Bagian Dua
Jadi aku pun mulai sering menyinggung tentang perasaanku ini. Rona merah di pipi. Senyum dikulum yang menawan. Tidak ada respons yang lebih darimu. Hanya itu. Apakah itu berarti kau memiliki perasaan yang sama?
Namun, bukan berarti aku bernyali cukup untuk menyatakannya kepadamu secara langsung. Let it flow, begitulah lebih tepatnya. Tarik ulur adalah metode yang paling aman sejauh ini. Tahu kan, jenis persahabatan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun tetapi berujung pahit di akhir cerita hanya karena cinta bertepuk sebelah tangan?
Gombalan sepele. Lagu-lagu mabuk cinta. Puisi Bahasa Inggris dalam versi grammar menyimpang. Lukisan wajahmu yang katamu sangat bagus. Tidakkah kau menyadari pernyataan implisit dari hal-hal tersebut? Oke. Mungkin kau masih trauma dengan kandasnya hubunganmu dengan pacarmu yang sebelumnya. Bumi ini tahu, akulah orang yang mengetahui detail-detail alasan berakhirnya hubungan kalian. Aku juga bisa melihat kau masih belum yakin untuk membuka hatimu kembali. Aku maklumi hal itu.
Namun, setiap manusia memiliki batas kesabaran masing-masing. Setiap kali berada di dekatmu bukan lagi candu. Mengantar-jemputmu ke sekolah sudah lebih dari sekadar ritual. Anehnya, meski kita bertetangga, kerinduan ini sudah kelewat sering kurasakan!
Dan terkadang cinta memang buta. Tidak melihat fakta dan malah lebih menuruti hasrat. Buta sebuta-butanya.
Saat itu aku sedang memanaskan mobil ketika kau menghampiriku untuk menyampaikan kabar baik. Karena turut senang, dengan semangat aku datang satu jam sebelum bandmu tampil di mall tengah kota pada hari H. Takut membuatmu grogi, kuurungkan niatku untuk duduk di barisan depan penonton. Dan jika kau tanya bagaimana pendapatku tentang alunan suara merdumu, dengan senang hati aku mengangkat topi.
Semenjak itu kau sering pulang malam. Selain aktif dalam beberapa kegiatan OSIS sekolahmu, latihan band bersama teman-temanmu juga memakan banyak tenaga dan waktu. Oh, seandainya saja SMA kita sama. Aku pasti akan dengan sukarela menjadi pemain gitar atau basnya. Bahkan teman-teman satu bandmu juga kenal dan dekat denganku, setidaknya ini merupakan poin penting dalam mencapai misiku mendapatkan kamu.
Terutama Gino. Dari semua teman satu bandmu, dialah yang paling dekat denganku. Bagaimana tidak, selain kami mempunyai hobi bermain basket, selera musik kami juga identik. Kebetulan yang sangat bagus karena Gino adalah teman satu tempat gym denganku.
Kau pasti tahulah rasanya mengenal senior dari sekolah lain. Sebenarnya bukan hanya aku, karena bandmu itu sering sekali mengajak orang lain entah itu untuk sekadar menonton latihan, menonton pertunjukkan, atau menghabiskan malam minggu. Sayangnya, bukan hanya bandmu saja yang selalu disibukkan oleh urusan sekolah. Dalam hitungan minggu aku pun semakin sibuk sehingga aku mulai jarang mengantar-jemputmu.
Dan aku percaya Gino. Lucunya, Gino pun sering menggodaku, bahkan melebihi ibuku. Berkali-kali ia menanyakan apakah aku menyukaimu atau tidak namun...oh, tidak. Tidak akan kuceritakan pada siapapun tentang perasaanku ini. Silakan saja menyebutku egois.
Dan aku masih punya banyak waktu untuk menyatakan perasaanku kepadamu, bukan?
Sampai hari ini. Hari ketika kita bertiga berkumpul dengan yang lain untuk yang kesekian kalinya. Kita semua makan enak di restoran mahal sampai kenyan—setelah menghabiskan dessert.
Tidak lama kemudian, kau menghampiriku untuk menanyakan apakah aku menikmati makanannya atau tidak. Tentu saja aku mengangguk bersemangat hingga kau dan yang lain tertawa terhibur. Nah. Inikah waktunya untuk menyatakan cinta? Kurasa iya.
Namun, kemudian kau sangat berterimakasih karena aku ada di antara kalian. Kalian. Kutanyakan maksudmu sebelum pipimu merona merah dan menjawab pertanyaanku.
Karena aku ada di hari jadimu dengan Gino.
TAMAT
Catatan: Hai! Makasih buat yang udah baca~ Ditunggu vomment kalian, ya!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro