Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dua Puluh Sembilan

Happy reading. 💜

***

“Jadi gimana?” tanya Ajeng.

Kiki yang tengah dirias pun menoleh ke arah Ajeng yang duduk tepat di sampingnya. Saat ini mereka tengah di ruang rias, sebelum jadwal syuting Grab Me! berlangsung.

“Dibolehin, sih. Asal nggak ganggu jam kerja aja,” jawab Kiki sambil tersenyum tipis.

Mendengarnya, Ajeng pun ikut bernapas lega. Semenjak Kiki bekerja, Ajeng semakin jarang menghubungi gadis itu. Terlebih ternyata tugas Kiki semakin banyak setiap harinya. Apalagi sebentar lagi Andre akan segera bertolak ke Surabaya, karena hotel dan mall yang tengah dibangun hampir berada di tahap akhir. Namun kapan pastinya Andre akan pindah ke Surabaya, Kiki tidak tahu pasti.

Beruntungnya, Hansya memperbolehkan Kiki untuk izin setiap hari Kamis untuk syuting Grab Me!. Karena itulah setiap Kamis, pekerjaan gadis itu sedikit longgar. Entah sengaja atau tidak, Hansya pun melenggangkan jadwalnya pada hari tersebut. Bahkan tidak jarang lelaki itu akan turut memantau proses berjalannya pengambilan gambar.

Meski sudah tahu hal tersebut, setiap kali mereka syuting, Ajeng selalu menanyakan hal yang sama. Kata Ajeng, sih, karena ia merasa tatapan Hansya begitu tajam saat mereka bertemu. Walaupun Kiki selalu berkata jika sang CEO memang memiliki tatapan tersebut, tanpa dibuat-buat.

Kiki mematut wajahnya yang sudah selesai dirias. Senyum tipis tergaris di wajah. Hari ini adalah minggu kelimanya mengikuti Grab Me! dan selama itu pula, Ajeng belum menemukan pasangan yang sesuai. Pernah sekali, ia berada di tahap akhir, tetapi sang lelaki yang kalau tidak salah adalah seorang pemilik travel agent, lebih memilih gadis lain. Alasannya karena gadis itu perangainya mirip dengan sang ibu.

Kiki sama sekali tidak merasa sakit hati dengan alasan lelaki itu. Malah, Kiki merasa senang karena masih ada laki-laki di dunia ini yang sayang dengan ibunya. Kiki selalu luluh jika berhadapan dengan lelaki yang menyayangi ibunya secara tulus, tanpa kebohongan.

Sekitar 30 menit kemudian, Kiki dan para jomlowati lainnya sudah berada di dalam studio 3, tempat syuting Grab Me! berlangsung. Suara Roy Silam yang tengah membuka acara mulai terdengar. Tidak seperti syuting pertama, kali ini Kiki sudah lebih rileks. Bahkan senyumnya pun tidak sekaku kali pertama ia disorot kamera.

Saat salah seorang kru memberikan aba-aba, mereka pun mulai memasuki panggung satu per satu. Berjalan dengan anggun, Kiki sudah terbiasa mengenakan sepatu bersol tinggi. Bahkan ia kini sudah bisa berlari mengenakan sepatu tersebut. Efek sering berburu waktu dan berusaha menyamai langkah Hansya yang lebar.

Setelah memperkenalkan para jomlowati seperti biasa, sesosok lelaki pun muncul. Roy mempersilakan lelaki itu mengenalkan diri secara singkat sebelum layar di belakang para jomlowati memutar video singkat keseharian lelaki bernama Adam tersebut.

Kiki akui, ia sedikit terkesima dengan Adam. Di akhir usia 20-an, lelaki itu sudah cukup mapan dengan memiliki sebuah showroom mobil bekas. Seperti yang sudah bisa ditebak, hampir tidak ada jomlowati yang mematikan lampu mereka. Hanya Clara yang mematikan lampunya. Tentu hal itu membuat Clara kembali disorot kamera.

“Perasaan, selalu Clara, deh, yang disorot kamera. Tapi sampai sekarang, belum ada cowok yang nyangkut di dia,” komentar Ajeng saat break acara.

“Ya udahlah, mau gimana lagi? Toh kayaknya emang dia bintang di acara ini,” tukas Kiki. Tidak mau memperpanjang masalah lagi. Gadis itu pun memilih membasahi kerongkongannya yang terasa kering dengan air mineral yang tersedia.

“Omong-omong, bos lo kok nggak kelihatan, sih, Ki?”

“Pak Hansya?” Alis Kiki menukik naik. “Emang kenapa?”

“Ya, kan, biasanya dia nggak pernah absen buat mantau elo. Tapi tumben hari ini gue nggak lihat batang hidung dia.”

“Lagi sibuk,” jawab Kiki singkat.

Sebenarnya, Kiki tidak terlalu mempedulikan kehadiran Hansya dan Andre saat ia mengikuti syuting Grab Me!. Bahkan ia masa bodoh saat Hansya secara terang-terangan menatapnya lurus selama syuting berlangsung. Meski Hansya memosisikan dirinya sedikit ke pojok, anehnya Kiki selalu bisa menemukan lelaki itu.

Namun, setelah Ajeng mengatakan perihal absennya lelaki itu, membuat Kiki sedikit kepikiran juga. Pasalnya, seingat Kiki, hari ini jadwal Hansya cukup lenggang. Bahkan bisa dibilang, seharian ini bisa Hansya lakukan dengan malas-malasan di kursinya, saking longgarnya jadwal lelaki itu.

“Ki,” bisik Ajeng, membuat Kiki mau tidak mau menoleh. “Kayaknya Pak Hansya itu suka sama elo, deh.”

“Ngawur!” bantah Kiki, kelewat cepat.

“Lo masih inget, kan, tujuan awal kita ikutan Grab Me!?” tanya Ajeng.

Kiki mengerling tidak suka. Bahkan tanpa diingatkan, Kiki masih mengingat jelas alasan Ajeng mengajaknya mengikuti acara ini.

“Buat ngegaet CEO, Ki! CEO! Dan Pak Hansya itu CEO di sini.”

“Ya terus?” sahut Kiki, malas. “Please, jangan bahas ini lagi.”

“Ini kesempatan emas, Ki. Lo gaet aja Pak Hansya, toh, dia single.”

“Jangan halu lebih dari ini, Jeng.”

Kiki lantas berdiri, meninggalkan Ajeng sendiri di kursinya. Untungnya, waktu break sudah berakhir, sehingga membuat mereka kembali ke panggung dan Kiki terbebas dari percakapan dengan Ajeng.

Sebenarnya, Kiki sudah mau melupakan tujuan mereka mengikuti Grab Me! Karena Kiki sudah mulai mendoktrin dirinya jika Grab Me! hanyalah sebatas hiburan di tengah kesibukannya bekerja. Tidak lebih.
Lampu panggung kembali menyala, syuting pun kembali dimulai.


***


Hansya mengetuk jemarinya dengan gusar. Berulang kali ia melirik arlojinya dan pintu ruang rapat. Hal tersebut tidak luput dari perhatian Andre yang berada di samping lelaki itu. Meski Hansya berulang kali menyangkal, Andre tahu dengan jelas apa alasan di balik kegusaran sang CEO.

Entah sejak kapan, Andre bisa melihat perubahan di diri Hansya semenjak Kiki hadir di Halo TV. Mungkin baik Kiki ataupun Hansya belum ada yang menyadari, tetapi orang awam yang tidak mengenal mereka pun bisa menilai, jika ada sesuatu di antara mereka. Bahkan Hansya yang semula tidak pernah peduli dengan syuting progam acara yang ada di Halo TV, malah sengaja melonggarkan jadwal di hari Kamis, demi bisa menyaksikan Kiki di Grab Me!

“Kapan rapatnya berakhir?” bisik Hansya, setelah tidak sanggup menahan kegusarannya lebih lama.

“Hm, mungkin sebentar lagi,” balas Andre.

Baik Andre maupun Hansya tidak ada yang menyangka jika Yusrizal tiba-tiba datang ke kantor dan meminta melakukan rapat dadakan. Tentu Hansya tidak bisa menolak. Padahal sepuluh menit setelah rapat berlangsung, syuting Grab Me! baru saja dimulai.

Begitu moderator rapat mengakhiri rapat, tanpa perlu berbasa-basi, Hansya langsung meninggalkan ruang rapat diikuti Andre yang dengan sigap mensejajarkan langkah dengan milik lelaki itu. Bak dikejar waktu, Hansya segera menaiki lift khusus para petinggi di Halo TV. Lantai tempat studio berada tentu menjadi tujuan Hansya.

“Santuy, lo kayak ibu-ibu yang takut kehabisan barang diskonan aja,” sindir Andre sambil terkekeh. Ini kali pertama ia melihat Hansya yang seperti ini, setelah sekian lama.

“Apa syutingnya masih berlangsung?”

“Kayaknya masih.”

Kemudian hening hingga suara denting lift memecah. Bergegas Hansya melangkah menuju studio 3. Tanpa sadar lelaki itu bernapas lega saat melihat syuting masih berlangsung. Mata lelaki itu mengedar ke sekeliling, kemudian berhenti saat netranya telah menangkap sosok yang ia cari. Senyum terbit di wajah Hansya melihat penampilan Kiki yang tetap memesona seperti biasa. Namun senyum Hansya tidak bertahan lama saat ia menyadari sesuatu. Hal yang diperkuat dengan ucapan takjub Andre.

“Yang lampunya hidup tinggal tiga orang. Wah, bisa-bisa kali ini Kiki beneran dapet pasangan.”

Hansya menoleh cepat, tatapan tidak suka ia layangkan pada Andre yang terus mengoceh. Aliran darah lelaki itu terasa naik ke ubun-ubun saat menyaksikan sendiri interaksi Kiki dengan lelaki yang sedang mencari calon pasangan itu.

“Lo kalah cepet dari tu orang, Han. Poor you!”

Hansya semakin memanas. Tanpa pikir panjang, ia segera mendekati produser dan sutradara Grab Me! yang kebetulan tengah bersampingan. Entah apa yang merasuki Hansya hingga ia menyuarakan ide di kepalanya yang membuat kedua orang tersebut terkinjat.

“Bapak serius?” tanya Ilham, sang produser.

“Sangat serius!” tukas Hansya, sungguh-sungguh.

Andre yang penasaran, segera mendekat. Begitu mendengar ucapan Ilham, ia tidak kalah kaget. Segera ia menoleh pada Hansya yang sudah bulat mengumpulkan tekadnya. Andre sama sekali tidak menyangka, jika pancingannya akan membuat ia strike! Bahkan hasil pancingannya lebih besar dari yang ia duga sebelumnya.

Are you insane?

Maybe.”

Kemudian, tak disangka, sang lelaki memadamkan lampu Kiki, membuat Hansya terkekeh pelan. Andre hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah Hansya. Saat sang lelaki sudah menemukan pasangannya, netra Hansya bersirobok dengan milik Kiki. Gadis itu terkejut, tetapi dengan cepat ia menguasai diri. Terlebih senyuman di wajah Hansya tidak juga memudar meski sang gadis sudah memandang ke arah lain.

Kini, waktu yang Hansya tunggu telah tiba. Ia bahkan menikmati degupan jantungnya saat suara Roy Silam menyapa gendang telinganya.

“Ternyata malam ini sungguh spesial, karena ada satu jomlowan lagi yang tengah mencari pasangan.”

Para gadis tampak senang. Mereka berkasak-kusuk, menebak siapa lelaki yang menjadi bintang tamu spesial malam ini. Hal ini tentu kali pertama ada di Grab Me! di sepenjang episode yang sudah ditayangkan, karena itulah mereka sangat antusias untuk mengetahui siapa lelaki tersebut.
Kiki dan Ajeng benar-benar terkinjat saat sosok Hansya muncul dari balik panggung. Pesona lelaki itu tentu membuat semua orang memekik. Bahkan Kiki mendengar sendiri pekikan manja dari gadis yang berada satu meter di sisi kirinya.

Entah kenapa, menyadari banyak gadis yang terpesona pada Hansya, membuat dada Kiki bergemuruh hebat. Saat ia menoleh ke arah Ajeng, gadis itu melempar tanya perihal kemunculan Hansya di panggung Grab Me! Kiki menjawab dengan gelengan karena ia juga tidak tahu mengapa Hansya tiba-tiba muncul menjadi peserta.

Hansya tahu, tindakannya kali ini sungguh nekat. Namun hanya ini yang bisa ia lakukan agar Kiki bisa keluar dari acara laknat ini. Ia tidak sudi melihat Kiki berkenalan dengan lelaki lain. Apalagi di depan matanya.

Hansya kemudian memperkenalkan diri sebagai pemilik salah satu hotel yang berafiliasi dengan mal. Sayangnya, ia tidak memiliki gambaran spesifik mengenai usaha yang dipunya karena hotel tersebut masih dalam tahap pembangunan. Namun, hal itu tidak membuat para gadis mundur. Pesona Hanysa benar-benar membuat semua orang terkesima, tidak peduli apakah hotel yang Hansya maksud benar-benar nyata atau fiktif, tengah dibangun atau masih dalam angan-angan.
Saat Roy Silam memberikan waktu para jomlowati untuk memadamkan lampu, jika menolak Hansya, Kiki sudah hendak menekan tombol lampunya. Namun tatapan tajam Hansya yang penuh peringatan, membuat Kiki mengurungkan niatnya. Jadilah lampu Kiki tetap hidup hingga akhir. Menyisakan ia dengan Clara yang malam ini tampil begitu seksi dengan memamerkan lekuk tubuhnya.

Kiki bergidik ngeri saat Hansya mendekat ke arah Clara dan direspons gadis itu dengan remasan pelan di lengan Hansya. Bahkan dengan santainya, Clara meletakkan jemarinya di dada Hansya yang dibalut jas Armani.

“Kurang ajar!” desis Kiki, berang.

Setelah sesi perkenalan singkat dengan Clara, Hansya pun berbalik arah dan berjalan mendekati Kiki. Tidak sedetik pun tatapan keduanya terlepas. Mengabaikan orang-orang dan pekikan tertahan para gadis saat Hansya lewat di depan mereka.

“Halo,” sapa Hansya yang Kiki tahu hanya pura-pura.

Oh, baiklah, Hansya tengah bersikap seolah tidak saling mengenal. Kiki akan memainkan perannya dengan benar.

“Ehm, halo juga.”

Tersenyum tipis, Hansya kemudian berbalik meninggalkan Kiki yang menatap lelaki itu tidak percaya. Kiki dapat melihat senyum puas di wajah Hansya saat lelaki itu telah kembali ke posisi awalnya, di sebelah Roy Silam.

“Cuma segitu aja? Oh, so sad,” ucap Nina yang berdiri di samping kanan Kiki.

Kiki melirik sekilas, tetapi bersikap masa bodoh setelahnya. Tidak perlu Kiki menjelaskan jika sebelumnya ia dan Hansya sudah saling mengenal. Bahkan keduanya berada di jangkauan yang sama.

“Baiklah, Hansya, tentukan pilihanmu dengan membiarkan lampu gadis yang kamu pilih tetap hidup. Now, it's your turn!

***

Hansya beneran ikut Grab Me! 🤣🤣

Kira-kira, siapa yang Hansya pilih?
Clara?
Atau Kiki?

Episode selanjutnya bakal gimana, ya? Ada saran?

Xoxo

Winda Zizty
18 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro