Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3. Keberanian di Tepi Zaman

Aqila melihat kejadian malam itu dari jauh, dia mengenal medan hutan rawa ini, dia juga belajar sesuatu dari ritme serangan dan pertahan para kawanan kerbau. Ini sebuah permainan pikiran.

Pagi telah datang bersama cahaya, putra Aqila sedang asik bermain dengan daun pandan. Aqila merasa saat ini sangat tepat untuk memperlihatkan sesuatu pada putranya, juga menguji kekuatan dan kecerdasannya. Ini sebuah tantangan untuk menaikan level.

Seekor kerbau muda memisahkan diri dari kawanan, dia begitu ceroboh dan congkak, dia asik menjelajahi hutan rawa tanpa tahu ada harimau di sana.

Aqila mengendap-endap, bersembunyi di semak-semak tanaman air, bau tanaman air yang kuat menguntungkan dirinya, baunya tersamar, lumpur, dan suara air juga menyamarkan suara gerakannya, dia maju perlahan. Dari jauh sang putra mengamati sang ibu, ini pelajaran berharga untuknya.

Hutan rawa membentang begitu luas, setiap hektarnya terdiri dari tanah gambut yang gembur dan berair. Daratan yang selalu digenangi air. Tanaman jenis gulma, semak, tanaman rawa tumbuh subur. Memiliki warna coklat lumpur dan hijau, tanah hutan rawa begitu kontras dengan alam dan penghuninya. Di hutan rawa juga ditumbuhi pohon rumbia, sejenis palma. Suasana di sana lembab dan basah. Burung-burung dan ikan menyukai tempat itu.

Hutan rawa sangat lah luas, terbentang bagai permadani raksasa dalam negeri dongeng, namun para buaya membelahnya di tengah, mereka membuat jalan, jalan para buaya akhirnya menjadi sungai, hutan rawa terbelah dua antara barat dan selatan, lalu sungai buaya di tengahnya.

Kembali keperburuan. Saat jarak yang sudah ditentukan dan didapat oleh Aqila, dari posisi pemangsa dan yang akan dimangsa sudah pas. Aqila meloncat dan menerkamnya, kerbau memiliki tanduk yang keras dan kulit yang tebal, sebuah perwujutan dari mesin traktor hidup. Aqila tahu benar gaya serangan kerbau, mereka memiliki gaya bertarung bertahan dan tiba-tiba menyerang. Type teknik seperti ini sangat cangih dan berbahaya di alam liar, apa lagi kerbau memiliki kekuatan yang besar, namun sayangnya, kerbau lemah diserang dari belakang. Mereka kesulitan melakuakn tendangan dari belakang.

Aqila berhasil menyerangnya dari belakang, kerbau muda itu tidak berkutik. Si kerbau memang sombong, tapi dia tidak bodoh, dia melenguh memberika kode meminta pertolongan, kode itu membuat kawanan marah dan berdatangan. Aqila terpaksa melepaskannya. Dia tidak mau mengambil resiko mengahdapi pasukan kerbau dengan kemampuan serangan sapu bersih.

"Mungkin lain kali."

Para kawanan kini sudah menyadari ada harimau di wilayah mereka, namun Aqila menguasai medan hutan rawa, dia dengan cepat menyerang, tapi juga dengan cepat menghilang. Keadaan hutan rawa yang memiliki banyak ruang untuk bersebunyi, seperti banyaknya sungai kecil dan dangkal, juga tanaman air yang tumbuh subur menjadi semak, dan pohon-pohon palma yang lebat, semua itu menjadi tempat persembunyian alami baginya.

Siang begitu terik, namun hawa lembab di hutan rawa memberikan kesejukan tersendiri. Si anak harimau melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat seumur hidupnya.

"Itu seekor gajah jantan yang besar," kata sang ibu.

Gajah itu bernama Nun, gajah jantan yang besar, dia penyendiri namun suka bertarung. Si anak harimau maju mengendap-endap, dia berniat menyerangnya. Sang ibu melihat anaknya, dia membiarkannya saja.

Nun mengetahui anak harimau itu menargetkan dirinya, dia mengeluarkan suara keras dan mengangakat belalainya tinggi-tinggi, dia tidak takut atau terkejut, dia merasa kedatangan si anak harimau sangatlah luar biasa dan lucu.

"Pergi!" kata Nun. "Datang lah lagi, bila kausudah besar."

Anak harimau itu ketakutan dan lari menemui induknya. Masih terlalu cepat untuknya, tapi dia berani mengertak gajah jantan itu, nama anak harimau itu adalah Tamil.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro