Takkan terganti
Seorang pria dengan rambut pirang mengambil mantelnya dari gantungan, penampilannya rapih dengan rambut disisir ke belakang dan setelan jas yang tidak memiliki lekuk tak bermakna. Pria itu berjalan keluar dari rumahnya membawa buket bunga anggrek dan lili menuju ke suatu tempat.
Kemana tujuan pria ini? Mengapa berpenampilan rapih dan membawa bung? Jawabannya adalah pria ini akan pergi kencan dengan kekasihnya. Seorang wanita spesial yang awalnya begitu menyebalkan namun berakhir membawa kebahagiaan bagi si pria.
Si pria tertawa mengingat bagaimana pria ini selalu berusaha menjauh dari si wanita tapi malah berakhir fell head over heels, butuh 2 tahun baginya untuk menyadari perasaannya sendiri dan tidak butuh waktu lama bagi mereka dipersatukan.
.
.
"Aku selalu tahu kau menyukaiku, mulutmu mungkin ketus tapi saat memandangku... matamu selalu jujur dan berkilau. Membuatku akhirnya jatuh cinta padamu"
.
.
Itulah yang dikatakan oleh pujaan hatinya saat si pria menyatakan perasaan, tidak ada hari yang lebih indah dari hari itu. Kehidupan si pria menjadi lebih berwarna dengan kehadiran sang pujaan hati di sisinya.
Pria pirang itu akhirnya sampai di tempat tujuannya. Sebuah bukit, dari puncak bukit itu orang bisa melihat matahari terbenam dengan jelas dan di puncak bukit itu ada sebuah pohon. Tempat itu adalah tempat kencan favorit mereka.
Pria itu tersenyum melihat bayang-bayang kekasihnya tengah duduk di puncak bukit memandang langit.
.
.
"Kau tahu mereka menyebut apa pohon ini?" wanita itu tersenyum dan menyandarkan diri pada satu-satunya pohon di puncak bukit itu, "The Lonely Tree, karena tidak ada pohon lain yang tumbuh di bukit ini selain dia"
Si pria membala senyuman wanit itu "Tapi sekarang dia tidak sendiria, kan?"
"Haha! Kau benar, Crisant. Sekarang dia tidak sendirian, bagaimana kalau kita ganti namanya?"
"Ide bagus"
.
.
Aeternum, itulah nama yang mereka berikan pada pohon itu. Bahasa latin dari 'Eternal' yang berarti abadi, mungkin pohon itu menjadi satu-satunya pohon disana karena hanya dia yang masih bertahan saat pohon lainnya mati atau ditebang.
Aeternum menjadi saksi bisu bagaimana dua insan menjalin cinta mereka, bahkan ketika dunia menentang hubungan mereka. Aeternum menjadi saksi bisu bagaimana cinta Crisant dan pujaan hatinya tumbuh.
Sekaligus menjadi saksi bisu saat waktu mulai bicara.
"Hello, my love" Crisant duduk di sebelah kekasihnya, "Aku minta maaf membuatmu menunggu. Anggrek yang kau tanam baru saja tumbuh dan butuh waktu lama untuk menyiapkannya agar bisa aku rangkai"
Crisant memberikan buket bunga itu pada sang kekasih, pria itu menghela napas dan menyandarkan kepalanya pada pujaan hatinya. "Sebelum kau bertanya, aku sudah makan, aku merapikan kamar, membersihkan rumah, dan mengurus kebun dengan baik. Jangan khawatir"
Hembusan angin lembut menerpa wajah Crisant, membawa senyum sendu pada wajah pria itu. "Yeah, dua tahun yang berat tapi aku tahu aku tidak bisa selamanya larut dalam penyesalan. Kau pasti akan kecewa bila melihat keadaanku yang menyedihkan"
Crisant mengangkat kepalanya dan menoleh pada kekasihnya "Tidak apa-apa, semua bukan salahmu. Kita berdua tahu tidak ada yang bisa melawan waktu"
Pria itu mengecup lembut batu nisan bertuliskan nama kekasihnya dan mengusap ukiran nama sang kekasih hati.
Y. Elizabeth
A woman, A friend, A rival and A fiancee who will always be loved
by the love of her life
.
.
"....."
"Crisant, hey..."
"Apa tidak ada cara untuk menyelamatkanmu?"
"Maafkan aku, sayangku. Sepulang dari sini makanlah dengan teratur, jangan lupa merapikan kamar karena kau selalu saja lupa merapikan kamar kita padahal itu tugasmu, mulai sekarang kau harus membersihkan rumah sendirian, dan aku titipkan kebun anggrek dan liliku" wanita itu menghela napas panjang dan membelai wajah Crisant.
Crisant memegang tangan sang kekasih, tidak ingin kehilangan kehangatan yang sudah menemaninya dalam suka maupun duka. "Jangan pergi, aku mohon..."
"Oh Crisant, betapa inginnya aku tinggal" ucap wanita itu dengan senyuman sendu. "Tapi aku tidak bisa, sayang. Maafkan aku"
.
.
Crisant memegang tangannya sendiri, dia masih ingat betapa dinginnya tangan sang kekasih pada malam itu. Malam saat salju pertama turun, disaat itulah mereka terpisah. Dipisahkan oleh maut, dibatasi oleh jarak antara kehidupan dan kematian.
Kekasihnya meminta agar dimakamkan di bukit tempat kencan pertama mereka agar ia bisa menemani Aeternum. Akhirnya pohon itu tidak kesepian lagi, ada seorang wanita kesayangan Crisant yang akan menemaninya.
"I miss you, my love" Crisant tidak bisa membendung air matanya, pria pirang itu memeluk nisan sang kekasih erat. "I love you, my dear. Now and forever"
~Meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan.
Semua takkan mampu mengubahku.
Hanyalah kau yang ada di relungku.
Hanyalah dirimu mampu membuatku jatuh dan mencinta.
Kau bukan hanya sekedar indah.
Kau tak akan terganti.~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro