia akan membiarkanku pergi bersama Alisa. Aku tau dia sangat menyayangiku, namun, aku sama sekali tidak suka dengan cara yang dia pilih. Cara dia melindungiku begitu sangat menyakitiku.
Masih teringat kali pertama bertemu dengannya, seakan ada banyak cinta di matanya. Seharusnya aku tak mempercayainya. Dia hanya iblis berkulit manusia. Hanya karena harta, dia membuatku menderita selama ini. Aku tidak butuh posisimu, aku tidak butuh pengakuanmu. Aku hanya ingin lepas darimu. Silakan kamu nikmati apa yang tersisa dariku. Aku akan meninggalkannya sebagai pengingatmu ada hati seorang perempuan, seorang adik, seorang anak, seorang ibu yang kau sakiti.
Tertanda, Oriana Kim.
Aku menarik napas panjang, kemudian mengembuskan pelan. Oh, my Godness! Aku membalik halaman berikutnya, tidak ada tulisan tangan lagi selain gambar bunga mawar merah sebagai pamungkas dari buku diary itu.
Jadi kesimpulannya adalah, Pak Shaka melamar Kim 8 tahun yang lalu. Kemudian, Pak Shaka pergi ke Korea dan Kim menyusulnya. Mereka menikah diam-diam di Amerika, dua bulan kemudian Kim hamil. Duda gila itu tidak menginginkan Kim hamil karena pada saat itu dia tengah sibuk memperebutkan kursi Presdir. Kim akhirnya dikurung di mansion, setelah Alisa lahir, Pak Shaka memulangkan Kim ke Amerika. Setelah itu....?
Setelah itu apa yang terjadi? Kenapa endingnya Alisa bersama Pak Shaka? Lalu, kapan dan di mana serta apa penyebab kematian Kim? Dan yang lebih pentingnya lagi adalah apa yang menyebabkan Alisa trauma?
Kalau menurut artikel yang kubaca tadi, dugaan kematian Kim sekitar lima tahun yang lalu dan penyebabnya adalah gagal napas akibat penyakit yang diderita. Penyakit apa? Apakah artikel itu benar? Intinya, apa yang membuat Alisa trauma?
Atau jangan-jangan...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro