Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. Menaklukkan Hati Alisa

"Bingo! Sabella. Trauma Alisa pasti karena kematian ibunya. Jelas itu!" kata Nania setelah mendengar cerita dariku.

Aku memang sempat berpikir seperti itu, anak seumuran Alisa pasti berat ditinggal orang yang telah melahirkannya. Jangankan dia yang masih kecil, aku yang sudah umur belasan tahun ketika kedua orang tuaku meninggal, sedihnya tidak pernah berujung.

"Trus dengan cara apa aku bisa menaklukkan hatinya?"

"Emmm..." Nania terlihat berpikir, beberapa menit kemudian, "Aha!"cetusnya tiba-tiba.

"Gimana?"

"Cari tau hal-hal yang disukai Alisa, seperti mainan, makanan, tempat. Dengan kartu kredit unlimitedmu pasti kamu bisa mewujudkannya."

Aku mengangguk-angguk sependapat dengannya. Ya, apa yang Nania katakan benar, pertama aku akan mendekati Alisa dengan hal-hal yang disukai gadis itu.

Sepulang menemui Nania, aku langsung bergegas menemui Biyung. Dia bilang kan, aku tidak boleh menanyai tentang masa lalu Alisa, jadi selain hal itu, aku masih bisa menanyai tentang Alisa.

"Hal yang Non Alisa suka?"

"Iya, Biyung. Apa? Makanan, mainan, atau tempat yang Alisa favoritkan?"

"Non Alisa sangat menyukai makanan Italia, yang paling dia suka adalah kepiting olahan ala masakan Italia."

Aku menyambar catatan dan menulisnya. "Lalu? Mainan? Apa dia suka boneka? Boneka apa yang dia suka?"

"Dia sangat menyukai karakter boneka Barbie, segala hal tentang boneka Barbie."

"Tempat? Apa dia suka jalan-jalan? Ke mana dia sering jalan-jalan?"

"Pantai, dia sangat menyukai pantai. Satu hal yang tidak dia sukai, jangan menyebut atau bicara segala tentang korea."

"Korea? Kenapa?"

Biyung meninggalkanku tanpa jawaban, meski membuatku penasaran dan gantung. Aku beruntung mendapat sedikit celah tentang informasi itu. Aku yakin pasti ada hubungannya Korea dengan trauma Alisa. Sip!

Aku menulisnya dengan jelas, sudah ada rancangan step by step misi menaklukkan hati Alisa. Aku akan membuktikan pada duda gila itu kalau aku bisa. Karena aku belum pernah memasak masakan Italia, aku harus belajar dulu. Untuk itu aku memulai mendekati Alisa dengan mainan kesukaannya, yakni boneka Barbie. Ditemani Nania, aku membeli satu set boneka Barbie dengan varian yang berbeda. Rumah-rumahan Barbie, baju-baju Barbie dan pasangan Barbie, boneka Ken.

Aku memasang wajah seceria mungkin dengan senyuman lebar melangkah menuju tempat Alisa berada saat ini. Gadis kecil itu tengah duduk di kamarnya sedang berkutat dengan buku gambar dan pensil warna. Dengan rasa optimis aku melangkah mendekatinya, membawa satu set boneka Barbie yang tadi kubeli.

"Hola, Alisa?"

Alisa menoleh ke arahku, beberapa detik kemudian dia memalingkan wajah. Aku mencoba tetap tenang, menarik napas panjang secara halus dan mengembuskan pelan, aku berjalan semakin mendekatinya.

"Lagi apa? Wah, sedang menggambar ya?"

Dia tak menggubrisku, babysitter Alisa bernama Bibi Mai memberiku sebuah isyarat untuk tetap semangat meski Alisa hanya menganggapku angin lalu.

"Hey, aku beliin kamu hadiah loh. Nih!" Aku berdiri di depannya sambil menunjukkan bingkisan yang aku bawa.

Alisa melirik bingkisan yang aku bawa, detik kemudian dia menoleh kearah samping kanannya. Aku pun mengikuti arah pandang gadis kecil itu, betapa terkejutnya aku saat melihat tumpukan boneka Barbie di dalam lemari tiga pintu berukuran besar, semua tertata rapi dengan berbagai jenis tampilan.

Aku tertawa sumbang menutupi kebodohanku. Alisa suka boneka Barbie, sudah pasti dia punya boneka tersebut. Aku lupa hal penting bahwa gadis kecil ini anak duda konglomerat.

"Oh ya, tapi Alisa nggak punya ini, kan?" Aku menarik boneka Ken dari dalam bingkisan, kemudian menunjukkan kepadanya.

"Jangan!"teriak Bibi Mai.

Alisa menatapku dengan tajam, tak lama dari itu dia merebut boneka Ken dari tanganku kemudian mengambil gunting dan bisa kalian tebak apa yang selanjutnya terjadi. Ya, dia memotong-motong secara brutal boneka Ken.

"Pergi! Pergi dari kamarku!" usirnya dengan suara teriakannya yang melengking.

"Alisa..."

"Pergi!!"

"Nyonya, sebaiknya Anda pergi sekarang," kata Bibi Mai dengan raut wajah takut menyuruhkan untuk pergi.

"PERGI!!!" Alisa menggebrak-gebrak mejanya.

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat reaksi Alisa begitu tidak suka melihatku berada di dekatnya, bahkan dia merusak boneka hadiahku. Aku mengangguk pasrah sembari melangkah pergi dari kamarnya.

"Idiota, tafano!" teriaknya lagi.

Entah bahasa apa yang dia teriakkan itu mungkin dia tengah menyumpah serapahi aku. Aku keluar dari kamar Alisa dengan perasaan kecewa, benar-benar butuh perjuangan untuk mendapatkan hatinya.

Tuhan, beri aku cara agar bisa menakhlukan hati gadis kecil itu.

Di depan kamar, aku melihat duda gila itu bersandar pada dinding sambil menyilangkan dua tangannya di depan dada. Pria itu tersenyum senang melihatku ditolak mentah-mentah oleh anaknya. Aku merasa dibohongi saat dia mengatakan bahwa Alisa tidak sepertinya, pada kenyataannya mereka berdua satu paket, sama-sama menguras emosi jiwa dan raga.

"Apa liat-liat?"sergahku merasa kesal dengan senyumannya yang seolah mengejek.

"Idiota, hahaha..." Dia menertawaiku.

"Harusnya aku tidak percaya saat kau bilang kalau dia tidak mirip denganmu. Kalian berdua sama-sama menyebalkan," umpatku kesal.

"Do yo understand what is idiota?"

"No, but, i'm pretty sure you not understand 'ben bik ana'en be'en pada beih, colo'n pade meggelin!" kataku sembari melangkah pergi.

Memangnya cuma mereka saja yang mengerti lebih dari satu bahasa. Beruntung sekali aku pernah berteman dengan orang dari berbagai daerah semasa kuliah, termasuk dari Madura.


Penerjamahan:

"Dasar bodoh, penggangu!"- Italia

"Tidak, tetapi, aku sangat yakin kau tidak akan mengerti 'Kau dan putrimu sama saja, mulut kalian sama sama menyebalkan!" ---Madura.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro