3. Menonton bersama
Siang ini, Daffa masih terlihat biasa saja.
Meski bahasannya yang terkadang mengerikan, mengancam, mengarah ke kesadisan sebagainya, tapi Daffa sudah tak semengerikan kemarin.
Seperti itukah orang alter ego?
"Ambil camilan di kulkas, bawa kemari. Kita akan menonton bersama-sama," ajak Daffa sambil merebahkan dirinya di atas sofa."
Elsa hanya menurut. Berlari kecil ke kulkas kemudian membawa makanan dari sana ke sofa tempat Daffa berada. Elsa duduk di sampingnya.
"Aku punya film khusus," Daffa memberitahu, menyetelnya, "Kuyakin kamu akan suka!" serunya sambil merangkul Elsa.
Elsa diam saja. Merasa nyaman malahan ketika tangan kekar itu merengkuh badannya.
"Film apa?"
"Animasi," katanya senang.
Elsa mengangguk. Duduk di sofa sambil memeluk bantal dan memakan makanan ringan pelan-pelan.
"Aku tak suka animasi." Elsa cemberut. "Aku lebih suka film dokumenter dan avengers!"
"Lihat saja dulu."
Elsa mengerucutkan bibirnya, menekuk mukanya dengan raut bosan. Film dimulai. Dan yang muncul hanya adegan kartun biasa. Mungkin bagi orang lain ini lucu. Tapi untuknya sepertinya terlalu datar.
Elsa menguap.
Film terus berputar. Lampu tadi sudah dipadamkan sehingga ruangan tengah ini terlihat gelap dengan televisi yang menyala-nyala. Seperti bioskop. Lagi, Elsa menguap.
Hingga tanpa sadar, perlahan film animasi itu berubah menjadi tragis, pembunuhan, fitnah, penuduhan, dan siapapun yang melihatnya tak akan mengerti di mana letak moralnya.
Tepat ketika tokoh utama terbunuh, Elsa tertidur.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro